Penyakit HIV/AIDS merupakan masalah kesehatan serius yang dialami oleh banyak orang di seluruh dunia. Meski begitu, masih ada beberapa orang yang kurang familiar dengan penyakit satu ini. Pelajari mengenai gejala, penyebab, dan pengobatan HIV/AIDS dalam ulasan berikut ini.
Apa itu HIV/AIDS?
HIV (human immunodeficiency virus) adalah infeksi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
Virus ini secara spesifik menyerang sel CD4 yang menjadi bagian penting dalam perlawanan infeksi.
Hilangnya sel CD4 akan melemahkan fungsi sistem imun tubuh manusia secara drastis.
Akibatnya, HIV akan membuat tubuh rentan terhadap infeksi bakteri, virus, jamur, parasit, dan patogen merugikan lainnya.
Sering dikira sebagai satu kesatuan, HIV dan AIDS adalah kondisi berbeda. Meski begitu, keduanya memang saling berhubungan.
AIDS (acquired immune deficiency syndrome) adalah kumpulan gejala yang muncul ketika stadium infeksi HIV sudah sangat parah.
Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya penyakit kronis lain, seperti kanker dan berbagai infeksi oportunistik yang muncul seiring dengan melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Sederhananya, infeksi HIV adalah kondisi yang bisa menyebabkan penyakit AIDS. Jika infeksi virus ini dalam jangka panjang tidak diobati dengan tepat, Anda akan berisiko lebih tinggi mengalami AIDS.
Seberapa umumkah HIV dan AIDS?
Menurut laporan UN AIDS, pada akhir 2019 ada sekitar 38 juta orang di dunia yang hidup dengan penyakit HIV/AIDS alias ODHA.
Sebanyak 4% kasus di antaranya di alami oleh anak-anak. Di tahun yang sama, sekitar 690.000 orang meninggal akibat penyakit yang muncul sebagai komplikasi AIDS.
Dari total populasi itu, 19% orang sebelumnya tidak menyadari dirinya terinfeksi.
Tanda dan gejala HIV/AIDS

Kebanyakan ODHA (orang dengan HIV/AIDS) tidak menunjukkan tanda atau gejala HIV/AIDS yang khas dalam beberapa tahun pertama saat terinfeksi.
Jika mengalami gejala, kemungkinan gangguan yang dirasakan tidak begitu berat dan sering kali disalahpahami sebagai penyakit lain yang lebih umum.
Gejala awal penyakit HIV umumnya mirip dengan infeksi virus lainnya. Berikut ini gejalanya.
- Sakit kepala.
- Kelelahan.
- Demam HIV.
- Nyeri otot.
- Kehilangan berat badan secara perlahan.
- Pembengkakan kelenjar getah bening di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha.
Infeksi virus HIV umumnya memakan waktu sekitar 2 – 15 tahun hingga menimbulkan gejala. Virus akan perlahan menyerang sistem kekebalan tubuh dan melemahkannya secara bertahap hingga tubuh rentan terhadap infeksi.
Jika infeksi virus HIV dibiarkan berkembang, kondisi ini bisa berubah semakin parah menjadi AIDS. Berikut ini adalah berbagai gejala penyakit AIDS yang dapat muncul.
- Sariawan yang ditandai dengan adanya lapisan keputihan dan tebal pada lidah atau mulut.
- Infeksi jamur vagina yang parah atau berulang.
- Penyakit radang panggul kronis.
- Infeksi parah dan sering mengalami kelelahan ekstrem yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya (mungkin muncul bersamaan dengan sakit kepala dan atau pusing).
- Turunnya berat badan lebih dari 5 kg yang bukan disebabkan karena olahraga atau diet.
- Lebih mudah mengalami memar.
- Diare yang lebih sering.
- Sering demam dan berkeringat di malam hari.
- Pembengkakan atau mengerasnya kelenjar getah bening yang terletak di tenggorokan, ketiak, atau pangkal paha.
- Batuk kering yang terus menerus.
- Sering mengalami sesak napas.
- Perdarahan pada kulit, mulut, hidung, anus, atau vagina tanpa penyebab yang pasti.
- Ruam kulit yang sering atau tidak biasa.
- Mati rasa parah atau nyeri pada tangan atau kaki.
- Hilangnya kendali otot dan refleks, kelumpuhan, atau hilangnya kekuatan otot.
- Kebingungan, perubahan kepribadian, atau penurunan kemampuan mental.
Ada juga kemungkinan bahwa Anda akan mengalami berbagai gejala di luar yang telah disebutkan.
Kapan harus periksa ke dokter?
Jika Anda menunjukkan gejala seperti yang telah disebutkan di atas atau termasuk orang yang berisiko terinfeksi, segera periksakan diri ke dokter.
Kondisi tubuh masing-masing orang berbeda. Anda mungkin juga sudah terinfeksi tetapi masih terlihat sehat, bugar, dan bisa berkegiatan normal selayaknya orang sehat lainnya.
Meski begitu, Anda masih dapat menularkan virus HIV ke orang lain. Anda tidak dapat mengetahui secara pasti apakah benar terjangkit penyakit HIV/AIDS sampai melakukan pemeriksaan medis secara menyeluruh.
Penyebab HIV/AIDS
HIV adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh human immunodeficiency virus. Sementara itu, AIDS terjadi ketika infeksi HIV sudah berkembang parah dan tidak ditangani dengan baik.
Penularan virus HIV bisa diperantarai oleh cairan tubuh seperti darah, air mani, cairan praejakulasi, cairan rektal (anus), cairan vagina, dan
Penularan juga bisa terjadi karena ASI yang berkontak langsung dengan luka terbuka di selaput lendir, jaringan lunak, atau luka terbuka di kulit luar tubuh orang sehat.
Adapun cara penularan HIV/AIDS adalah sebagai berikut.
1. Hubungan seksual
Jalur penularan virus umumnya terjadi dari hubungan seks tanpa kondom (penetrasi vaginal, seks oral, dan anal).
Ingat, penularan hanya bisa terjadi dengan syarat, Anda sebagai orang yang sehat memiliki luka terbuka atau lecet di organ seksual, mulut, atau kulit.
Biasanya, perempuan remaja cenderung lebih berisiko terinfeksi HIV karena selaput vagina tipis sehingga rentan lecet dan terluka dibandingkan wanita dewasa.
Penularan lewat seks anal juga termasuk lebih rentan karena jaringan anus tidak memiliki lapisan pelindung layaknya vagina sehingga lebih mudah sobek akibat gesekan.
2. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril
Selain dari paparan antar cairan dengan luka lewat aktivitas seks, penularan penyakit ini dapat terjadi jika cairan terinfeksi tersebut disuntikkan langsung ke pembuluh darah.
- Pemakaian jarum suntik secara bergantian dengan orang yang terkontaminasi dengan human immunodeficiency virus.
- Menggunakan peralatan tato (termasuk tinta) dan tindik (body piercing) yang tidak disterilkan dan pernah dipakai oleh orang dengan kondisi ini.
- Memiliki penyakit menular seksual (PMS) lainnya seperti klamidia atau gonore. Virus HIV akan sangat mudah masuk saat sistem kekebalan tubuh lemah.
- Ibu hamil pengidap HIV/AIDS dapat menularkan virus aktif kepada bayinya (sebelum atau selama kelahiran) dan saat menyusui.
Namun, jangan salah sangka. Anda tidak dapat tertular virus HIV melalui kontak sehari-hari seperti berikut.
- Bersentuhan.
- Berjabat tangan.
- Bergandengan.
- Berpelukan .
- Cipika-cipiki.
- Batuk dan bersin.
- Mendonorkan darah ke orang yang terinfeksi lewat jalur yang aman.
- Menggunakan kolam renang atau dudukan toilet yang sama.
- Berbagi sprei.
- Berbagi peralatan makan atau makanan yang sama.
- Dari hewan, nyamuk, atau serangga lainnya.
Faktor risiko HIV/AIDS
Setiap orang, terlepas dari usia, jenis kelamin, dan orientasi seksualnya bisa terinfeksi HIV.
Namun, beberapa orang lebih berisiko untuk terjangkit penyakit ini apabila memiliki faktor seperti berikut ini.
- Melakukan hubungan intim yang berisiko menyebabkan paparan penyakit menular seksual, seperti seks tanpa kondom atau seks anal.
- Memiliki lebih dari satu atau berganti-ganti pasangan seksual.
- Menggunakan obat-obatan terlarang melalui jarum suntik yang digunakan secara bergantian dengan orang lain.
- Melakukan prosedur STI yakni pemeriksaan pada organ intim.
Komplikasi HIV/AIDS
Komplikasi dari infeksi virus human immunodeficiency virus adalah penyakit AIDS.
Infeksi virus ini dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga bisa menyebabkan berbagai infeksi atau komplikasi penyakit lainnya, seperti berikut ini.
1. Kanker
Orang yang mengalami AIDS juga bisa terkena penyakit kanker dengan mudah.
Jenis kanker yang biasanya muncul yaitu kanker paru-paru, ginjal, limfoma, dan sarkoma Kaposi.
2. Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) merupakan infeksi paling umum yang muncul saat seseorang mengidap HIV.
Pasalnya, orang dengan HIV/AIDS tubuhnya sangat rentan terkena virus. Oleh sebab itu, tuberkulosis menjadi penyebab utama kematian di antara orang dengan HIV/AIDS.
3. Sitomegalovirus
Sitomegalovirus adalah virus herpes yang biasanya ditularkan dalam bentuk cairan tubuh seperti air liur, darah, urin, air mani, dan air susu ibu.
Sistem kekebalan tubuh yang sehat akan membuat virus tidak aktif. Namun, jika sistem kekebalan tubuh melemah karena HIV dan AIDS, virus dapat dengan mudah menjadi aktif.
Sitomegalovirus dapat menyebabkan kerusakan pada mata, saluran pencernaan, paru-paru, atau organ lain.
4. Candidiasis
Candidiasis adalah infeksi yang juga sering terjadi akibat HIV/AIDS.
Kondisi ini menyebabkan peradangan dan menyebabkan lapisan putih dan tebal pada selaput lendir mulut, lidah, kerongkongan, atau vagina.
5. Kriptokokus meningitis
Meningitis adalah peradangan pada selaput dan cairan yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang (meninges).
Meningitis kriptokokal adalah infeksi sistem saraf umum pusat yang bisa didapat oleh orang dengan penyakit HIV/AIDS. Kriptokokus yang disebabkan oleh jamur di dalam tanah.
6. Toksoplasmosis
Toksoplasmosis disebabkan oleh Toxoplasma gondii, parasit yang menyebar terutama melalui kucing.
Kucing yang terinfeksi biasanya memiliki parasit di dalam tinjanya dan menyebar ke hewan lain atau manusia. Jika penderita HIV/AIDS mengalami penyakit ini, bisa menyebabkan infeksi otat serius seperti ensefalitis.
7. Cryptosporidiosis
Cryptosporidiosis disebabkan oleh parasit usus yang umum ditemukan pada hewan. Biasanya, seseorang bisa terkena parasit cryptosporidiosis ketika menelan makanan atau air yang terkontaminasi.
Nantinya, parasit akan tumbuh di usus Anda dan saluran empedu, menyebabkan diare parah kronis pada orang dengan AIDS.
Bagaimana cara mendukung orang dengan HIV/AIDS?
Mendukung seseorang dengan HIV/AIDS bisa dilakukan dengan memberikan dukungan emosional, mengedukasi diri tentang HIV dan AIDS, mendukung perawatan medisnya, termasuk mengingatkan jadwal konsumsi obat atau kunjungan ke dokter.
Diagnosis HIV/AIDS
Pemeriksaan darah merupakan cara yang paling memungkinkan untuk menentukan apakah Anda terinfeksi HIV atau tidak.
Keakuratan tes tergantung pada waktu paparan terakhir HIV, misalnya kapan terakhir kali berhubungan seks tanpa kondom atau berbagi jarum suntik dengan orang yang terinfeksi.
Meski begitu, butuh waktu sekitar 3 bulan setelah paparan pertama untuk antibodi human immunodeficiency virus bisa terdeteksi dalam pemeriksaan.
Oleh karena itu, lebih baik melakukan tes HIV untuk mengetahui kondisi kesehatan secara pasti. Jika hasil tes Anda positif (reaktif), tandanya Anda memiliki antibodi HIV dan memiliki infeksi penyakit tersebut.
Meski positif HIV, belum berarti Anda juga memiliki AIDS. Tidak ada yang tahu pasti kapan seseorang terinfeksi virus HIV akan mengalami AIDS.
Jika hasil tes HIV negatif, artinya di dalam tubuh Anda tidak memiliki antibodi human immunodeficiency virus.
Pengobatan HIV/AIDS

Hingga saat ini belum ada obat yang dapat menghilangkan sepenuhnya infeksi virus HIV dari dalam tubuh.
Namun, gejala penyakit bisa dikendalikan dan sistem imun bisa ditingkatkan dengan pemberian terapi antiretoviral (ARV).
Terapi ARV tidak dapat membasmi virus seluruhnya, tetapi bisa membantu orang dengan HIV hidup lebih lama dan lebih sehat.
Setiap pengidap HIV bisa hidup sehat dan menjalani aktivitas secara normal selama menjalani pengobatan antiretroviral dan mengurangi risiko penularan.
Anda biasanya diminta untuk menjalani pengobatan ARV sesegera mungkin setelah terinfeksi HIV, terlebih jika sedang dalam kondisi berikut.
- Hamil.
- Memiliki infeksi oportunistik (infeksi penyakit lain bersamaan dengan HIV).
- Memiliki gejala yang parah.
- Jumlah sel CD4 di bawah 350.
- Memiliki penyakit ginjal akibat HIV.
- Sedang dirawat karena hepatitis B atau C.
Dalam terapi ART, ada banyak obat untuk HIV yang biasanya dikombinasikan sesuai dengan kegunaannya. Beberapa jenis obat antiretroviral yaitu sebagai berikut.
- Lopinavir.
- Ritonavir,
- Zidovudine.
- Lamivudine.
Pemilihan jenis pengobatan akan berbeda untuk setiap orang karena perlu disesuaikan dengan kondisi kesehatan pasien. Dokterlah yang akan menentukan jenis pengobatan yang tepat untuk Anda.
Perawatan rumahan HIV/AIDS
Selain terapi antiretroviral, berikut gaya hidup sehat yang perlu dilakukan ODHA untuk menjaga kesehatan.
- Memperbaiki pola makan, termasuk makan makanan dengan gizi seimbang dan memperbanyak sayur, buah, biji-bijian, dan protein tanpa lemak.
- Cukup istirahat.
- Rutin berolahraga.
- Menghindari obat-obatan terlarang termasuk alkohol.
- Berhenti merokok.
- Melakukan berbagai cara untuk mengelola stres seperti meditasi atau yoga.
- Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun setiap habis memegang hewan peliharaan.
- Menghindari daging mentah, telur mentah, susu yang tidak dipasteurisasi, dan makanan laut mentah.
- Melakukan vaksin yang tepat untuk mencegah infeksi seperti radang paru dan flu.
Pencegahan HIV/AIDS
Jika Anda atau pasangan positif terinfeksi HIV/AIDS, Anda dapat menularkan virus ke orang lain meski tubuh tidak menunjukkan gejala apapun.
Untuk itu, lindungi orang-orang di sekitar Anda dengan mencegah penyebaran HIV/AIDS seperti berikut.
- Selalu menggunakan kondom saat berhubungan seks vagina, oral, atau anal.
- Tidak berbagi jarum atau peralatan obat lainnya.
Jika Anda hamil dan terinfeksi HIV, berkonsultasilah dengan dokter yang memiliki pengalaman tentang pengobatan penyakit HIV.
Tanpa pengobatan, sekitar 25 dari 100 bayi yang lahir dari ibu juga bisa terinfeksi.
Jika memiliki pertanyaan, silakan berkonsultasi dengan dokter demi lebih memahami solusi terbaik untuk Anda.
Kesimpulan
- HIV (human immunodeficiency virus) adalah infeksi virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Sementara itu, AIDS adalah sekumpulan gejala yang muncul sebagai tahap lanjut HIV.
- Gejala awal penyakit HIV antara lain sakit kepala, demam, kelelahan, nyeri otot, dan kehilangan berat badan secara perlahan.
- Penularan HIV diperantarai oleh cairan tubuh, seperti darah, air mani, cairan praejakulasi, cairan rektal (anus), cairan vagina, dan ASI yang berkontak dengan luka terbuka atau selaput lendir.
- Pengobatan HIV bisa melalui terapi antiretroviral.
[embed-health-tool-ovulation]