Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Hepatitis E adalah penyakit liver yang disebabkan oleh infeksi virus HEV. Virus HEV menyerang hati dan mengakibatkan peradangan serta kerusakan hati yang juga berpotensi merusak organ lainnya.
Virus ini menyerang sel sehat dalam tubuh dan terdiri dari berbagai jenis yang berbeda sesuai dengan cara penularannya. Sebagai contoh, penularan penyakit hepatitis ini dapat terjadi melalui konsumsi air yang terkontaminasi virus.
Sementara itu, beberapa kasus juga dilaporkan terjadi akibat memakan daging yang kurang matang atau hewan liar, seperti rusa.
Hepatitis tipe ini biasanya menyebabkan infeksi akut atau jangka pendek. Namun, tidak menutup kemungkinan virus akan berkembang menjadi hepatitis kronis yang berpotensi menimbulkan komplikasi.
Hepatitis E termasuk penyakit yang jarang terjadi, terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat. Meski begitu, penyakit hepatitis ini lebih sering ditemukan di negara berkembang yang memiliki tingkat kebersihan dan sanitasi yang kurang baik.
Masyarakat yang tinggal di pemukiman yang penuh atau pengungsian juga lebih berisiko mengalami penyakit ini.
Dilansir dari organisasi kesehatan dunia WHO, setidaknya setiap tahunnya terdapat sekitar 20 juta infeksi virus HEV. Hampir lebih dari 56 ribu kasus di antaranya berakhir dengan kematian.
Hepatitis E dibagi menjadi dua bagian berdasarkan lama waktu infeksinya, yaitu sebagai berikut.
Hepatitis E akut adalah infeksi virus jangka pendek. Infeksi ini biasanya dapat sembuh dengan sendirinya karena tubuh dapat melawan virus dengan sistem kekebalan tubuh.
Itu sebabnya, penderita HEV akut dapat membaik tanpa pengobatan setelah beberapa minggu.
Bila infeksi HEV terjadi dalam waktu yang lama dan tidak kunjung membaik, artinya Anda mengalami hepatitis kronis. Kondisi ini cukup langka dan hanya terjadi pada orang yang memiliki sistem imun yang lemah.
Sebagai contoh, hepatitis E kronis lebih mungkin terjadi pada orang yang menggunakan obat-obatan yang melemahkan sistem imun, atau penderita HIV/AIDS.
Umumnya, gejala HEV dapat muncul sekitar 2 – 7 minggu setelah terinfeksi virus. Gejala juga biasanya berlangsung selama sekitar 2 bulan dan memicu kondisi seperti:
Pada dasarnya gejala hepatitis E mirip dengan tanda-tanda hepatitis pada umumnya. Segera periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami gejala di atas untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Bila Anda mengalami salah satu atau lebih gejala, baik yang disebutkan atau tidak disebutkan, dan mengkhawatirkan, segera periksakan diri ke dokter.
Pasalnya, tubuh setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda, sehingga ada kemungkinan gejala yang muncul pun bervariasi.
Virus hepatitis E (HEV) adalah virus penyebab dari penyakit ini. Virus ini biasanya dapat menyebar melalui air minum yang tercemar.
Di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat, HEV dapat menular dari hewan ke manusia, seperti konsumsi daging babi setengah matang atau hewan buruan.
Mirip dengan hepatitis A, virus hepatitis E menyebar melalui jalur fecal-oral akibat air minum yang terkontaminasi feses penderita.
Selain itu, ada cara penyebaran virus lainnya yang turut menyumbang kasus infeksi HEV ini, yakni:
Semua orang bisa mengalami hepatitis E. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena kondisi ini, meliputi:
Tingkat risiko terpapar infeksi virus nantinya juga akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Selain itu, beberapa ahli menyebutkan bahwa pria terlihat lebih berpotensi mengalami kondisi ini dibandingkan wanita.
Umumnya, penderita hepatitis E yang sudah dewasa dapat sembuh dengan sendirinya dan angka kematian akibat virus ini pun termasuk rendah.
Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa penyakit ini bisa menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti:
Komplikasi HEV kronis biasanya lebih sering terjadi pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.
Kebanyakan kasus hepatitis E tidak dapat dibedakan lewat gejala dari jenis hepatitis lainnya. Namun, dokter biasanya bisa mendiagnosis penyakit ini lewat jumlah kasus yang terjadi di lingkungan sekitar.
Selain itu, ada sejumlah pemeriksaan yang mesti dijalani untuk mendeteksi penyakit ini, seperti:
Ketiga pemeriksaan di atas membutuhkan laboratorium khusus dan diperlukan di wilayah yang memiliki jumlah kasus HEV yang cukup sedikit.
Hepatitis E sebenarnya dapat disembuhkan tanpa pengobatan, tetapi hal ini hanya berlaku pada HEV akut. Bila sudah memasuki tahap kronis dan memicu sejumlah gejala yang mengganggu, pengobatan dari dokter pun dibutuhkan.
Berikut ini beberapa pilihan obat dan pengobatan untuk mengatasi hepatitis E yang dianjurkan oleh dokter.
Langkah pertama sebagai cara mengatasi hepatitis E adalah meresepkan obat-obatan dan terapi imunosupresi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah virus di dalam darah hingga 30% pada pasien.
Bila tidak kunjung membuahkan hasil, pilihan pengobatan tambahan adalah memanfaatkan obat antivirus, seperti monoterapi ribavirin.
Sebelum menggunakan obat hepatitis, seperti obat imunosupresan, beritahu dokter terkait semua obat yang digunakan, termasuk obat herbal. Jangan pernah memulai atau menghentikan obat apapun tanpa konsultasi dari dokter.
Bila hepatitis E kronis menyebabkan kerusakan hati permanen, artinya Anda memerlukan transplantasi hati. Setelah menjalani transplantasi, dokter mungkin merekomendasikan terapi interferon alfa pegilasi untuk 3 – 12 bulan.
Di lain sisi, pengobatan ini dapat menimbulkan efek samping yang serius dan penolakan organ pada penerima donor.
Pada dasarnya pengobatan di rumah penting dilakukan oleh setiap pasien hepatitis E, baik HEV kronis maupun akut. Pengobatan di rumah bertujuan untuk meredakan gejala yang di alami.
Kabar baiknya, pasien HEV dengan sistem imun yang baik biasanya hanya membutuhkan pengobatan sederhana untuk menghilangkan virus ini, seperti:
Sejauh ini baru ada satu vaksin yang dikembangkan oleh peneliti di Tiongkok dan digunakan di negara tersebut.
Namun, vaksin hepatitis E belum tersedia dan menerima izin secara luas, sehingga Anda perlu menjalani gaya hidup bersih dan sehat untuk mencegah hepatitis ini, yaitu:
Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan hubungi dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar