Diabetes insipidus ditandai dengan ketidakmampuan tubuh untuk mengatur keseimbangan cairan dengan baik, yang menyebabkan gejala-gejala khas seperti rasa haus berlebihan dan produksi urine dalam jumlah yang tidak normal.
Perlu diketahui kondisi ini berbeda dengan diabetes melitus yang berkaitan dengan kadar gula darah. Ketahui lebih lanjut mengenai diabetes insipidus dalam artikel berikut.
Definisi diabetes insipidus
Diabetes insipidus adalah kelainan yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh.
Kondisi ini dapat mengakibatkan frekuensi buang air kecil bertambah dan rasa haus yang berlebihan.
Penyakit ini dapat membuat tidur malam terganggu dan sulit menahan kencing, hingga mengompol. Walaupun gejalanya mirip dengan diabetes melitus, penyebab penyakit ini berbeda.
Perbedaan diabetes melitus dan diabetes insipidus yaitu diabetes melitus disebabkan karena masalah insulin dan kadar gula darah yang tinggi.
Sementara itu, penyakit diabetes insipidus dipengaruhi kerja ginjal Anda terhadap urine.
Kondisi ini tidak dapat disembuhkan. Namun, ada berbagai pilihan pengobatan sesuai penyebab penyakit.
Pengobatan dilakukan untuk meringankan gejala dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi.
Seberapa umum penyakit ini?
Diabetes insipidus adalah kondisi yang jarang terjadi. Namun, pria lebih sering mengalami penyakit yang menyerang fungsi ginjal ini dibandingkan wanita.
Selain itu, kondisi ini dapat terjadi pada semua usia, termasuk bayi dan anak.
Anda dapat mengurangi kemungkinan terkena penyakit ini dengan mengurangi faktor risikonya.
Tanda dan gejala diabetes insipidus
Ada berbagai gejala yang dapat muncul ketika seseorang terkena penyakit ini. Salah satunya adalah lebih sering buang air kecil dan sering merasa haus. Mengapa demikian?
1. Sering buang air kecil
Para penderita kondisi ini mungkin akan terlalu sering buang air kecil.
Dikutip dari Mayo Clinic, ginjal biasanya menyaring sekitar 120 – 150 liter darah untuk menghasilkan 1 – 2 liter urine setiap harinya.
Sementara itu, pasien dengan penyakit ini dapat mengeluarkan urine harian sebanyak 3 – 20 liter.
Kondisi ini yang menyebabkan mereka buang air kecil lebih sering, yaitu sekitar 3 – 4 kali per jam.
Selain itu, urine yang mereka keluarkan umumnya lebih encer, terlihat pudar, dan tidak berbau.
2. Mudah merasa haus
Sering merasa cepat haus dapat menjadi tanda dan gejala dari diabetes insipidus.
Kondisi ini dapat terjadi akibat Anda lebih banyak mengeluarkan urine. Semakin banyak urine yang dikeluarkan, semakin banyak pula asupan cairan yang dibutuhkan tubuh.
Akibatnya, orang dengan kondisi ini bisa terus-menerus merasa haus meskipun telah minum banyak air.
Selain kedua gejala di atas, ada beberapa tanda lain dari kondisi ini yang mirip dengan penyakit ginjal, seperti:
- rasa lemas, lesu, dan tidak bertenaga,
- kurang tidur akibat sering terbangun di malam hari untuk buang air kecil,
- sembelit,
- kulit kering,
- susah berkonsentrasi, serta
- kerap mengompol.
Kapan saya harus periksa ke dokter?
Segera periksakan diri ke dokter jika Anda lebih sering buang air kecil daripada biasanya, merasa haus yang berlebihan, atau gejala lainnya.
Setiap orang mungkin mengalami gejala yang berbeda. Oleh sebab itu, Anda perlu berkonsultasi dengan dokter untuk mengetahui penyebab pasti dari keluhan yang dialami.
Penyebab diabetes insipidus
Diabetes insipidus adalah gangguan pada fungsi ginjal yang disebabkan oleh masalah pada kelenjar hipofisis atau hormon antidiuretik.
Hormon antidiuretik yang tidak bekerja menyebabkan ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh.
Normalnya, hormon antidiuretik (ADH) yang dikenal sebagai vasopresin bertugas menjaga keseimbangan cairan dalam tubuh.
Hormon ini diproduksi oleh kelenjar hipotalamus otak yang bertugas mendukung fungsi ginjal dalam menyerap dan mengeluarkan cairan tubuh.
Jika tubuh dehidrasi, kelenjar hipofisis akan mengeluarkan hormon ADH ke ginjal untuk menahan cairan dan mengurangi produksi urine.
Namun, hormon tersebut tidak bekerja sehingga mengganggu jumlah cairan di dalam tubuh.
Berikut ini beberapa jenis diabetes insipidus berdasarkan penyebabnya.
1. Diabetes insipidus sentral
Diabetes insipidus sentral disebabkan oleh kerusakan pada kelenjar hipotalamus atau hipofisis.
Hal ini mengakibatkan proses produksi, penyimpanan, serta pelepasan hormon vasopresin terganggu.
Kerusakan bisa disebabkan oleh meningitis, tumor, cedera kepala, atau operasi otak.
2. Diabetes insipidus nefrogenik
Kondisi ini dapat terjadi ketika ginjal tidak merespons vasopresin dan terus mengeluarkan terlalu banyak cairan dari aliran darah.
Kelainan pada tubulus ginjal ini juga dapat disebabkan oleh kelainan genetik dan kondisi lainnya, seperti:
- gagal ginjal kronis,
- kadar kalium rendah dalam darah,
- terlalu banyak kalsium dalam darah,
- saluran kemih tersumbat, serta
- penggunaan obat-obatan tertentu, seperti litium dan demeclocycline.
3. Diabetes insipidus gestasional
Diabetes insipidus gestasional biasanya hanya terjadi pada ibu hamil.
Jenis penyakit yang satu ini diakibatkan oleh enzim yang dihasilkan oleh plasenta bayi merusak hormon ADH atau vasopresin pada tubuh ibu.
Pada beberapa kasus, penyakit ini timbul karena ibu hamil menghasilkan lebih banyak prostaglandin atau hormon yang mengurangi sensitivitas ginjal terhadap vasopresin.
Diabetes gestasional terbilang cukup ringan dan tidak menyebabkan gejala yang parah.
4. Polidipsia primer
Konsumsi cairan yang berlebihan ternyata dapat menyebabkan polidipsia primer. Hal ini terjadi akibat adanya kerusakan pada mekanisme tubuh yang merespons rasa haus.
Kerusakan tersebut menghasilkan peningkatan rasa haus dan keinginan untuk minum.
Penambahan asupan cairan akhirnya menekan sekresi vasopresin dan membuat Anda lebih sering buang air kecil.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan pada saraf yang terletak di hipotalamus ini, yaitu:
- pernah menjalani operasi,
- infeksi dan peradangan, dan
- tumor dan cedera di kepala.
Faktor risiko diabetes insipidus
Terlepas dari usia dan jenis kelamin, siapa saja dapat terkena diabetes insipidus. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap penyakit ini yaitu sebagai berikut.
- Jenis kelamin, pria lebih berisiko dibandingkan wanita.
- Faktor genetik, orangtua dengan penyakit ini dapat menurunkan gen ke anaknya.
- Pernah mengalami cedera di kepala.
- Riwayat penyakit tumor di otak.
- Pernah menjalani operasi di otak.
- Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti lithium.
- Riwayat penyakit bawaan pada ginjal.
- Riwayat penyakit atau infeksi tertentu.
Diagnosis diabetes insipidus
Untuk mendeteksi penyakit ini, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, termasuk tes fungsi ginjal.
Selain itu, dokter akan memeriksa riwayat medis pada anggota keluarga lainnya. Berikut beberapa jenis tes yang dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini.
- Tes urine. Tes urine dapat dijadikan patokan untuk mengukur jumlah total urine yang diproduksi oleh ginjal selama 24 jam.
- Tes darah. Sampel darah yang diambil untuk menunjukkan kadar natrium yang nantinya membantu dokter menentukan hasil diagnosis dan jenis penyakitnya.
- Tes deprivasi air. Tes ini umumnya dilakukan untuk mengukur perubahan berat badan dan konsentrasi urine pasien setelah membatasi asupan cairan.
- MRI (magnetic resonance imaging). MRI dilakukan untuk memperlihatkan, apakah hipotalamus atau kelenjar hipofisis pada ginjal bermasalah.
Dengan demikian, dokter lebih mudah menentukan apakah penyakit ini merupakan kemungkinan penyebab munculnya gejala pada pasien.
Pengobatan diabetes insipidus
Diabetes insipidus tidak dapat disembuhkan. Penyakit ini bersifat permanen dan akan terus ada seumur hidup.
Bahkan, hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan diabetes insipidus.
Walaupun demikian, ada sejumlah pengobatan atau penanganan yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala dan mengurangi risiko komplikasi.
1. Terapi desmopressin
Bagi penderita diabetes insipidus sentral, dipsogenik, dan gestasional yang sudah parah, dokter biasanya akan merekomendasikan terapi desmopressin.
Hal ini berlaku ketika memperbanyak air putih tidak kunjung meredakan gejala yang dialami.
Terapi yang bekerja seperti ADH ini membantu ginjal memproduksi urine. Ada dua jenis obat desmopressin yang tersedia, yaitu semprotan hidung dan tablet.
2. Terapi diuretik
Pada pengobatan ini, dokter akan meresepkan obat kombinasi, yaitu diuretik thiazide dan obat anti-inflamasi nonsteroid (NSAID).
Kedua obat tersebut digabungkan untuk mengurangi jumlah urine yang diproduksi ginjal.
Walaupun thiazide termasuk jenis obat yang dapat meningkatkan produksi urine (bersifat diuretik), ada kalanya penggunaan obat ini membantu mengurangi laju ginjal saat menyaring darah.
3. Mengobati penyebab
Jika gejala yang Anda alami disebabkan oleh obat, dokter akan mengganti obat-obatan tersebut.
Sementara itu, diabetes insipidus yang disebabkan oleh gangguan mental pun akan diobati terlebih dahulu.
Apabila penyebabnya adalah tumor, dokter mungkin akan mempertimbangkan apakah tumor perlu diambil atau tidak.
Perawatan rumahan diabetes insipidus
Sambil menjalani perawatan dari dokter, ada beberapa pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi diabetes insipidus, yaitu sebagai berikut.
- Minum air yang cukup saat haus air setidaknya 2,5 liter per hari. Hindari terlalu banyak minum air untuk mencegah penumpukan cairan.
- Konsumsi obat sesuai anjuran dokter.
- Beri tahu dokter jika ada perubahan pada kondisi Anda.
- Segera pergi ke rumah sakit terdekat jika mengalami demam tinggi, diare, atau lebih sering buang air kecil.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Ringkasan
- Diabetes insipidus adalah gangguan yang menyebabkan tubuh kesulitan mengatur keseimbangan cairan, ditandai dengan produksi urine yang berlebihan dan rasa haus ekstrem.
- Gejala utama diabetes insipidus yaitu sering buang air kecil, rasa haus terus-menerus, dan dehidrasi.
- Penyebab diabetes insipidus yaitu gangguan pada otak, infeksi, tumor, ketidakmampuan ginjal merespons ADH, kelainan genetik, dan penggunaan obat tertentu.
- Pengobatan diabetes insipidus yaitu obat desmopressin, perubahan pola makan, pemberian diuretik, dan menjaga asupan cairan yang cukup.
[embed-health-tool-bmi]