Ada beberapa jenis obat yang dapat berpotensi menimbulkan reaksi hepatotoksik atau kerusakan organ hati. Apa saja jenis obatnya? Telusuri informasi lengkapnya dalam ulasan berikut ini.
Efek obat terhadap hati
Hati mempunyai peran penting dalam proses pemecahan obat di dalam tubuh. Namun, golongan obat tertentu justru dapat menyebabkan gangguan pada fungsi hati.
Obat bisa menyebabkan penyakit hati dalam beberapa cara, bisa dengan secara langsung merusak hati atau berubah menjadi zat kimia dan menyebabkan luka pada hati secara langsung atau tidak langsung.
Tidak hanya itu, ada pula kasus langka ketika seseorang memiliki hati yang sangat rentan terhadap suatu obat.
Terdapat tiga hal yang membuat suatu obat yang tadinya bermanfaat menjadi hepatotoksik, yaitu dosis obat, kerentanan seseorang terhadap obat, dan alergi obat.
Jenis obat yang diketahui membahayakan, terutama bagi penderita penyakit hati, biasanya mencantumkan peringatan mengenai penggunaannya bagi penderita yang berisiko.
Obatan-obatan ini juga umumnya tidak membahayakan jika diminum sesuai dengan anjuran yang terdapat di dalam kemasan atau sesuai dengan petunjuk dokter.
Obat yang bisa bersifat hepatotoksik
Banyak obat bisa memengaruhi fungsi hati atau merusaknya. Beberapa obat bahkan dapat menyebabkan kerusakan langsung pada hati dan menyebabkan gejala seperti sakit kuning dan sakit perut.
Di bawah ini beberapa jenis obat yang berpotensi memiliki efek buruk bagi hati bila diminum berlebihan.
1. Acetaminophen (paracetamol)
Acetaminophen (paracetamol) sering terkandung dalam obat-obatan penurun demam, pereda flu, juga penghilang nyeri bebas resep.
Sebagian besar obat nyeri yang diberi label sebagai “nonaspirin” mengandung paracetamol sebagai bahan utamanya.
Jika diminum sesuai petunjuk, obat ini sangat aman bahkan bagi penderita penyakit hati sekalipun.
Namun, obat mengandung acetaminophen yang diminum terlalu banyak atau dalam dosis tinggi selama lebih dari 3 – 5 hari dapat bersifat hepatotoksik.
2. Obat antiradang nonsteroid (NSAID)
NSAID merupakan obat pereda nyeri, misalnya akibat sakit kepala atau demam. Obat ini biasanya juga diresepkan untuk mengatasi radang tulang dan sendi, seperti artritis.
Jenis NSAID yang umum yakni aspirin, ibuprofen, naproksen, dan diklofenak. Ibuprofen dan NSAID lainnya jarang mempengaruhi hati.
Akan tetapi, jenis obat NSAID tertentu seperti diklofenak dapat menyebabkan komplikasi berupa kerusakan hati.
Kerusakan hati akibat diklofenak bisa terjadi beberapa minggu sampai berbulan-bulan setelah Anda mulai mengonsumsinya.
3. Antibiotik
Selain obat pereda nyeri, obat antibiotik bisa bersifat hepatotoksik bila tidak diminum dengan benar.
Contoh obat ini antara lain amoxicillin dan klavulanat yang digunakan untuk infeksi bronkitis, sinus, dan tenggorokan, serta isoniazid yang digunakan untuk mengobati tuberkulosis.
Kerusakan hati dari amoxicillin dan klavulanat dapat terjadi segera setelah Anda mulai memakainya, tapi gejala kerusakan hati sering terlambat dideteksi.
Sementara itu, luka hati akut akibat isoniazid bisa baru muncul beberapa minggu atau bulan kemudian.
4. Methotrexate
Methotrexate merupakan obat untuk pengobatan jangka panjang dari psoriasis berat, reumatoid artritis, dan beberapa pasien penyakit Crohn.
Pasien dengan penyakit hati, obesitas, atau rutin minum alkohol tidak disarankan menggunakan obat ini.
Penggunaan methotrexate jangka panjang pada kelompok tersebut bisa meningkatkan risiko sirosis hati dan penyakit perlemakan hati.
Untuk mencegah efek hepatotoksik tersebut, dokter biasanya meresepkan obat ini dalam dosis rendah.
5. Amiodarone
Amiodarone digunakan untuk mengobati irama jantung tidak teratur (aritmia). Sisa obat yang tersimpan mampu menyebabkan perlemakan hati dan hepatitis.
Bahkan, obat ini dapat terus merusak hati setelah obat dihentikan. Mengutip NIH, kerusakan hati akibat konsumsi amiodarone ini bisa sangat parah dan dapat berakibat fatal.
Meski begitu, kerusakan hati yang serius terjadi pada kurang dari 1% pasien dan bisa dicegah dengan penggunaan obat sesuai anjuran.
Apa yang terjadi jika gangguan liver sudah parah?
Kerusakan hati yang serius dapat menyebabkan berbagai komplikasi seperti gagal hati akut, sirosis, dan kebutuhan transplantasi hati. Kondisi ini juga dapat berakibat fatal jika tidak segera diatasi.
6. Statin
Statin (atorvastatin, simvastatin, dan sejenisnya) merupakan obat untuk menurunkan kolesterol “jahat” dan mencegah stroke.
Obat ini cenderung tidak menyebabkan cedera hati yang signifikan, tapi statin sering kali memengaruhi tes darah fungsi hati.
Statin dalam dosis wajar tidak menimbulkan kerusakan permanen. Namun, konsumsi obat ini dalam dosis tinggi dapat bersifat hepatotoksik.
Dampak yang mungkin muncul yakni kerusakan hati parah, termasuk gagal hati yang mengarah pada transplantasi hati.
7. Antidepresan
Beberapa obat antidepresan juga dapat menimbulkan efek hepatotoksik. Antidepresan dalam kelompok ini meliputi obat untuk dysthymia, gangguan kecemasan, gangguan obsesif kompulsif (OCD), serta gangguan makan.
Beberapa contoh antidepresan yang bisa merusak hati termasuk bupropion, fluoxetine, mirtazapine, dan antidepresan trisiklik seperti amitriptilin.
Risperidone yang digunakan sebagai antipsikotik juga dapat menyebabkan penyumbatan aliran empedu dari hati.
8. Obat-obatan anti-kejang
Beberapa obat-obatan antikejang atau antiepilepsi dapat menyebabkan kerusakan hati. Fenitoin dapat menyebabkan kerusakan hati segera setelah Anda mulai meminumnya.
Hal inilah yang menyebabkan hasil tes hati Anda akan dipantau dengan ketat saat konsumsi obat ini.
Valproate, phenobarbital, carbamazepine, dan lamotrigin juga dapat menyebabkan luka hati. Akan tetapi, jaringan luka mungkin baru muncul setelah berminggu-minggu atau berbulan-bulan pemakaian obat.
9. Obat-obatan lainnya
Obat-obatan lain yang berpotensi merusak hati di antaranya:
- pil KB,
- steroid anabolik,
- obat antijamur (ketoconazole, terbinafine),
- acarbose (obat diabetes),
- antiretroviral/ARV (obat infeksi HIV),
- disulfiram (obat untuk mengatasi alkoholisme),
- allopurinol (obat pencegahan serangan asam urat),
- dan obat-obatan antihipertensi (captopril, enalapril, irbesartan, lisinopril, losartan, verapamil).
Pada dosis atau jangka pemakaian tertentu, berbagai obat di atas dapat menimbulkan efek hepatotoksik. Dampaknya antara lain menyebabkan luka pada hati atau hepatitis.
Guna mencegahnya, pastikan Anda selalu mengikuti anjuran dokter saat minum obat. Selain obat medis, suplemen dan obat herbal juga dapat menyebabkan kerusakan hati.
Terlebih lagi, pengujian suplemen dan obat herbal belum tentu seketat pengujian obat medis sebelum dilepas ke pasaran sehingga potensi bahaya mungkin lebih besar.
Sebaiknya jangan mengonsumsi suplemen maupun obat herbal yang belum terbukti aman melalui uji klinis.
Bahkan bila obat-obatan ini terbukti aman, jangan meminumnya secara asal atau berlebihan. Selalu ikuti aturan pakai yang diberikan.
[embed-health-tool-bmr]