Apa pengaruh hepatitis saat hamil pada bayi — baik saat masih dalam kandungan maupun setelah lahir?
Bayi dalam kandungan pada umumnya tidak terpengaruh oleh virus hepatitis milik ibunya selama kehamilan. Namun, mungkin ada beberapa peningkatan risiko tertentu saat persalinan, seperti bayi lahir prematur, bayi lahir dengan berat rendah (BBLR), atau kelainan anatomi dan fungsi tubuh bayi (terutama pada infeksi hepatitis B kronis).
Risiko lainnya adalah bayi Anda bisa terinfeksi saat lahir. Bayi mungkin terinfeksi hepatitis B saat lahir jika ibu positif memiliki virusnya. Biasanya, penyakit ini diteruskan ke anak yang terkena paparan darah dan cairan vagina ibu selama proses persalinan. Infeksi virus hepatitis B bisa sangat parah pada bayi. Hal itu bisa mengancam nyawa mereka. Apabila anak terinfeksi virus hepatitis B semasa kecil, sebagian besar kasusnya akan berlanjut menjadi kronis. Hepatitis kronis inilah yang bisa berakibat buruk pada kesehatan anak di kemudian hari, yaitu berupa kerusakan hati (sirosis) dan kadang kanker hati (terutama jika disertai infeksi virus hepatitis C).
Di sisi lain, kecil peluangnya untuk Anda menurunkan virus hepatitis C ke bayi. Hanya 4-6% bayi yang lahir dari ibu positif hepatitis C akan terinfeksi virus. Ini berarti hampir semua bayi yang lahir dari ibu dengan hepatitis C tidak akan terkena virusnya. Risiko penularan hepatitis C dari ibu ke anak baru meningkat jika ibu memiliki jumlah virus (viral load) yang tinggi atau sekaligus memiliki HIV di waktu yang bersamaan.
Bagaimana mengatasi hepatitis saat hamil?
Ketika Anda pergi ke dokter untuk kunjungan prenatal pertama Anda, Anda akan menjalani serangkaian tes darah rutin, termasuk untuk memeriksa virus hepatitis B (HBV). Jika hasil tes Anda negatif HBV dan belum menerima vaksin hepatitis B, dokter mungkin menyarankan agar Anda diimunisasi, terutama jika Anda berisiko tinggi tertular penyakit ini.
Jika Anda baru terpapar hepatitis selama kehamilan, Anda juga mungkin akan diberi vaksin imunoglobulin untuk mencegah Anda terkena penyakit ini. Vaksin ini aman untuk wanita hamil dan bayi yang sedang berkembang. Untuk kasus hepatitis positif yang lebih lanjut (viral load tinggi) mungkin perlu ditangani dengan obat antivirus yang disebut tenofovir, yang dapat menurunkan risiko perpindahan HBV ke bayi Anda.
Sementara itu, tidak ada vaksin yang tersedia sampai saat ini untuk melindungi virus hepatitis C. Menghindari jenis perilaku berisiko adalah satu-satunya cara untuk mencegah infeksi jenis ini. Jika Anda positif hepatitis C, Anda tidak akan bisa mendapatkan obat standar yang digunakan untuk mengobati hepatitis C saat Anda hamil. Obat-obatan untuk infeksi hepatitis C tidak aman untuk bayi Anda yang belum lahir. Pengobatan utamanya adalah kombinasi dua obat yang disebut pegylated interferon dan ribavirin. Obat lain terkadang bisa ditambahkan: baik boceprevir atau telaprevir. Namun, tidak satupun obat ini terbukti aman selama kehamilan dan ribavirin dapat menyebabkan cacat lahir yang serius, atau bahkan kematian bayi yang belum lahir.
Persalinan normal lewat vagina maupun operasi caesar sama amannya untuk pasien hepatitis B dan C. Tidak ada perbedaan dari tingkat penularan yang diketahui saat membandingkan kedua metode persalinan. Risikonya sama saja terlepas dari apakah kelahiran terjadi melalui persalinan normal atau lewat caesar.
Haruskah bayi saya imunisasi hepatitis?
Ya. Semua bayi divaksinasi terhadap virus hepatitis B. Jika Anda tidak terinfeksi virus hepatitis B, bayi tetap harus mendapatkan vaksin dosis pertama sebelum Anda meninggalkan rumah sakit. Jika tidak bisa diberikan saat itu, vaksin harus diberikan dalam waktu 2 bulan setelah kelahiran. Dosis yang tersisa diberikan dalam 6-18 bulan ke depan. Ketiga suntikan HBV diperlukan untuk perlindungan seumur hidup, dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan agar semua bayi menerimanya, terlepas dari kondisinya.
Jika Anda terinfeksi hepatitis B, dokter akan memberikan suntikan antibodi hepatitis B untuk bayi Anda dalam 12 jam setelah melahirkan. Vaksin ini sudah cukup untuk memberikan perlindungan jangka pendek bagi bayi terhadap virus tersebut. Antibodi dan vaksin bersama-sama akan efektif untuk mencegah infeksi pada bayi hingga 85-95 persen.
Jika Anda terinfeksi virus hepatitis C, biasanya bayi dapat diuji dari usia delapan minggu dengan menggunakan tes deteksi viral PCR. Ini harus diikuti dengan tes PCR lain dalam 4-6 minggu setelahnya dan tes antibodi hepatitis C saat bayi berusia 12-18 bulan.
Jika bayi Anda positif hepatitis C, ia akan mendapat perawatan lebih lanjut. Ia harus rutin melakukan pemeriksaan fisik, tes darah dan kemungkinan pemindaian ultrasound atau tes lainnya. Tidak semua anak dengan hepatitis C diberikan obat-obatan resep. Pengobatan hepatitis C pada anak bervariasi dan bergantung pada apa yang terbaik untuk setiap anak.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar