backup og meta

Hepatitis E

Hepatitis E

Ada berbagai macam jenis hepatitis, salah satunya adalah hepatitis E. Jenis penyakit liver ini banyak ditemukan di negara berkembang dengan kondisi sanitasi yang buruk.

Penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya, tetapi pada kasus yang kronis, penderitanya mungkin membutuhkan perawatan dari dokter. Simak gejala, penyebab, dan pengobatannya berikut ini.

Apa itu hepatitis E?

Hepatitis E adalah penyakit liver yang disebabkan oleh infeksi virus HEV. Virus HEV menyerang hati dan mengakibatkan peradangan serta kerusakan hati yang juga berpotensi merusak organ lainnya. 

Virus ini menyerang sel sehat dalam tubuh dan terdiri dari berbagai jenis yang berbeda sesuai dengan cara penularannya.

Sebagai contoh, penularan penyakit hepatitis ini dapat terjadi melalui konsumsi air yang terkontaminasi virus. 

Pada beberapa kasus, penularan bisa terjadi dari memakan daging yang kurang matang atau hewan liar, seperti rusa. 

Hepatitis tipe ini biasanya menyebabkan infeksi akut atau jangka pendek. Namun, tidak menutup kemungkinan virus akan berkembang menjadi hepatitis kronis yang berpotensi menimbulkan komplikasi. 

Seberapa umum kondisi ini? 

Hepatitis E termasuk penyakit yang jarang terjadi, terutama di negara-negara maju seperti Amerika Serikat.

Meski begitu, penyakit hepatitis ini lebih sering ditemukan di negara berkembang yang memiliki tingkat kebersihan dan sanitasi yang kurang baik. 

Masyarakat yang tinggal di pemukiman padat atau pengungsian juga lebih berisiko mengalami penyakit ini. 

Dilansir dari organisasi kesehatan dunia WHO, setidaknya setiap tahunnya terdapat sekitar 20 juta orang terinfeksi virus HEV. Hampir lebih dari 56 ribu kasus di antaranya berakhir dengan kematian. 

Jenis hepatitis E

Hepatitis E dibagi menjadi dua bagian berdasarkan lama waktu infeksinya, yaitu sebagai berikut.

1. HEV akut

Hepatitis E akut adalah infeksi virus jangka pendek. Infeksi ini biasanya dapat sembuh dengan sendirinya karena tubuh dapat melawan virus dengan sistem kekebalan tubuh.

Itu sebabnya, penderita HEV akut dapat membaik tanpa pengobatan setelah beberapa minggu. 

2. HEV kronis

Bila infeksi HEV terjadi dalam waktu yang lama dan tidak kunjung membaik, artinya Anda mengalami hepatitis kronis. Kondisi ini cukup langka dan hanya terjadi pada orang yang memiliki sistem imun yang lemah. 

Sebagai contoh, hepatitis E kronis lebih mungkin terjadi pada orang yang menggunakan obat-obatan yang melemahkan sistem imun, atau penderita HIV/AIDS. 

Tanda dan gejala hepatitis E

Mata kuning gejala hepatitis

Umumnya, gejala HEV dapat muncul sekitar 2 – 7 minggu setelah terinfeksi virus. Pada dasarnya, gejala hepatitis E mirip dengan tanda-tanda hepatitis pada umumnya

Gejala juga biasanya berlangsung selama sekitar 2 bulan dan memicu kondisi seperti:

  • kulit dan selaput mata menguning (penyakit kuning), 
  • warna urine gelap seperti teh, 
  • nyeri sendi, 
  • kehilangan nafsu makan, 
  • nyeri perut
  • pembengkakan hati, 
  • gagal hati akut, 
  • mual dan muntah, 
  • kelelahan, serta 
  • demam. 

Kapan harus periksa ke dokter? 

Bila Anda mengalami salah satu atau lebih gejala, baik yang disebutkan atau tidak disebutkan, dan mengkhawatirkan, segera periksakan diri ke dokter.

Tubuh setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda, sehingga ada kemungkinan gejala yang muncul pun bervariasi. 

Penyebab hepatitis E

Virus hepatitis E (HEV) adalah virus penyebab dari penyakit ini. Virus ini biasanya dapat menyebar melalui air minum yang tercemar.

Di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat, HEV dapat menular dari hewan ke manusia, seperti konsumsi daging babi setengah matang atau hewan buruan. 

Mirip dengan hepatitis A, virus hepatitis E menyebar melalui jalur fecal-oral akibat air minum yang terkontaminasi feses penderita.

Selain itu, ada cara penyebaran virus lainnya yang turut menyumbang kasus infeksi HEV ini, yakni: 

  • konsumsi daging yang kurang matang, 
  • transfusi darah yang terpapar virus, serta 
  • penularan vertikal, dari ibu hamil penderita hepatitis ke bayinya. 

Faktor risiko hepatitis E

Semua orang bisa mengalami kondisi. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit hati ini, meliputi: 

  • tinggal di lingkungan dengan sanitasi yang buruk, 
  • berhubungan seks dengan penderita HEV tanpa kontrasepsi,
  • tinggal dengan pasien HEV kronis, 
  • bepergian ke wilayah dengan tingkat infeksi HEV yang tinggi, dan
  • bekerja sebagai pawang hewan, terutama di peternakan babi. 

Tingkat risiko terpapar infeksi virus nantinya juga akan meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

Selain itu, beberapa ahli menyebutkan bahwa pria terlihat lebih berpotensi mengalami kondisi ini dibandingkan wanita. 

Komplikasi hepatitis E

Umumnya, penderita hepatitis E yang sudah dewasa dapat sembuh dengan sendirinya dan angka kematian akibat virus ini pun termasuk rendah.

Walaupun demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa penyakit ini bisa menyebabkan sejumlah komplikasi, seperti: 

  • gagal hati akut, 
  • komplikasi kehamilan, seperti kelahiran bayi prematur dan kelahiran mati, 
  • sirosis hati, serta 
  • gagal hati permanen. 

Komplikasi HEV kronis biasanya lebih sering terjadi pada pasien dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. 

Diagnosis hepatitis E

Kebanyakan kasus hepatitis E tidak dapat dibedakan lewat gejala dari jenis hepatitis lainnya. Namun, dokter biasanya bisa mendiagnosis penyakit ini lewat jumlah kasus yang terjadi di lingkungan sekitar. 

Selain itu, ada sejumlah pemeriksaan yang mesti dijalani untuk mendeteksi penyakit ini, seperti: 

  • tes antibodi RNA, 
  • tes serologi, dan 
  • RT-PCR (transcriptase-polymerase chain reaction). 

Ketiga pemeriksaan di atas membutuhkan laboratorium khusus dan diperlukan di wilayah yang memiliki jumlah kasus HEV yang cukup sedikit. 

Pengobatan hepatitis E

efek konsumsi obat

Kondisi ini sebenarnya dapat disembuhkan tanpa pengobatan, tetapi hal ini hanya berlaku pada HEV akut.

Bila sudah memasuki tahap kronis dan memicu sejumlah gejala yang mengganggu, pengobatan dari dokter pun dibutuhkan.

Berikut ini beberapa pilihan obat dan pengobatan untuk mengatasi penyakit ini yang dianjurkan oleh dokter. 

1. Obat hepatitis

Langkah pertama sebagai cara mengatasi hepatitis E adalah meresepkan obat-obatan dan terapi imunosupresi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi jumlah virus di dalam darah hingga 30% pada pasien. 

Bila tidak kunjung membuahkan hasil, pilihan pengobatan tambahan adalah memanfaatkan obat antivirus, seperti monoterapi ribavirin

Dokter mungkin akan meresepkan obat hepatitis seperti obat imunosupresan. Namun, sebelum menggunakan obat, beritahu dokter terkait semua obat yang digunakan, termasuk obat herbal.

2. Transplantasi hati

Bila hepatitis E kronis menyebabkan kerusakan hati permanen, artinya Anda memerlukan transplantasi hati.

Setelah menjalani transplantasi, dokter mungkin merekomendasikan terapi interferon alfa pegilasi untuk 3 – 12 bulan. 

Di lain sisi, pengobatan ini dapat menimbulkan efek samping yang serius dan penolakan organ pada penerima donor. 

Perawatan rumahan hepatitis E

Pada dasarnya pengobatan di rumah penting dilakukan oleh setiap pasien hepatitis. Pengobatan di rumah bertujuan untuk meredakan gejala yang dialami. 

Kabar baiknya, pasien HEV dengan sistem imun yang baik biasanya hanya membutuhkan pengobatan sederhana untuk menghilangkan virus ini. Ini sejumlah perawatannya.

  • Lebih banyak beristirahat di rumah.
  • Tidak terburu-buru kembali menjalani aktivitas harian yang berat.
  • Penuhi kebutuhan cairan untuk menghindari dehidrasi.
  • Jalani diet sehat dan pengidap hepatitis menghindari makanan tertentu, seperti produk hewani.
  • Hentikan konsumsi alkohol yang dapat merusak kesehatan hati. 

Berapa lama penyakit hepatitis E dapat sembuh?

Pada kebanyakan kasus, penyakit hepatitis E dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu 4 – 6 minggu. Jika gejala tidak kunjung sembuh dan berlangsung lama, Anda mungkin terkena hepatitis E kronis dan perlu mendapatkan perawatan dari dokter.

Pencegahan hepatitis E

Sejauh ini baru ada satu vaksin yang dikembangkan oleh peneliti di Tiongkok dan digunakan di negara tersebut.

Namun, vaksin hepatitis E belum tersedia dan menerima izin secara luas, sehingga Anda perlu menjalani gaya hidup bersih dan sehat berikut untuk mencegah hepatitis.

  • Konsumsi air yang bersih, seperti air kemasan.
  • Hindari makan makanan mentah atau tidak dikupas.
  • Selalu cuci buah dan sayur dengan air sebelum dimasak atau dikonsumsi.
  • Selalu mencuci tangan, terutama setelah dari toilet atau sebelum makan. 

Penyakit hepatitis E umumnya tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya dan sangat jarang menimbulkan kerusakan hati.

Namun, penyakit ini bisa berbahaya dan memicu komplikasi pada beberapa orang, terutama pada ibu hamil dan orang dengan sistem imun tubuh yang lemah

Jika Anda merasakan gejala penyakit ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter.  

Kesimpulan

  • Hepatitis E adalah penyakit hati menular yang disebabkan oleh infeksi virus HEV.
  • Virus ini menyebar melalui air minum yang terkontaminasi feses penderita, konsumsi daging mentah, transfusi darah, atau dari ibu hamil penderita hepatitis ke bayinya.
  • Pada kasus yang ringan, penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya. Pada kasus kronis, Anda mungkin membutuhkan obat-obatan dan terapi imunosupresi.

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Hepatitis E. (2023). World Health Organization. Retrieved 04 September 2024, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hepatitis-e 

Hepatitis Questions and Answers for Health Professionals. (2020). Center for Diseases Control and Prevention. Retrieved 4 January 2021, from https://www.cdc.gov/hepatitis-e/about/index.html  

Hepatitis E. (2017). National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease. Retrieved 04 September 2024, from https://www.niddk.nih.gov/health-information/liver-disease/viral-hepatitis/hepatitis-e 

Junaid, S. A., Agina, S. E., & Abubakar, K. A. (2014). Epidemiology and associated risk factors of hepatitis e virus infection in plateau state, Nigeria. Virology : Research and treatment, 5, 15–26. 

 Hepatitis E. (2023). British Liver Trust. Retrieved 04 September 2024,from https://britishlivertrust.org.uk/information-and-support/liver-conditions/hepatitis-e/ 

Versi Terbaru

10/09/2024

Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: Fidhia Kemala


Artikel Terkait

Panduan Melakukan Seks Aman dengan Penderita Hepatitis

Ibu Hepatitis Boleh Menyusui, Apakah Bayi Bisa Tertular?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Lika Aprilia Samiadi · Tanggal diperbarui 10/09/2024

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan