Caspar Addyman, seorang peneliti dari University of London mencari tahu hal ini lebih dalam melalui survei besar-besaran. Lebih dari 1000 orangtua dari seluruh dunia mengikuti survei ini dengan menjawab kapan, di mana, dan mengapa bayi mereka tertawa.
Hasilnya menunjukkan bahwa bayi tertawa bukan karena hal yang lucu. Padahal Anda sudah berusaha keras untuk memancingnya untuk tertawa.
Sebagian besar bayi menurut penelitian akan menunjukkan tawanya dibanding ekspresi kaget atau sedih ketika ia melakukan sesuatu yang tidak seharusnya, seperti menjatuhkan mainan, terjatuh saat bermain atau berjalan.
Mengasah` perkembangan kognitif serta otak anak

Di masa awal kehidupan manusia, perkembangan fungsi otak terjadi dengan sangat cepat. Perkembangan otak anak sudah mulai pada saat anak masih dalam kandungan dan berlanjut sampai anak lahir.
Walaupun pembentukan sel otak hampir selesai sebelum lahir, namun pematangan otak, jalur saraf penting, dan koneksi secara progresif dikembangkan setelah anak lahir pada usia dini.
Bayi yang baru lahir memiliki sekitar 100 miliar sel otak. Otak mencapai setengah dari berat matangnya sekitar usia 6 bulan dan mencapai 90% dari berat akhirnya pada usia 8 tahun. Jadi, otak anak ternyata masih berkembang sampai anak berusia 8 tahun.
Bermain baik untuk perkembangan kognitif bayi
Sekelompok peneliti dari Princeton University, Amerika Serikat, mempelajari fenomena orangtua yang bermain dengan anak. Caranya adalah melihat rekaman aktivitas otak beberapa bayi dan orang dewasa.
Mereka menemukan bahwa otak bayi dan orang dewasa mengalami beragam aktivitas saraf yang mirip ketika bermain bersama. Aktivitas saraf tersebut naik dan turun dalam waktu yang sama setiap kali keduanya berbagi mainan dan menjalin kontak mata.
Hasilnya, bayi dan orang dewasa yang berinteraksi secara langsung memiliki aktivitas saraf yang mirip pada beberapa bagian otak. Kemiripan ini tidak ditemukan pada bayi dan orang dewasa yang saling berjauhan dan tidak bertatap wajah secara langsung.
Saat berkomunikasi, bayi dan orang dewasa mengalami kondisi yang disebut feedback loop. Otak orang dewasa mampu memperkirakan kapan bayi akan tertawa, sementara otak bayi balik memprediksi kapan orang dewasa akan mengajaknya berbicara.
Tanpa disadari, otak bayi ternyata ‘mengarahkan’ otak orang dewasa ketika keduanya bermain bersama. Interaksi tersebut terjadi secara terus-menerus dan bertambah kuat dengan adanya kontak mata serta penggunaan mainan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar