Hal ini sedikit berbeda dengan hasil penelitian Dubois, et al pada tahun 2012. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa faktor keturunan memengaruhi tinggi badan seseorang saat lahir dalam jumlah yang rendah (hanya sekitar 4,8-7,9% pada wanita). Namun, seiring dengan pertambahan usia, pengaruh faktor keturunan pada tinggi badan akan semakin meningkat, menggantikan faktor lingkungan yang semakin rendah.
Sebaliknya, pengaruh faktor lingkungan pada saat lahir ternyata sangat besar (sekitar 74,2-87,3% pada wanita). Hal ini membuktikan bahwa kondisi lingkungan yang mendukung dapat membantu pertumbuhan dan perkembangan anak lebih baik. Pada awal-awal kehidupan, faktor keturunan hanya berperan kecil terhadap tinggi badan anak.
Jadi, faktor lingkungan yang baik dapat memperbaiki faktor keturunan yang buruk di awal-awal kehidupan. Sedangkan, saat anak sudah besar, faktor keturunan lebih berpengaruh dibandingkan faktor lingkungan. Tak heran jika masa dua tahun pertama kehidupan anak merupakan masa-masa kritis dalam mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal.
Faktor lingkungan bisa memperkuat efek faktor keturunan
Akan menjadi lebih baik jika anak mempunyai tinggi badan yang lebih tinggi dibandingkan orangtuanya. Namun, beberapa anak juga bisa memiliki tinggi badan yang lebih pendek daripada orangtuanya. Nah, faktor lingkungan -terutama nutrisi- ternyata berperan di sini.
Faktor lingkungan yang baik, terutama di awal-awal kehidupan anak, dapat memaksimalkan potensi genetik (keturunan) yang dimiliki anak. Sehingga, anak bisa mencapai tinggi badan optimalnya sesuai dengan potensi genetik yang ia miliki. Ingat, tinggi badan merupakan akumulasi selama bertahun-tahun. Jadi, tinggi badan pada masa anak bisa memengaruhi tinggi badan dewasa.
Seperti apa lingkungan yang bisa mendukung pertumbuhan tinggi badan?
Selain mendapatkan nutrisi yang cukup, cara terbaik untuk memaksimalkan pertumbuhan tinggi badan adalah dengan melakukan olahraga teratur, tidur cukup, dan selalu menjaga kesehatan.