Diare merupakan masalah pencernaan yang sangat sering terjadi. Kondisi ini biasanya terjadi akibat keracunan makanan, infeksi virus, atau pencernaan yang sensitif. Meski gejalanya bisa saja ringan, diare berisiko menyebabkan dehidrasi dan kekurangan nutrisi.
Pengertian diare
Diare adalah gangguan pencernaan yang ditandai dengan buang air besar encer tiga kali atau lebih dalam sehari.
Ada banyak kondisi yang dapat menyebabkan kondisi ini, mulai dari infeksi bakteri, efek obat-obatan, hingga penyakit pada saluran pencernaan.
BAB cair dan sering (menceret) yang disebabkan oleh penyakit pencernaan biasanya muncul dengan disertai gejala lain.
Kondisi ini bisa membaik dengan sendirinya, bahkan tanpa pengobatan. Namun, jika berlangsung hingga berhari-hari, diare dapat menandakan penyakit yang lebih serius.
Buang air besar secara menerus bisa saja menyebabkan dehidrasi atau komplikasi lain bila tidak ditangani.
Mengutip situs Organisasi Kesehatan Dunia atau World Health Organization (WHO), berikut beberapa jenisnya.
1. Diare akut
Diare akut adalah BAB cair yang muncul secara tiba-tiba dan berlangsung selama tiga hari hingga seminggu.
Kondisi ini muncul akibat infeksi bakteri atau virus dari makanan atau minuman yang terkontaminasi. Diare akut terbagi lagi menjadi dua jenis.
- Akut berair: ditandai dengan feses cair yang berlangsung selama beberapa hari, kebanyakan disebabkan oleh infeksi norovirus atau rotavirus.
- Akut berdarah atau disentri: ditandai dengan feses berdarah dan berlendir. Penyebabnya adalah infeksi bakteri E. histolytica atau S. bacillus.
2. Diare kronis
Ini adalah penyakit diare yang dapat berlangsung selama empat minggu atau lebih. Gejalanya sudah ada dalam waktu yang lama dan berkembang secara perlahan.
Kondisi ini kurang umum dan biasanya disebabkan oleh kondisi medis, alergi, obat-obatan, atau infeksi kronis.
Gangguan pencernaan pemicunya adalah sindrom iritasi usus besar (IBS), penyakit Crohn, atau kolitis ulseratif.
3. Diare persisten
Kondisi ini adalah buang air menerus yang berlangsung lebih dari dua minggu, tapi tidak lebih dari empat minggu.
Durasi buang air lebih lama daripada jenis akut, tapi lebih singkat dibandingkan jenis kronis. Diare persisten terbagi menjadi dua.
- Osmotik: makanan di usus tidak dapat diserap dengan baik sehingga cairan berlebih terbuang bersama feses.
- Sekretori: gangguan sistem pembuangan pada usus kecil atau usus besar dalam menyerap elektrolit.
Tanda dan gejala diare
Frekuensi BAB yang normal bagi tiap orang berbeda-beda, tergantung banyak faktor. Salah satu ciri pencernaan sehat adalah pola BAB teratur.
Seseorang dikatakan mengalami memiliki penyakit diare bila frekuensi BAB-nya lebih sering dari biasanya. Gejala diare yang umumnya timbul, yaitu:
- feses lembek dan cair,
- feses keluar dalam jumlah yang banyak,
- sakit dan kram perut,
- kembung
- mual dan muntah,
- selalu ada hasrat ingin BAB,
- demam,
- dehidrasi, serta
- feses berdarah.
Kapan harus periksa ke dokter?
Segera periksa ke dokter apabila mengalami hal-hal sebagai berikut. - Tidak sembuh selama 2 hari lebih.
- Mengganggu kegiatan sehari-hari atau tidur malam.
- Feses menghitam atau berdarah.
- Demam di atas 39 °Celsius.
- Haus terus-menerus dan bibir kering.
- Tubuh lemas.
Penyebab diare
Berikut penyebab diare yang mungkin terjadi.
- Infeksi E. coli atau Salmonella akibat makanan yang tidak steril atau telah terkontaminasi.
- Infeksi virus, seperti rotavirus, adenovirus, norovirus, dan astrovirus.
- Intoleransi, sensitivitas yang tinggi, atau alergi terhadap makanan tertentu.
- Efek samping obat tertentu seperti antibiotik atau antasida.
- Penyakit radang usus atau penyakit celiac.
- Terlalu banyak makan makanan manis sehingga perut tidak bisa mencerna gula dengan baik.
Faktor risiko diare
Berikut berbagai hal yang membuat Anda rentan mengalami menceret.
- Jarang mencuci tangan setelah ke toilet.
- Penyimpanan dan persiapan makanan yang tidak bersih.
- Jarang membersihkan dapur dan toilet.
- Terlalu banyak makan pedas, minum minuman kopi, teh, soda, atau permen karet yang mengandung gula yang sulit diserap.
- Bepergian jauh, kondisi ini juga disebut dengan diare wisatawan.
- Konsumsi makanan sisa yang sudah basi.
- Sumber air yang tidak bersih.
- Konsumsi makanan mentah.
Komplikasi diare
Buang air besar menerus bisa segera sembuh dengan perawatan yang tepat.
Namun, jika dibiarkan, gangguan pencernaan ini bisa menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Berikut berbagai komplikasinya.
1. Malnutrisi
BAB cair yang terjadi secara terus-menerus dapat menyebabkan malnutrisi. Pasalnya, buang air berlebih dalam waktu lebih dari sebulan bisa membuat tubuh kehilangan terlalu banyak vitamin, mineral, protein, dan lemak.
Kondisi ini juga dapat menurunkan berat badan dengan cara yang tidak sehat. Ini terjadi karena tubuh tidak menyerap cukup karbohidrat dan kalori dari makanan yang Anda makan.
2. Perdarahan dan iritasi
Penyakit diare jangka panjang dapat menyebabkan iritasi pada usus besar atau rektum. Iritasi biasanya berbentuk luka yang membuat jaringan usus menjadi rapuh.
Selain itu, iritasi dapat menyebabkan perdarahan pada usus maupun feses yang keluar.
3. Dehidrasi
Buang-buang air bisa menyebabkan dehidrasi karena Anda kehilangan banyak cairan tubuh. Dehidrasi ringan dapat mudah diatasi dengan memperbanyak asupan cairan, baik dari air putih, oralit, atau makanan berkuah.
Akan tetapi, penyakit diare kronis bisa menyebabkan dehidrasi parah yang berbahaya. Kondisi ini mengakibatkan penurunan volume dan perubahan warna urine, kelelahan, sakit kepala ringan, dan penurunan tekanan darah.
Ada pula risiko komplikasi serius, seperti penyakit ginjal, kejang, asidosis metabolik, hingga syok hipovolemik akibat terlalu banyak kehilangan cairan. Syok hipovolemik dapat menyebabkan pingsan, bahkan kematian.
4. Septikemia
Septikemia terjadi ketika seseorang mengalami keracunan akibat masuknya bakteri ke dalam aliran darah.
Komplikasi ini cukup langka dan biasanya hanya terjadi pada orang yang mengalami penyakit diare parah akibat infeksi bakteri Clostridium difficile.
Bakteri ini menyerang usus besar dan menyebabkan peradangan pada dindingnya. Peradangan membuat darah menggumpal sehingga oksigen tak bisa mencapai organ yang dituju. Akibatnya, organ dapat mengalami kegagalan fungsi.
Diagnosis diare
Dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan fisik dan melihat riwayat medis Anda untuk mencari tahu penyebab buang-buang air. Dokter biasanya akan menanyakan beberapa hal, seperti:
- gejala yang Anda rasakan,
- seberapa sering Anda buang air besar,
- makanan sebelum buang-buang air yang Anda konsumsi,
- obat-obatan yang sedang dikonsumsi, dan
- ada atau tidaknya gejala selain sakit perut yang dialami.
Pada beberapa kasus, dokter akan meminta Anda untuk melakukan tes kesehatan tambahan.
Berikut adalah beberapa pemeriksaan lanjutan yang akan dilakukan.
- Pemeriksaan darah: mengukur kadar elektrolit dan ginjal untuk melihat keparahan diare.
- Tes feses: melihat adanya bakteri atau parasit yang menyebabkan BAB cair dan sering.
- Sigmoidoskopi fleksibel atau kolonoskopi: memasukkan tabung tipis dan lentur berkamera dari rektum untuk melihat usus besar Anda.
- Tes hidrogen napas: mengukur kadar hidrogen untuk memastikan adanya toleransi laktosa.
Pengobatan diare
Diare sebaiknya diberi pengobatan secara medis untuk menurunkan risiko komplikasi.
1. Pengobatan secara medis
Berikut beberapa jenis obat diare medis.
- Attapulgite: menyerap sejumlah besar bakteri atau racun yang ada di dalam pencernaan.
- Cairan elektrolit atau larutan oralit: mencegah dehidrasi.
- Bismuth subsalicylate: mengurangi aliran cairan dan elektrolit ke dalam usus, mengurangi peradangan, dan membunuh kuman penyebab menceret.
- Loperamide: memperlambat pergerakan pada sistem pencernaan dan memadatkan feses.
Perawatan rumahan diare
Selain mengonsumsi obat-obatan dari dokter, Anda perlu mengetahui cara mengatasi diare di rumah. Apa saja?
1. Hindari makanan penyebab diare
Berikut makanan penyebab diare yang perlu dihindari.
- Minuman dan makanan yang terbuat dari susu.
- Makanan berat, berlemak, berminyak, dan pedas.
- Minuman yang mengandung kafein, seperti kopi dan teh.
2. Makan sehat dengan diet BRAT
Selama masa pemulihan, tubuh Anda memerlukan nutrisi dari makanan. Maka dari itu, pilihlah makanan yang sehat dan mudah dicerna.
Anda bisa mengikuti pola makan BRAT (Bananas, Rice, Applesauce, Toast).
Makanan yang dikonsumsi pada pola BRAT terdiri dari makanan berserat rendah, rasa yang cenderung hambar, dan mudah dicerna, seperti nasi, saus apel, pisang, dan roti.
Makanan tersebut baik dikonsumsi saat organ pencernaan sedang bermasalah.
3. Istirahat yang cukup
Anda harus beristirahat sebanyak mungkin dan disarankan untuk berhenti beraktivitas sementara waktu.
Hal tersebut berguna untuk memulihkan tenaga yang telah dihabiskan akibat bolak-balik buang air besar.
Pencegahan diare
Berikut cara mencegah diare yang perlu dilakukan setiap saat.
- Mengonsumsi makanan matang.
- Cuci tangan yang benar menggunakan air dan sabun selama 20 detik sebelum dan sesudah menyiapkan makanan, setelah menggunakan toilet, mengganti popok, bersin, batuk, dan membuang ingus.
- Bersihkan permukaan benda-benda yang sering disentuh dengan disinfektan seperti pegangan pintu, remote, ponsel, dan meja.
Diare adalah BAB cair dan terjadi selama tiga kali atau lebih dalam sehari. Kondisi ini harus segera diatasi karena rentan memicu dehidrasi.
Bila terjadi pada anak-anak, lakukan pertolongan pertama untuk diare anak dengan meminumkan oralit, lalu awasi keluhan dan gejala yang dialami.
[embed-health-tool-bmr]