Hepatitis D pun hingga saat ini belum memiliki obat-obatan yang khusus untuk melawan infeksi virus penyebabnya. Namun, pasien dengan penyakit hepatitis ini akan diberikan obat yang tidak jauh berbeda dengan jenis hepatitis lainnya.
Interferon alfa (IFN-α)
Interferon alfa adalah salah satu obat hepatitis D yang menunjukkan hasil yang tampak efektif. Bahkan, hasil IFN-α juga terlihat lebih manjur pada pasien hepatitis D kronis dibandingkan pada pasien sirosis.
Walaupun demikian, obat ini memiliki efek jangka pendek, sehingga perlu diberikan setiap hari atau 3 kali dalam seminggu selama 6 bulan hingga 1 tahun. Sayangnya, interferon alfa juga mulai ditinggalkan, termasuk di Indonesia.
Hal ini dikarenakan pengobatan hepatitis yang satu ini menimbulkan efek samping, tetapi tidak cukup efektif untuk melawan infeksi. Efek samping yang ditimbulkan dari penggunaan interferon alfa antara lain:
- mual dan muntah,
- kelelahan dan demam,
- anemia dan sakit kepala,
- darah tinggi, dan
- gangguan kecemasan hingga depresi.
Bila penyakit ini sudah memasuki stadium akhir, dokter mungkin akan merekomendasikan transplantasi hati sebagai cara mengobati hepatitis terakhir.
5. Hepatitis E
Mirip dengan hepatitis A, hepatitis E dapat sembuh dengan sendirinya dengan perawatan sederhana di rumah. Selain itu, belum ada obat khusus untuk melawan infeksi virus hepatitis E.
Walaupun demikian, infeksi virus hepatitis E yang sudah masuk kategori kronis membutuhkan perawatan dari dokter, seperti:
- Ribavirin, dan
- obat antivirus lainnya.
Bagaimana dengan obat alternatif untuk hepatitis?

Kemajuan teknologi saat ini memungkinkan para ahli untuk meneliti berbagai tanaman sebagai pengobatan herbal, termasuk temulawak. Faktanya, banyak obat alternatif yang digunakan untuk meredakan gejala penyakit liver, termasuk hepatitis.
Walaupun terdapat embel-embel aman, Anda perlu memeriksakan diri ke dokter sebelu mengonsumsinya. Pasalnya, obat-obatan ini nantinya akan diproses oleh hati, sehingga bisa saja menjadi bumerang bagi pasien penyakit liver.
Beberapa obat alternatif dapat merusak hati dan menyebabkan kondisi semakin parah. Itu sebabnya, selalu diskusikan dengan dokter sebelum menggunakan pengobatan alternatif untuk menghindari risiko tersebut.
Bila obat dan perawatan dari dokter tidak memperlihatkan hasil yang maksimal, dokter mungkin akan merekomendasikan transplantasi hati. Namun, prosedur cangkok hati ini memerlukan syarat dan kondisi tertentu sebelum dilakukan.
Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan hubungi dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar