Ini merupakan kelenjar yang berada di otak dan berperan dalam produksi hormon.
Perlu Anda ketahui bahwa sejak manusia lahir, tubuh manusia tumbuh dengan pengaruh hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari.
Hormon yang paling berperan adalah hormon pertumbuhan HGH atau GH (human growth hormone atau growth hormone).
Sebagian besar anak yang menderita penyakit ini memiliki terlalu banyak produksi hormon pertumbuhan.
Hal ini membuat tubuh mereka pun menjadi lebih tinggi dan lebih besar dari teman-teman seusianya.
Keberadaan tumor jinak pada kelenjar pituitari, atau disebut dengan adenoma hipofisis, dapat memengaruhi produksi hormon tersebut.
Umumnya, kemunculan tumor jinak ini terkait dengan kondisi genetik yang langka.
Selain karena adenoma hipofisis, beberapa kondisi medis lain juga mungkin bisa menyebabkan gigantisme.
Berikut adalah beberapa kondisi medis yang dimaksud.
- Sindrom McCune-Albright, yaitu penyakit genetik yang memengaruhi tulang dan warna (pigmentasi) kulit.
- Carney complex, yaitu kondisi yang menyebabkan tumor jinak pada kulit, jantung, dan sistem endokrin (hormon) serta memengaruhi pigmentasi kulit.
- Multiple endocrine neoplasia tipe 1 (MEN-1) dan tipe 4, yaitu penyakit genetik di mana satu atau lebih kelenjar endokrin membentuk tumor.
- Neurofibromatosis, yaitu kelainan turunan yang menyebabkan tumor pada sistem saraf.
Selain empat penyakit di atas, melansir laman Healthdirect, kondisi genetik langka lainnya juga bisa menyebabkan gigantisme, meski anak tidak memiliki adenoma.
Ini termasuk sindrom Sotos, sindrom Beckwith-Wiedemann, dan sindrom Weaver.
Bagaimana dokter mendiagnosis penyakit ini?

Untuk mendiagnosis gigantisme, dokter akan mengajukan pertanyaan mengenai gejala serta melakukan pemeriksaan fisik.
Ini meliputi pemeriksaan berat dan tinggi badan anak, proporsi tubuh, indera tubuh, serta tahap pubertas.
Selain itu, dokter pun akan melakukan beberapa tes medis untuk memastikan diagnosisnya.
Berikut adalah beberapa tes yang umum dokter lakukan untuk mendiagnosis gigantisme.
- Tes darah, untuk mengukur kadar hormon serta zat lain, seperti insulin-like growth factor 1 (IGF-1), prolaktin, estradiol (perempuan), testosteron (laki-laki), dan hormon tiroid.
- TTGO atau tes toleransi gula darah oral, untuk melihat bagaimana kadar hormon pertumbuhan berubah ketika kadar gula darah meningkat.
- Tes pencitraan, seperti MRI atau CT scan, untuk mencari kemungkinan adanya tumor di kelenjar pituitari.
- Rontgen tengkorak dan rahang untuk memeriksa ketebalan tulang.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar