Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Hepatitis A adalah infeksi yang menyerang hati akibat virus HAV. Penyakit ini sangat mudah menular lewat makanan dan minuman yang terkontaminasi virus yang dapat berasal dari feses penderita.
Virus HAV adalah salah satu jenis virus hepatitis yang dapat menyebabkan peradangan hati. Akibatnya, kemampuan fungsi hati pun menurun. Faktor risiko penyakit hepatitis ini berkaitan dengan kebersihan lingkungan yang buruk dan perilaku hidup bersih.
Hepatitis A biasanya tidak menyebabkan kerusakan hati yang parah. Selain itu, penyakit hepatitis ini juga tidak berisiko mengembangkan penyakit kronis. Walaupun tergolong ringan, gejala dari penyakit ini tetap dapat mengganggu aktivitas harian.
Perlu diketahui bahwa sebagian besar penderita yang sembuh dari hepatitis ini akan memperoleh kekebalan. Itu sebabnya, orang yang pernah mengalami hepatitis A akan lebih kebal terhadap serangan infeksi HAV.
Pada kasus yang jarang, infeksi virus HAV juga dapat berlangsung selama berbulan-bulan dan berakibat fatal hingga menyebabkan kematian. Oleh sebab itu, vaksinasi dan menjaga kebersihan diri penting untuk mencegah penyebaran virus HAV.
Penyakit hepatitis A adalah salah satu penyakit hepatitis menular yang umum terjadi di berbagai negara. Di Indonesia sendiri, jumlah penderita penyakit hepatitis terus bertambah selama beberapa tahun terakhir.
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), prevalensi penderita penyakit hepatitis berdasarkan diagnosis dokter meningkat dua kali lipat. Jumlah tersebut meningkat hingga ke angka 0,4 persen selama periode 2013 – 2018.
Penyakit ini mungkin sulit dihentikan akibat penyebaran virus yang mudah lewat makanan dan miniman. Selain itu, lingkungan dengan kualitas kebersihan yang rendah juga memiliki tingkat infeksi virus hepatitis A yang tinggi.
Dengan kondisi seperti itu, anak-anak menjadi golongan usia yang paling rentan terhadap infeksi HAV dengan presentase 90 persen, dilansir dari laporan WHO.
Meski demikian, infeksi tidak selalu menyebabkan masalah kesehatan. Pasalnya, anak-anak yang terinfeksi belum tentu mengalami gejala yang mengganggu.
Gejala hepatitis A tidak selalu langsung muncul pada orang yang terinfeksi. Hal ini juga berlaku pada orang yang telah terinfeksi sejak beberapa minggu. Hal ini dikarenakan masa inkubasi virus dapat berlangsung selama 14-28 hari.
Pada orang yang mengalami gejala, ciri-ciri HAV akan muncul setelah 2 sampai 6 minggu terinfeksi virus. Gejala yang ditimbulkan dapat bersifat ringan hingga parah, meliputi:
Dibandingkan anak-anak, orang dewasa cenderung mengalami gejala. Kondisi ini juga lebih rentan terjadi pada orang yang lebih tua (lansia). Bila Anda mengalami gejala di atas, segera hubungi dokter untuk mendapatkan penanganan yang tepat.
Selain gejala, periksakan diri ke dokter atau klinik kesehatan untuk memperoleh perawatan bila mengalami kondisi seperti:
Bila positif terinfeksi HAV, dokter tidak akan langsung menyuntikkan vaksin, melainkan menyarankan Anda menjalani perawatan sederhana.
Anda akan diminta untuk lebih banyak beristirahat dan memenuhi kebutuhan nutrisi dan cairan.
Penyebab hepatitis A yaitu infeksi virus HAV yang menyerang sel-sel hati. Akibatnya, hati pun meradang dan memicu sejumlah gejala yang telah disebutkan.
Virus HAV masuk ke dalam hati melalui sel epitelium intensinal. Kemudian, virus memperbanyak dirinya dalam hepatosit, yaitu sel yang berperan dalam metabolisme nutrisi, melawan racun, hingga mencerna obat.
Pada saat berada di hati, virus tidak akan langsung berkembang, melainkan menjalani masa inkubasi selama 28 hari dengan rentang 15 – 40 hari.
Penularan hepatitis A dapat terjadi melalui darah atau alat yang digunakan oleh penderita. Infeksi hepatitis ini berlangsung ketika virus masuk ke dalam tubuh lewat beberapa kondisi berikut ini.
Hepatitis A adalah penyakit yang dapat ditularkan bahkan sebelum orang yang terinfeksi merasakan gejala tertentu. Virus dapat berpindah melalui kontak langsung dengan penderita, seperti:
Selain kontak langsung, konsumsi makanan dan minuman yang terkontaminasi pun dapat menjadi cara penularan virus. Virus HAV dapat berpindah saat makanan dan minuman yang mengandung virus dikonsumsi.
Virus penyebab hepatitis ini sering dijumpai pada makanan mentah atau yang sudah dimasak. Selain itu, makanan yang berasal dari air yang terkontaminasi limbah pembuangan juga berpotensi mengandung virus HAV.
Anda bisa mengurangi risiko terkena penyakit ini dengan menghindari faktor-faktor penyebabnya. Risiko terkena hepatitis A pun dapat meningkat bila Anda mengalami kondisi tertentu, yaitu:
Pada dasarnya, tes hepatitis A tidak jauh berbeda dengan jenis hepatitis lainnya. Dokter akan bertanya seputar gejala dan keluhan yang dialami.
Setelah itu, Anda kana menjalani pemeriksaan fisik sederhana. Bila kondisi mengindikasikan adanya virus di dalam tubuh, dokter akan meminta Anda menjalani serangkaian pemeriksaan, seperti tes darah.
Tes darah hepatitis A dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat virus HAV atau tidak dalam antibodi immunoglobulin G (IgM) pada sampel darah.
Selain itu, Anda mungkin juga akan menjalani tes RT-PCR untuk mendeteksi virus hepatitis dalam RNA. Namun, pemeriksaan ini lebih jarang dilakukan karena membutuhkan laboratorium khusus.
Pengobatan hepatitis A tidak memerlukan perawatan yang khusus. Pasalnya, tubuh Anda akan membersihkan virus HAV dengan sendirinya, meskipun memakan banyak waktu.
Kebanyakan kasus melaporkan bahwa organ hati penderita akan sembuh dalam jangka waktu 6 bulan tanpa kerusakan permanen.
Berikut ini beberapa cara mengobati hepatitis sederhana yang dianjurkan dokter.
Pasien hepatitis A mungkin akan diminta untuk beristirahat lebih banyak. Hal ini dikarenakan kebanyakan penderita HAV merasa lelah dan tidak bertenaga.
Salah satu gejala hepatitis yang perlu dikendalikan adalah mual. Rasa mual dapat menurunkan nafsu makan. Anda bisa mengendalikan rasa mual tersebut dengan cara:
Obat pereda nyeri, seperti acetaminophen atau paracetamol, sebaiknya dihindari bila Anda mengalami gejala mual dan muntah. Selain itu, Anda juga diminta untuk berhenti minum alkohol selama terinfeksi virus agar kesehatan hati terjaga dengan baik.
Selain perawatan sederhana, beberapa pasien mungkin akan membutuhan obat-obatan untuk mengendalikan gejala yang mengganggu, seperti demam.
Meski begitu, dokter tetap akan memberikan obat-obatan ketika gejala hepatitis yang dialami cukup parah. Obat-obatan ini bertujuan untuk mengendalikan gejala yang dialami penderita.
Setelah dipastikan pulih, seharusnya penyakit ini tidak berpotensi menimbulkan konsekuensi kesehatan apapun pada penderitanya. Tubuh malah akan membentuk antibodi terhadap virus HAV setelah pulih.
Antibodi ini akan membangun imunitas yang akan mencegah terjadinya infeksi jika selanjutnya Anda terpapar virus HAV di kemudian hari.
Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah hepatitis termasuk hepatitis A, mulai dari vaksinasi hingga hal-hal kecil seperti mencuci tangan.
Berikut ini beberapa cara yang bisa dilakukan untuk melindungi diri dari infeksi virus hepatitis.
Vaksin hepatitis A adalah salah satu pilihan terbaik untuk mencegah penyakit ini. Setelah disuntikkan vaksin, tubuh akan membentuk antibodi yang dapat melawan virus dalam waktu satu bulan.
Vaksin ini pun tetap bisa didapatkan setelah terinfeksi virus. Meski begitu, tingkat efektivitas vaksin ini hanya bekerja dalam periode 2 minggu setelah terpapar virus.
Vaksin hepatitis A termasuk salah satu vaksin yang aman dipakai dan hampir tidak memiliki efek samping yang berbahaya.
Proses pemberian vaksin akan dilakukan secara bertahap sebanyak dua kali dengan rentang waktu 6 bulan. Anda disarankan untuk melakukan vaksinasi secara penuh, sehingga tubuh dapat membangun sistem imun yang sempurna.
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekitar adalah kunci utama dari upaya mencegah hepatitis A. Bahkan, menjaga kebersihan, seperti mencuci tangan, dilakukan sebagai pengobatan hepatitis di rumah.
Cobalah untuk menerapkan pola hidup yang bersih, seperti:
Selama Anda terinfeksi hepatitis A, sebaiknya hindari berhubungan seks dengan pasangan.
Berbagai jenis aktivitas seksual berisiko dapat menularkan virus kepada pasangan. Selain itu, kondom juga dinilai tidak memberikan perlindungan yang efektif.
Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan hubungi dokter untuk mendapatkan solusi yang tepat.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar