Beberapa hambatannya seperti, menjawab pertanyaan, mengungkapkan pendapat atau ide, membaca, atau memahami pembicaraan guru atau teman di kelasnya.
Jika anak tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik, tentu prestasinya di sekolah bisa jadi kurang memuaskan.
2. Sulit mendapat pekerjaan yang cocok saat dewasa kelak
Anak-anak yang terlambat dan memiliki gangguan bicara cenderung tidak tertarik untuk sekolah.
Pasalnya, mereka harus berjuang keras untuk mengikuti pelajaran dan berkomunikasi dengan baik.
Kondisi ini sering kali membuat mereka stres dan tertekan sehingga mungkin akan membuat anak memilih putus sekolah. Hal ini terutama terjadi pada mereka dengan kondisi ekonomi sulit.
Saat dewasa, anak dengan pendidikan yang rendah ini akan sulit mencari pekerjaan yang layak.
Bahkan, sulit untuk mempertahankan pekerjaan yang sudah dimiliki karena sulit untuk berkomunikasi.
3. Sulit bersosialisasi dan rentan mengalami masalah kejiwaan
Menjalin hubungan dengan teman sepermainan, anggota keluarga, atau orang lain akan sulit dilakukan anak dengan gangguan berbicara.
Mereka sulit untuk menerima informasi, mengikuti pembicaraan, atau menanggapi candaan orang lain.
Kondisi ini menimbulkan tekanan besar pada anak sehingga ia rentan mengalami fobia sosial (social anxiety disorder).
Fobia sosial adalah gangguan mental yang menyebabkan seseorang cemas berlebihan dan takut berada di tempat umum yang ramai.
Ini juga membuat si kecil rentan mengalami gangguan emosional pada anak
Cara mengatasi anak terlambat bicara
Anak terlambat bicara masih bisa diatasi, tergantung dengan tingkat keparahannya. Anda bisa melatihnya setiap hari di rumah atau menjalani terapi wicara dengan ahli.
Berikut beberapa cara melatih agar anak cepat berbicara.
1. Perhatikan gerak tangan anak
Anak yang berusia 1 tahun sebenarnya telah mengerti banyak kata, mereka hanya belum bisa mengatakannya pada Anda.
Oleh karena itu, Anda bisa meningkatkan kemampuan bahasa si kecil dengan memerhatikan gerak-geriknya dan menarik kesimpulan darinya.
Sebagai contoh, saat anak Anda melambaikan tangan, Anda bisa mengatakan, “Dadah, adik!” atau, saat mereka menunjuk sebuah benda, Anda bisa mengatakan, “Adik mau mainan? yang mana? oh yang merah ini ya?”.
2. Gunakan kosa kata yang sebenarnya
Mengingat kemampuan berbicaranya masih terbatas, anak cenderung menyebut sebuah objek yang dilihatnya dengan kosakata mereka sendiri.
Hal tersebut dilakukan sesuai dengan kemampuan pengucapannya. Ini sering dikenal dengan baby talk alias bahasa bayi.
Namun, sebagai orangtua, Anda perlu menggunakan kata yang sebenarnya, bukan ikut-ikutan pakai bahasa bayi.
Hal ini dimaksudkan untuk membantu memperbanyak kosakata anak si kecil dan membantu mereka belajar berbicara.
Sebagai contoh, saat anak Anda menyebut makan dengan “mamam”, Anda bisa menanggapinya dengan, “Oh, Adik mau makan.”
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar