backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Sigmoidoskopi

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 26/08/2021

    Sigmoidoskopi

    Tahukah Anda bahwa organ usus besar membantu tubuh menyerap air dan nutrisi dari asupan yang dikonsumsi? Organ ini juga tempat pembentukan feses. Bila terjadi masalah, salah satu pemeriksaan yang direkomendasikan dokter yaitu sigmoidoskopi. 

    Apa itu sigmoidoskopi? 

    Sigmoidoskopi (sigmoidoscopy) adalah pemeriksaan diagnostik untuk memeriksa kolon sigmoid. Kolon sigmoid merupakan bagian akhir dari usus yang bergabung dengan rektum dan anus. 

    Pada prosedur ini, dokter akan menggunakan sigmoidoskop alias tabung kecil yang dilengkapi dengan lampu. Alat ini nantinya dimasukkan ke bagian belakang anus dan mendorongnya secara perlahan ke rektum dan kolon sigmoid. 

    Hal tersebut bertujuan memudahkan dokter atau perawat melihat lapisan rektum dan kolon sigmoid dan mendeteksi apakah ada gangguan pencernaan. Meski tidak menyakitkan, Anda mungkin merasa sedikit tidak nyaman ketika prosedur ini berlangsung. 

    Kegunaan sigmoidoskopi

    Dokter biasanya menganjurkan Anda untuk menjalani sigmoidoskopi ketika mencurigai kemungkinan masalah pencernaan yang serius, seperti: 

    Pemeriksaan awal juga dibutuhkan untuk mendeteksi penyakit pada tahap awal. Dengan begitu, dokter memiliki kesempatan yang lebih besar untuk memulihkan penyakit yang diderita pasien. 

    Siapa yang membutuhkan sigmoidoskopi?

    Penyedia layanan kesehatan mungkin akan merekomendasikan sigmoidoskopi ketika Anda mengalami sederet gejala seperti: 

    Beberapa kondisi di atas bisa menjadi tanda dari penyakit pada usus besar. Itu sebabnya, sigmoidoscopy dibutuhkan guna menentukan penyebab gejala Anda. 

    Jenis prosedur

    Di bawah ini merupakan dua jenis sigmoidoscopy yang biasa digunakan oleh dokter berdasarkan metode pemeriksaannya. 

    Sigmoidoskopi fleksibel

    Sigmoidoskopi fleksibel merupakan jenis prosedur yang paling umum. Pasalnya, metode ini memungkinkan dokter melihat di usus besar lebih jelas, terutama pada bagian bawah. Bahkan, jenis ini cenderung lebih nyaman dibandingkan satunya.

    Sigmoidoskopi kaku

    Umumnya, jenis sigmoidoscopy ini cenderung lebih kaku dibandingkan yang fleksibel, sehingga jarang digunakan. Tujuannya pun sama, yaitu melihat ke dalam rektum dan bagian bawah usus besar, tetapi tidak mencapai sejauh jenis yang fleksibel.

    Proses pemeriksaan

    Sama seperti pemeriksaan pada umumnya, Anda perlu memerhatikan sejumlah hal, mulai dari persiapan hingga usai pemeriksaan. 

    Persiapan sebelum tes

    Sebenarnya, persiapan sebelum sigmoidoskopi mirip dengan kolonoskopi. Anda mungkin akan memakai satu atau lebih enema, kira-kira dua jam sebelum tes dimulai. 

    Bila isi usus besar perlu dikosongkan, persiapan akan lebih mirip dengan kolonoskopi. Di bawah ini hal-hal yang perlu diperhatikan ketika mempersiapkan diri. 

    • Tidak makan sehari sebelum pemeriksaan. 
    • Hanya diperbolehkan minum air putih, sup kaldu, minuman bersoda, teh, dan kopi tanpa susu maupun krim. 
    • Menghindari minuman dengan pewarna merah atau ungu. 
    • Berpuasa, alias tidak makan dan minum sekitar delapan jam sebelum tes. 
    • Menggunakan bubuk pencahar yang dicampur dengan cairan untuk mengosongkan usus. 
    • Memberi tahu dokter terkait riwayat penyakit dan penggunaan obat. 
    • Memakai enema pada beberapa kasus. 

    Selalu ikuti instruksi dari dokter terkait persiapan sebelum pemeriksaan agar mendapatkan hasil yang maksimal. 

    Prosedur sigmoidoskopi

    kolonoskopi untuk kanker usus besar

    Umumnya, prosedur sigmoidoskopi hanya memakan waktu beberapa menit. Kebanyakan orang juga tidak membutuhkan anestesi atau obat bius lainnya. 

    Anda nantinya diminta untuk menggunakan gaun rumah sakit, sehingga bagian bawah tubuh terbuka. Lalu, Anda akan berbaring miring kiri dengan lutut yang ditarik ke arah dada. 

    Awalnya, dokter atau perawat memasukkan jari mereka yang sudah ditutupi dengan sarung tangan dan dilumasi ke dalam rektum. Hal ini bertujuan memeriksa penyumbatan dan memperlebar saluran belakang (anus). 

    Selanjutnya, dokter memasukkan sigmoidoskop dengan lembut hingga ke dalam rektum dan usus besar. Alat tersebut juga akan memompa udara agar dokter lebih mudah melihat bagian dalam usus. 

    Pada saat udara dipompa, Anda mungkin merasa kembung dan tidak nyaman, hingga mendorong tubuh untuk buang air besar (BAB). Sigmoidoskop akan diangkat secara perlahan dan lapisan usus diperiksa dengan teliti. 

    Terakhir, dokter mengambil sampel kecil (biopsi) lapisan usus untuk dikirim ke laboratorium dan dilihat di bawah mikroskop. Sampel ini juga dapat diuji untuk mendiagnosis masalah usus. 

    Efek setelah prosedur

    Kabar baiknya, sigmoidoskopi dapat dilakukan tanpa efek samping yang berarti. Namun, beberapa orang mungkin mengalami kram perut atau perut kembung usai menjalani tes. 

    Selain itu, ada beberapa efek yang mungkin terjadi setelah prosedur, seperti: 

    • kebocoran cairan yang disertai dengan buang angin,
    • sakit perut, serta
    • perdarahan ringan pada anus bila polip atau jaringan diangkat. 

    5 Gejala Umum Gangguan Pencernaan dan Kemungkinan Penyebabnya

    Risiko sigmoidoskopi

    Meski terbilang aman, sigmoidoscopy memiliki sejumlah risiko komplikasi yang bisa terjadi, antara lain: 

    • perdarahan, 
    • perforasi usus besar, 
    • nyeri parah di perut, atau
    • kematian meski jarang terjadi. 

    Hasil sigmoidoskopi

    Bila hasil dari laboratorium sudah keluar, dokter akan meninjaunya dan menjelaskan hal tersebut kepada Anda. 

    Hasil negatif

    Hasil sigmoidoskopi akan dianggap negatif bila dokter tidak menjumpai kelainan pada usus besar. Bila Anda memiliki risiko kanker usus besar selain usia, dokter mungkin merekomendasikan menunggu lima tahun sebelum kembali diperiksa. 

    Hasi positif

    Hasil sigmoidoscopy dianggap positif bila dokter menemukan polip atau kelainan jaringan pada usus besar. Anda mungkin membutuhkan tes tambahan, seperti kolonoskopi. Namun, hal ini bergantung pada apa yang ditemukan dokter. 

    Bila memiliki pertanyaan lebih lanjut, silakan konsultasikan dengan dokter guna memahami solusi apa yang tepat untuk Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Nabila Azmi · Tanggal diperbarui 26/08/2021

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan