Berbagai kelenjar dalam tubuh manusia menghasilkan hormon untuk melakukan proses biologis yang teramat penting. Salah satu kelenjar utama yang mengendalikan banyak fungsi vital tubuh ialah kelenjar pituitari.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Berbagai kelenjar dalam tubuh manusia menghasilkan hormon untuk melakukan proses biologis yang teramat penting. Salah satu kelenjar utama yang mengendalikan banyak fungsi vital tubuh ialah kelenjar pituitari.
Yuk, ketahui lebih lanjut mengenai anatomi, fungsi, dan gangguan kelenjar pituitari melalui ulasan di bawah ini!
Kelenjar pituitari atau juga dikenal sebagai kelenjar hipofisis adalah kelenjar yang memproduksi berbagai hormon penting untuk mengatur banyak fungsi tubuh manusia.
Kelenjar ini sering dijuluki kelenjar master karena hormon yang disekresikan (dikeluarkan) olehnya mengatur fungsi sejumlah kelenjar dan hormon lain dalam tubuh.
Dengan begitu, kelenjar ini tidak bekerja sendirian untuk melakukan fungsi tubuh. Hormon dari kelenjar hipofisis bertindak sebagai pembawa pesan dari dan ke sel-sel tubuh yang berbeda.
Sebelum kelenjar ini memproduksi hormon, otak akan terlebih dahulu mengirimkan sinyal dari hipotalamus sebagai pusat komunikasi antar kelenjar.
Setelah itu, kelenjar pituitari baru akan mulai memproduksi hormon yang bertindak sebagai sinyal bagi kelenjar lain dan organ tubuh untuk mengatur fungsi mereka.
Kelenjar pituitari merupakan kelenjar kecil seukuran kacang polong yang terletak pada bagian dasar otak manusia, tepatnya pada bagian bernama sella turcica.
Sella turcica merupakan sebuah cekungan tulang yang terletak pada bagian dasar tengkorak, tepat di bawah otak dan belakang batang hidung Anda.
Anatomi kelenjar pituitari terdiri atas dua bagian utama, yakni kelenjar hipofisis anterior (lobus/belahan depan) dan kelenjar hipofisis posterior (lobus/belahan belakang).
Kelenjar ini juga terhubung dengan hipotalamus lewat tangkai pembuluh darah dan saraf yang disebut tangkai hipofisis (infundibulum).
Fungsi utama dari kelenjar pituitari adalah memproduksi dan melepaskan beberapa jenis hormon yang membantu menjalankan fungsi penting dalam tubuh manusia.
Adapun, hormon-hormon ini membantu mengatur mekanisme:
Karena perananya penting dalam menjalankan fungsi penting tubuh, kekurangan hormon dari kelenjar ini bisa mengancam jiwa bila tidak diobati.
Berbagai jenis hormon yang diproduksi oleh kelenjar pituitari bisa berasal dari bagian anterior (depan) maupun posterior (belakang).
Berikut ini fungsi dan macam-macam hormon yang dihasilkan oleh kelenjar pituari.
Sementara itu, kelenjar hipofisis posterior menghasilkan hormon berikut untuk disimpan sebelum dilepaskan ke aliran darah.
Gangguan paling umum pada kelenjar pituitari adalah tumor pituitari. Tumor bisa disebabkan cedera, efek obat-obatan tertentu, perawatan kanker, maupun perdarahan di dalam tubuh.
Tumor pituitari jarang berkembang menjadi kanker, tetapi kondisi ini bisa mengubah produksi hormon menjadi terlalu banyak atau terlalu sedikit.
Beberapa contoh gangguan atau kelainan yang disebabkannya yakni sebagai berikut.
Kelebihan produksi hormon pertumbuhan atau growth hormone (GH) pada orang dewasa bisa menyebabkan suatu kondisi yang dikenal sebagai akromegali.
Kondisi ini ditandai dengan pembesaran pada bagian-bagian tertentu dari tubuh Anda, seperti kepala, wajah, lengan, dan kaki. Akromegali juga bisa memicu masalah metabolisme.
Kondisi kelebihan growth hormone (GH) pada anak-anak atau remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan juga bisa menyebabkan kondisi yang disebut gigantisme.
Gigantisme tak hanya memengaruhi bagian tubuh tertentu, tetapi juga menyebabkan seseorang tumbuh lebih cepat dibandingkan orang-orang sebayanya.
Sindrom Cushing (Cushing’s syndrome) bisa disebabkan karena kelenjar hipofisis melepaskan terlalu banyak hormon adrenokortikotropik (ACTH).
Akibatnya, ACTH yang berlebih merangsang kelenjar adrenal untuk melepaskan hormon kortisol dalam jumlah besar.
Penyakit yang juga dikenal sebagai hiperkortisolisme ini bisa menyebabkan kenaikan berat badan yang cepat dan gula darah tinggi sehingga meningkatkan risiko diabetes.
Tumor jinak pada kelenjar pituitari juga bisa memicu prolaktinoma, yakni kondisi saat hormon prolaktin terlalu banyak dilepaskan ke dalam aliran darah.
Efek paling umum dari kondisi ini ialah penurunan kadar hormon seks. Selain itu, prolaktinoma juga bisa menyebabkan gangguan serius, termasuk infertilitas atau kemandulan.
Hipopituitarisme umumnya disebabkan oleh kerusakan pada kelenjar pituitari atau hipotalamus, salah satunya akibat pertumbuhan tumor jinak di dalamnya.
Kondisi ini bisa membuat tubuh Anda kekurangan satu atau beberapa hormon hipofisis, seperti hormon pertumbuhan (GH), hormon luteinizing (LH), dan hormon perangsang folikel (FSH).
Berbeda dari diabetes pada umumnya, diabetes insipidus disebabkan oleh kelenjar hipofisis yang tidak melepaskan cukup hormon antidiuretik (ADH) atau vasopresin.
Hal ini menyebabkan tubuh memproduksi terlalu banyak urine. Akibatnya, Anda menjadi sering buang air kecil, sulit menahan kencing, hingga mengompol.
Sindrom sella kosong atau empty sella syndrome (ESS) merupakan kondisi langka saat kelenjar hipofisis berubah bentuk atau menyusut karena masalah pada bagian sella turcica.
Dalam beberapa kasus, ESS bisa menyebabkan ketidakseimbangan hormon, sering sakit kepala, hingga perubahan penglihatan.
Selain tumor, terdapat gangguan lain yang dikenal sebagai apopleksi pituitari. Kegagalan fungsi kelenjar pituitari secara tiba-tiba bisa mengancam jiwa.
Anda disarankan untuk mencari pertolongan medis sesegera mungkin karena hormon-hormon vital dari kelenjar pituitari sangat penting dalam menjaga fungsi tubuh.
Jika Anda memiliki kekhawatiran terhadap gangguan kelenjar dan hormon, konsultasikan dengan dokter untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)