Tangisan menjadi satu-satunya cara bayi berkomunikasi di awal kehidupannya. Namun, seiring berjalannya waktu, perkembangan bahasa bayi sudah mulai mengalami kemajuan. Tangisannya pun beragam dan mulai bisa dibedakan kapan ia lapar atau merasa bosan. Untuk lebih jelasnya, berikut perkembangan bahasa pada bayi yang perlu diketahui di tahun pertamanya.
Apa itu perkembangan kemampuan bahasa bayi?
Kemampuan bahasa bayi adalah keterampilan yang dimiliki bayi untuk berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain. Hal ini sejalan dengan perkembangan bayi sesuai usianya.
Sama seperti perkembangan motorik bayi, kemampuan sensorik, kecerdasan emosional, dan perkembangan kognitif bayi, perkembangan bahasa bayi juga berlangsung secara bertahap.
Usia awal ini memungkinkan otak bayi untuk menyerap bahasa sekaligus melatih kemampuan berkomunikasinya.
Hanya saja, perlu diketahui pula bahwa setiap anak ada kemungkinan akan berkembang dengan waktu yang berbeda-beda.
Itu sebabnya, perhatikan dan latih perkembangan kemampuan bahasa bayi guna memudahkannya dalam berkomunikasi.
Umur berapa bayi bisa mulai bicara?
Pada waktu bayi baru lahir biasanya ia lebih banyak menangis sebagai cara mengekspresikan emosi yang ia rasakan.
Seiring perkembangan serta pertumbuhan bayi, ia akan mulai mengeluarkan ocehan-ocehan seperti ingin menyampaikan sesuatu setelah berusia 2—3 bulan pertama.
Perkembangan bahasa bayi akan terus berlanjut hingga bayi bisa bicara kata pertamanya, misalnya “mama” atau “papa” yakni sekitar usia 9—12 bulan.
Mulai sejak itulah bayi akan lebih sering mengoceh guna menggambarkan apa yang ia lihat, dengar, rasakan, pikirkan, dan inginkan.
Tahap perkembangan kemampuan bicara bayi
Berikut beberapa tahapan atau fase bicara pada bayi.
Tahapan 1: Tangisan
Bayi telah menangis bahkan sejak lahir. Ketika baru lahir, tangisan bayi menandakan bahwa paru-parunya terisi oleh udara.
Ternyata, tangisan merupakan salah satu respons dari bayi terhadap lingkungan luarnya. Ada berbagai macam pula jenis tangisan bayi, yaitu berikut ini.
Ada beberapa ahli yang mengatakan bahwa tangisan merupakan cara bayi untuk memberitahukan orang di sekitarnya bahwa ia lapar.
Ciri tangisan ini adalah ada pola yang biasanya terdiri dari suara tangis itu sendiri, jeda beberapa saat, dan bunyi siulan pendek. Tangisan biasa juga biasanya terdengar lebih nyaring daripada tangisan lainnya.
Saat bayi menangis karena marah, suara tangisan akan terdengar seperti saat ada udara yang dipaksa masuk ke tenggorokan.
Biasanya suara tangisan bayi terdengar sangat keras dan ada kalanya bayi menahan napas. Oleh karena itu, jangan dibiarkan jika si Kecil mengalami tangisan yang satu ini.
Tahapan 2: Ocehan
Bayi biasanya mulai mengoceh pada usia sekitar 1—2 bulan. Tahap perkembangan bahasa bayi yang satu ini memperlihatkan bahwa suara dari ocehannya terbentuk dari suara udara yang diolah di tenggorokan.
Perlu diketahui apabila bayi biasanya mengoceh ketika merasa senang saat berada di sisi orang yang merawatnya.
Menariknya, di masa ini bayi sudah mulai belajar bahasa melalui mengenali kata-kata yang ia dengar dari orang di sekitarnya.
Tahapan 3: Celotehan (babbling)
Celoteh merupakan hasil penyempurnaan dari ocehan. Celoteh sendiri adalah hasil penggabungan huruf mati dan huruf hidup, seperti “da”, “ma”, “uh”, dan “na”.
Bayi bisa mulai berceloteh sekitar usia 6 bulan. Seperti di perkembangan usia 4 bulan ke atas bayi mulai bicara dengan meniru apa yang didengarnya.
Di usia ini juga, si Kecil belajar untuk mengucapkan kata-kata dengan vokal yang sama, seperti “bababa”, atau “yayaya”.
Meski upaya bayi untuk bicara terdengar masih asal dan belum masuk akal, tapi ia akan tetap mengulanginya berkali-kali.
Hal ini karena ia sedang bereksperimen menggunakan lidah, langit-langit mulut, serta pita suaranya.
Fakta menarik
Pada bayi tunarungu yang dilahirkan dari keluarga tunarungu yang menggunakan bahasa isyarat, bayi akan cenderung melakukan celotehan dengan tangan dan jarinya.
Perkembangan bahasa bayi ini juga akan muncul dalam waktu yang sama dengan bayi lainnya yang menggunakan suara dalam berceloteh, yaitu sekitar usia 6 bulan.
Tahapan 4: Munculnya kata pertama
Sebelum bisa berbicara dengan lancar, bayi sebenarnya telah memahami kata-kata yang belum bisa mereka ucapkan.
Seperti halnya ketika bayi sudah mampu mengetahui namanya sendiri pada perkembangan bayi usia 5 atau 6 bulan.
Di usia 6 bulan juga biasanya bayi mulai tahu namanya sendiri dan merespons atau menengok ketika ada yang memanggilnya.
Memasuki usia 7 bulan, ucapan bayi mulai terdengar masuk akal. Pasalnya, ia sedang berusaha mencoba nada dan pola bicara seperti apa yang diucapkan orang-orang terdekatnya, walaupun masih belum tepat.
Kemampuan bicaranya juga akan semakin baik karena si Kecil tidak hanya sekadar bicara saja. Melainkan berusaha mengaitkan suatu makna dengan dirinya secara bertahap.
Contohnya, Anda akan mendengar kata pertamanya yang mudah diucapkan tapi mengandung makna, yakni “mama” atau “papa”. Perkembangan bahasa bayi ini kemungkinan akan terjadi pada usia 8 bulan hingga usia 11 bulan.
Selanjutnya, akan terus muncul kata-kata menarik dengan pengucapan yang mudah dari si Kecil. Proses ini akan berlanjut seterusnya seiring dengan bantuan orang di sekitarnya yang mengajaknya bicara.
Pentingnya orangtua mengajak bayi bicara
Selama satu tahun sejak si Kecil lahir, pasti ada banyak sekali hal-hal baru yang ia coba pelajari, salah satunya adalah cara berkomunikasi.
Saat sang buah hati tersenyum, tertawa, atau sekedar mengoceh memanggil Anda dengan sebutan ‘mama’ atau ‘bubu’, itu adalah caranya sendiri untuk mengajak Anda mengobrol.
Melalui baby talk atau bahasa bayi tersebut, si Kecil berharap Anda akan menjawab ocehannya kembali dengan tersenyum, bernyanyi, atau membacakan buku.
Berkomunikasi dengan sang buah hati adalah fase penting pada masa-masa awal ia lahir dan selama tumbuh kembangnya.
Anda sebaiknya memusatkan perhatian pada perkembangan kemampuan berbicara dan berbahasa si Kecil karena hal tersebut berhubungan dengan banyak hal.
Beberapa manfaat cara melatih bayi bicara mulai dari perkembangan kemampuan membaca, menulis, serta ikatan batin dengan si Kecil kelak di kemudian hari.
Bagaimana cara melatih perkembangan bahasa bayi?
Agar tidak terlambat bicara dan kemampuan bahasa bayi bisa semakin optimal, Anda perlu mengasahnya sejak dini. Tak perlu bingung, beberapa tips berikut ini bisa Anda terapkan:
1. Usia 0-6 bulan
Begini tips melatih perkembangan kemampuan bahasa bayi usia 0—6 bulan.
Selama Anda melatih kemampuan bahasa bayi, selama itu pula Anda harus rajin mengajaknya berbicara banyak hal.
Meski mungkin si kecil belum sepenuhnya mengerti, tapi cara ini membuatnya paham bahwa Anda sedang mengajaknya berkomunikasi.
Dikutip dari Pregnancy Birth & Baby, usahakan untuk menatap mata si Kecil selama Anda berbicara dengannya.
- Jelaskan hal yang dilakukan dengan bayi
Cobalah dengan lebih sering menjelaskan padanya apa yang sedang Anda berdua lakukan.
Saat akan mengajak mandi, Anda dapat mengatakan, “Sudah jam segini, kita mandi dulu ya sayang. Enak nih pakai air hangat.”
Cara lain yang termasuk sebagai tahap perkembangan bahasa adalah dengan melanjutkannya dengan, “Sudah mandi, sudah wangi, sudah cantik (atau ganteng) sekarang kita minum susu ya, Nak.”
2. Usia 7-11 bulan
Sementara untuk bayi usia 7—11 bulan, begini tips melatih kemampuan perkembangan bahasa si Kecil agar ia cepat bicara.
- Bacakan cerita untuk bayi
Tidak ada kata terlalu cepat untuk mulai membacakan cerita pada bayi sebagai upaya melatih perkembangan kemampuan bahasanya.
Karena si kecil belum mampu membaca, Anda bisa menggunakan buku cerita yang lebih didominasi oleh beraneka macam gambar-gambar menarik.
Sembari membacakan cerita, jelaskan satu per satu pada si Kecil nama dari setiap gambar di dalam buku ceritanya.
- Lebih sering menyebut “dada” dan “mama”
Salah satu upaya si Kecil mengenal panggilan orangtuanya sekaligus melatih kemampuan bahasa bayi, sebutlah diri Anda dan pasangan dengan panggilan tertentu.
Setiap kali Anda mengajaknya bicara, Anda bisa mengatakan “Yuk, kakak ganti popok dulu sama Mama.”
Mulai biasakan juga untuk memanggil sebutan tersebut pada pasangan Anda saat sedang bersama si Kecil.
Perlahan-lahan, bayi secara refleks akan menyebut “papa”, “dada”, atau “mama” saat melihat Anda dari kejauhan.
Bahkan, dari yang tadinya belum cukup lancar, lama-kelamaan si Kecil dapat mengucapkannya dengan sangat fasih.
Sering-seringlah tersenyum dan melihat muka bayi saat mengajarkan si kecil suatu kosa kata.
Misalnya, Anda hendak mengajarinya untuk mengenal kata ‘makan’, maka Anda harus mengulangi kata tersebut sepanjang hari agar cepat diserap oleh otak si kecil.
Meskipun perkembangan bahasa pada bayi atau anak berbeda-beda, tapi memeriksakan anak ke dokter sedini mungkin adalah pencegahan terbaik untuk mengetahui apakah si Kecil mengalami kesulitan berbicara.
[embed-health-tool-vaccination-tool]