Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Alergi obat adalah reaksi alergi yang tidak normal dari sistem kekebalan tubuh terhadap obat-obatan. Obat-obatan yang dimaksud termasuk obat bebas, obat resep, dan obat herbal, baik yang diminum maupun digunakan dengan cara lain.
Gejala paling umum dari alergi obat-obatan adalah demam serta gatal dan ruam pada kulit. Kondisi ini dapat mempengaruhi setiap orang dengan cara yang berbeda-beda, tergantung tingkat keparahan alergi dan seberapa banyak obat yang Anda konsumsi.
Alergi obat berbeda dengan efek samping obat. Efek samping adalah dampak yang mungkin dialami orang sehat yang minum obat, serta tidak selalu melibatkan sistem imun. Kondisi ini mungkin merugikan, tapi juga bisa menguntungkan.
Misalnya, aspirin yang digunakan untuk mengobati sakit kepala sering menyebabkan sakit perut. Akan tetapi, obat ini juga mempunyai efek samping yang menguntungkan, yakni mengurangi risiko serangan jantung dan stroke.
Sementara itu, reaksi alergi merupakan kumpulan gejala yang disebabkan oleh reaksi sistem imun manusia terhadap zat pemicu alergi. Dalam kasus ini, zat pemicunya adalah obat yang Anda gunakan.
Ada berbagai jenis obat-obatan yang dapat menyebabkan gejala alergi. Banyak peneliti menduga bahwa kemunculan gejala alergi lebih sering terjadi akibat penggunaan obat-obat berikut ini.
Kira-kira 1 dari 15 orang alergi antibiotik, khususnya dari golongan penisilin dan cephalosporin. Meski begitu, antibiotik golongan lain dengan kandungan yang mirip dengan penisilin dan cephalosporin juga bisa saya menimbulkan reaksi serupa.
Ibuprofen, dan asam mefenamat adalah obat pereda nyeri non-steroid (NSAID) yang sangat umum digunakan. Kendati aman, keduanya ternyata bisa memicu reaksi alergi pada beberapa orang. Orang yang alergi obat-obatan ini kemungkinan juga alergi terhadap aspirin dan naproxen sodium.
Obat ini berfungsi meredakan nyeri ringan hingga sedang dan kerap menimbulkan reaksi alergi paracetamol. Alergi terjadi karena sistem imun bereaksi berlebihan terhadap kandungan di dalamnya.
Reaksi biasanya tidak muncul saat pertama kali Anda minum paracetamol, melainkan setelah tubuh berulang kali terpapar obat ini.
Reaksi alergi berkaitan erat dengan respons sistem imun. Maka dari itu, obat-obatan yang memengaruhi fungsi sistem imun juga berpotensi menimbulkan reaksi alergi. Jenis obat yang dapat menjadi pemicunya antara lain:
Reaksi alergi juga dapat muncul setelah penggunaan obat-obatan dan produk:
Reaksi alergi biasanya muncul satu jam setelah menggunakan obat-obatan. Berikut gejala alergi ini.
Ruam gatal atau biduran merupakan gejala alergi yang paling umum. Gejala ini biasanya muncul dalam beberapa menit setelah meminum obat-obatan. Ruam dapat terlihat pada satu bagian tubuh saja atau beberapa area sekaligus.
Gejala alergi pada kulit terjadi karena sistem imun melepaskan histamin. Histamin berperan dalam memicu peradangan dan memanggil lebih banyak sel kekebalan untuk melawan alergen. Namun, zat kimia ini juga yang menyebabkan berbagai gejala alergi.
Demam dipicu oleh reaksi peradangan di dalam tubuh. Peradangan terjadi saat sistem imun mengeluarkan antibodi dan histamin untuk melawan alergen. Dalam kondisi seperti ini, tubuh akan menaikkan suhu sebagai sinyal bahwa ada yang salah.
Gejala alergi yang satu ini biasanya berlangsung sebentar dan akan membaik setelah minum obat-obatan untuk alergi. Apabila demam berlangsung hingga berhari-hari, segera periksakan diri Anda ke dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Konsumsi obat-obatan juga dapat menyebabkan gejala alergi pada mata. Bukan tanpa sebab, hal ini terjadi ketika sel-sel kekebalan tubuh di sekitar mata mendeteksi keberadaan obat yang dianggap sebagai alergen.
Sistem kekebalan tubuh lantas mengeluarkan antibodi dan histamin lewat sel khusus yang disebut sel mast. Respons ini menyebabkan mata terasa gatal, berair, menjadi kemerahan, dan terkadang tampak bengkak.
Pembengkakan disebabkan karena sistem imun menganggap obat yang Anda minum sebagai zat berbahaya. Sistem imun akhirnya melepaskan berbagai zat kimia yang menyebabkan pembengkakan pada kulit, bibir, lidah, dan tenggorokan.
Terkadang, pembengkakan juga bisa terjadi di organ dalam sehingga menyebabkan nyeri pada dada atau perut. Gejala ini biasanya berlangsung selama 1-3 hari dan akan membaik setelah Anda berhenti mengonsumsi obat yang memicu alergi.
Selain gejala-gejala umum yang telah disebutkan, alergi obat juga bisa menyebabkan gejala lain yang lebih serius, seperti:
Alergi obat umumnya tidak membahayakan, tapi Anda perlu berkonsultasi ke dokter bila gejala tidak kunjung membaik atau bahkan bertambah parah. Pemeriksaan lebih lanjut membantu dalam menentukan penyebab alergi dan pengobatan yang sesuai.
Anda juga harus memeriksakan diri bila mengalami reaksi alergi parah yang disebut anafilaksis. Anafilaksis merupakan sekumpulan gejala alergi berat yang terjadi secara tiba-tiba. Kondisi ini tergolong darurat dan bisa berakibat fatal bila tidak ditangani.
Berikut tanda-tanda anafilaksis yang perlu diwaspadai.
Kemungkinan ada tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, cobalah berkonsultasi dengan dokter agar Anda dapat menjalani pemeriksaan lanjutan.
Penyebab alergi adalah respons sistem kekebalan tubuh terhadap zat kimia pada obat-obatan. Padahal, respons ini seharusnya ditujukan pada bibit penyakit atau zat tertentu yang dapat menyebabkan kerusakan pada tubuh.
Sistem imun justru menganggap obat-obatan sebagai zat kimia yang berbahaya, lalu menyerangnya dengan melepaskan antibodi dan zat-zat kimia termasuk histamin. Kombinasi antibodi dan zat kimia inilah yang kemudian menimbulkan gejala reaksi.
Orang dewasa, lansia, hingga anak-anak dapat memiliki alergi terhadap obat ataupun produk sejenisnya. Bahkan, Anda bisa saja menjadi alergi terhadap obat-obatan yang telah digunakan berkali-kali sebelumnya tanpa efek samping.
Belum jelas apa yang membuat sistem imun seseorang lebih sensitif terhadap obat tertentu. Namun, berikut adalah faktor-faktor yang meningkatkan risikonya.
Kondisi genetik dapat meningkatkan peluang seseorang menjadi sensitif terhadap obat tertentu. Misalnya, jika Anda dan pasangan mengalami alergi pada suatu obat, anak Anda berisiko 75% berisiko mengalami kondisi yang sama.
Menurut World Allergy, beberapa orang yang pernah mengalami hipersensitivitas pada obat tertentu juga berisiko menjadi sensitif terhadap obat yang lain. Salah satu bentuk sensitivitas tersebut kemungkinan adalah alergi.
Faktor-faktor lain yang membuat Anda berisiko terkena alergi obat yakni:
Alergi obat-obatan dapat didiagnosis melalui tes alergi berikut.
Dokter pertama-tama akan memeriksa reaksi tubuh terhadap obat, misalnya apakah ada ruam dan gatal. Selain itu, ada pula pemeriksaan detak jantung dan pernapasan selama mengonsumsi obat.
Dokter juga akan bertanya tentang obat apa saja yang pernah Anda minum dan kapan gejala pertama kali muncul. Jika Anda alergi terhadap obat lainnya dengan kandungan yang sama, Anda mungkin memiliki alergi terhadap obat tersebut.
Dokter spesialis alergi atau perawat akan memberikan ekstrak alergen yang dicurigai sebagai pemicu alergi. Pemberian alergi bisa melalui uji tusuk kulit (skin prick test), tes tempel (skin patch test), atau suntikan ke kulit.
Dokter kemudian mengamati gejala yang muncul selama 15 menit. Jika terdapat gatal atau bentol kemerahan pada area kulit yang ditusuk, ada kemungkinan Anda menderita alergi obat.
Dokter terkadang menganjurkan tes darah untuk memeriksa antibodi yang berkaitan dengan reaksi alergi. Metode ini juga dapat digunakan jika pasien tidak disarankan menjalani tes kulit karena suatu penyebab.
Berikut beberapa cara untuk mengatasi alergi obat.
Saat bertemu dengan alergen obat, tubuh Anda akan mengeluarkan histamin sebagai tanda bahaya. Pelepasan histamin dapat memicu gejala alergi seperti bengkak, gatal, atau iritasi.
Maka dari itu, tubuh Anda memerlukan penawarnya, yaitu obat antihistamin. Obat ini menghambat pelepasan histamin di dalam tubuh sekaligus meredakan gejala seperti kulit gatal, ruam, dan kemerahan.
Alergi obat menyebabkan peradangan, pembengkakan pada saluran pernapasan, dan gejala serius lainnya. Obat kortikosteroid dapat mengatasi gejala alergi obat dengan cara mengurangi peradangan.
Apabila alergi obat menyebabkan batuk, dokter biasanya menyarankan bronkodilator. Bronkodilator membantu membuka saluran udara sehingga Anda bisa bernapas lebih mudah. Obat ini tersedia dalam bentuk cair dan bubuk untuk digunakan dalam inhaler.
Suntikan epinefrin merupakan pertolongan pertama untuk alergi parah. Obat ini bekerja dengan mengembalikan efek histamin pada tubuh sehingga denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan kembali normal.
Desensitisasi sebetulnya bukan pengobatan pasti alergi obat. Perawatan ini dirancang agar tubuh Anda untuk sementara waktu dapat mentoleransi alergen obat. Caranya, dokter akan memberikan Anda obat-obatan dengan dosis kecil.
Dosis obat kemudian ditingkatkan secara bertahap setiap 15 hingga 30 menit selama beberapa jam atau hari. Setelah dilihat seberapa besar tingkat reaksi, dokter akan menguji dan mengukur pada dosis mana alergi Anda mulai bereaksi.
Langkah terbaik yang dapat Anda lakukan untuk mencegah alergi obat adalah berhenti minum obat yang menjadi pemicunya. Coba tanyakan kepada dokter apakah ada obat jenis lain yang bisa Anda gunakan sebagai alternatif.
Berikut adalah gaya hidup, pengobatan rumahan, dan pencegahan reaksi alergi yang dapat membantu Anda mengatasi kondisi.
Alergi obat merupakan kondisi yang berdampak besar bagi kesehatan. Selain memicu berbagai gejala pada tubuh, kondisi ini juga dapat menghambat pengobatan karena Anda harus mencari alternatif obat yang lebih aman.
Bila Anda mengalami tanda-tanda alergi setelah menggunakan obat tertentu, hentikan penggunaannya dan periksakan diri Anda ke dokter. Pemeriksaan sedini mungkin bisa mencegah reaksi alergi parah di masa yang akan datang.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar