Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Diabetes insipidus adalah kelainan yang menyebabkan ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Kondisi ini dapat mengakibatkan frekuensi buang air kecil bertambah dan rasa haus yang berlebihan.
Penyakit ini dapat membuat tidur malam terganggu dan sulit menahan kencing, hingga mengompol. Walaupun gejalanya mirip dengan diabetes melitus, penyebab penyakit ini berbeda.
Diabetes melitus disebabkan karena masalah insulin dan kadar gula darah yang tinggi. Sementara itu, penyakit diabetes insipidus dipengaruhi kerja ginjal Anda terhadap urine. Keduanya tidak berhubungan.
Kondisi ini tidak dapat disembuhkan. Namun, ada berbagai pilihan pengobatan sesuai penyebab penyakit. Pengobatan dilakukan untuk meringankan gejala dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi.
Diabetes insipidus adalah kondisi yang jarang terjadi. Namun, pria lebih sering mengalami penyakit yang menyerang fungsi ginjal ini dibandingkan wanita. Selain itu, kondisi ini juga dapat terjadi di semua usia, termasuk bayi dan anak.
Anda dapat mengurangi kemungkinan terkena penyakit ini dengan mengurangi faktor risikonya.
Ada berbagai gejala yang dapat muncul ketika seseorang terkena penyakit ini. Salah satunya adalah lebih sering buang air kecil dan sering merasa haus. Mengapa demikian?
Para penderita diabetes insipidus mungkin akan terlalu sering buang air kecil. Dikutip dari Mayo Clinic, ginjal biasanya menyaring sekitar 120-150 liter darah untuk menghasilkan 1-2 liter urine setiap harinya.
Sementara itu, pasien dengan penyakit ini dapat mengeluarkan urine harian sebanyak 3-20 liter. Kondisi ini yang menyebabkan mereka buang air kecil lebih sering, yaitu sekitar 3-4 kali per jam. Selain itu, urine yang mereka keluarkan umumnya lebih encer, terlihat pudar, dan tidak berbau.
Jika akhir-akhir ini Anda sering merasa cepat haus, mungkin perlu berhati-hati. Pasalnya, mudah dan sering merasa haus dapat menjadi tanda dan gejala dari diabetes insipidus.
Kondisi ini dapat terjadi akibat Anda lebih banyak mengeluarkan urine. Semakin banyak urine yang dikeluarkan, semakin banyak pula asupan cairan yang dibutuhkan tubuh. Akibatnya, orang dengan kondisi ini bisa terus-menerus merasa haus, meskipun telah minum banyak air.
Selain kedua gejala di atas, ada beberapa tanda lain dari diabetes insipidus yang mirip dengan penyakit ginjal, seperti:
Penyakit ini tidak hanya menyerang orang dewasa, melainkan bayi dan anak-anak juga dapat mengalaminya. Lantas, apa saja gejala yang perlu orangtua waspadai?
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter Anda.
Segera hubungi dokter jika Anda lebih sering buang air kecil daripada biasanya, merasa haus yang berlebihan, atau gejala lainnya. Setiap orang mungkin mengalami gejala yang berbeda. Oleh sebab itu, Anda perlu berdiskusi dengan dokter untuk memilih jenis pemeriksaan dan solusi yang paling tepat.
Diabetes insipidus adalah gangguan pada fungsi ginjal yang disebabkan oleh masalah pada kelenjar hipofisis atau hormon antidiuretik. Hormon antidiuretik yang tidak bekerja menyebabkan ketidakseimbangan cairan di dalam tubuh.
Normalnya, hormon antidiuretik (ADH) yang dikenal sebagai vasopresin bertugas menjaga keseimbangan cairan di dalam tubuh. Hormon ini diproduksi oleh kelenjar hipotalamus otak yang bertugas mendukung fungsi ginjal dalam menyerap dan mengeluarkan cairan tubuh.
Jika tubuh dehidrasi, kelenjar hipofisis akan mengeluarkan hormon ADH ke ginjal untuk menahan cairan dan mengurangi produksi urine. Namun, hormon tersebut tidak bekerja, sehingga mengganggu jumlah cairan di dalam tubuh.
Berikut ini beberapa jenis diabetes insipidus berdasarkan penyebabnya.
Diabetes insipidus sentral disebabkan oleh kerusakan pada kelenjar hipotalamus atau hipofisis. Hal ini mengakibatkan proses produksi, penyimpanan, serta pelepasan hormon vasopresin terganggu. Kerusakan bisa disebabkan oleh meningitis, tumor, cedera kepala, atau operasi otak.
Kondisi ini dapat terjadi ketika ginjal tidak merespons vasopresin dan terus mengeluarkan terlalu banyak cairan dari aliran darah. Kelainan pada tubulus ginjal ini juga dapat disebabkan oleh kelainan genetik dan kondisi lainnya, seperti:
Diabetes insipidus gestasional biasanya hanya terjadi pada ibu hamil. Jenis penyakit yang satu ini diakibatkan oleh enzim yang dihasilkan oleh plasenta bayi merusak hormon ADH atau vasopresin pada tubuh ibu.
Pada beberapa kasus, penyakit ini timbul karena ibu hamil menghasilkan lebih banyak prostaglandin atau hormon yang mengurangi sensitivitas ginjal terhadap vasopresin. Diabetes gestasional terbilang cukup ringan dan tidak menyebabkan gejala yang parah.
Konsumsi cairan yang berlebihan ternyata dapat menyebabkan polidipsia primer. Hal ini terjadi akibat adanya kerusakan pada mekanisme tubuh yang merespons rasa haus.
Kerusakan tersebut menghasilkan peningkatan rasa haus dan keinginan untuk minum. Penambahan asupan cairan akhirnya menekan sekresi vasopresin dan membuat Anda lebih sering buang air kecil. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kerusakan pada saraf yang terletak di hipotalamus ini, yaitu:
Terlepas dari usia dan jenis kelamin, siapa saja dapat terkena diabetes insipidus. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang terhadap penyakit ini yaitu sebagai berikut.
Demi mendeteksi penyakit diabetes insipidus, dokter akan melakukan beberapa pemeriksaan, termasuk tes fungsi ginjal. Selain itu, dokter juga akan memeriksa riwayat medis pada anggota keluarga lainnya. Berikut beberapa jenis tes yang dilakukan untuk mendiagnosis kondisi ini.
Dengan mengumpulkan sampel urine pasien, pihak laboratorium dapat melihat apakah urine encer atau terkonsentrasi. Tes ini juga dilakukan untuk menunjukkan glukosa yang membedakan diabetes insipidus dengan diabetes mellitus.
Selain itu, tes urine juga dapat dijadikan patokan untuk mengukur jumlah total urine yang diproduksi oleh ginjal selama 24 jam.
Sampel darah yang diambil dari pemeriksaan membantu dokter menunjukkan kadar natrium. Jumlah natrium yang ada di tubuh nantinya membantu dokter menentukan hasil diagnosis dan jenis penyakitnya.
Tes ini umumnya dilakukan untuk mengukur perubahan berat badan dan konsentrasi urine pasien setelah membatasi asupan cairan. Pada orang sehat, mereka hanya akan buang air kecil lebih sedikit dengan konsentrasi urine yang lebih pekat.
Jika Anda mengalami diabetes insipidus, volume urine mungkin lebih banyak dan lebih sering, meskipun asupan cairan telah dibatasi.
Setelah tes deprivasi dilakukan, dokter mungkin akan menyuntikkan hormon antidiuretik. Metode ini dilakukan untuk menentukan jenis diabetes insipidus. Jika hormon yang disuntikkan membuat ginjal mengurangi produksi urine, artinya Anda mengalami diabetes insipidus.
Sementara itu, jika produk urine masih tetap banyak, Anda mungkin mengalami penyakit ginjal atau diabetes insipidus nefrogenik.
Pemeriksaan dengan teknologi magnet dan gelombang radio ini memang tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis diabetes inspidus. MRI dilakukan untuk memperlihatkan, apakah hipotalamus atau kelenjar hipofisis pada ginjal bermasalah.
Dengan demikian, dokter lebih mudah menentukan apakah penyakit ini merupakan kemungkinan penyebab munculnya gejala pada pasien.
Diabetes insipidus tidak dapat disembuhkan. Penyakit ini bersifat permanen dan akan terus ada seumur hidup. Bahkan, hingga saat ini belum ada obat yang dapat menyembuhkan diabetes insipidus.
Walaupun demikian, ada sejumlah pengobatan atau penanganan yang dapat dilakukan untuk meringankan gejala dan mengurangi risiko komplikasi.
Jenis pengobatan untuk mengatasi diabetes insipidus pun beragam dan dapat disesuaikan dengan penyebabnya. Berikut ini terapi yang bisa Anda pilih:
Bagi penderita diabetes insipidus sentral, dipsogenik, dan gestasional yang sudah parah, dokter biasanya akan merekomendasikan terapi desmopressin. Hal ini berlaku ketika memperbanyak air putih tidak kunjung meredakan gejala yang dialami.
Terapi yang bekerja seperti ADH ini membantu ginjal memproduksi urine. Ada dua jenis obat desmopressin yang tersedia, yaitu semprotan hidung dan tablet.
Penggunaan semprotan hidung biasanya dilakukan cukup satu hingga dua kali dalam sehari. Hal ini dikarenakan obat dapat menyerap dengan cepat dalam aliran darah. Oleh sebab itu, obat ini tidak direkomendasikan ketika pasien pilek.
Sementara itu, desmopressin dalam bentuk tablet bisa dikonsumsi lebih dari dua kali sehari. Pasalnya, obat ini tidak diserap secara efektif oleh usus dibandingkan lewat saluran hidung. Agar mendapat efek yang sama, tablet desmopressin perlu digunakan lebih banyak.
Terapi ini tergolong aman dengan sedikit efek samping, seperti sakit kepala hingga mimisan. Jika digunakan terlalu sering, pasien mungkin akan merasa kembung dan kekurangan natrium dalam darah (hiponatremia).
Berbeda dengan ketiga jenis diabetes insipidus lainnya, diabetes nefrogenik tidak dapat dikendalikan dengan terapi desmopresin. Pilihan pengobatan bagi penderita penyakit ini adalah terapi diuretik.
Umumnya, dokter akan meresepkan obat kombinasi, yaitu diuretik thiazide dan obat anti-inflamasi non-steroid (NSAID). Kedua obat tersebut digabungkan untuk mengurangi jumlah urine yang diproduksi ginjal.
Walaupun thiazide termasuk jenis obat yang dapat meningkatkan produksi urine (bersifat diuretik), ada kalanya penggunaan obat ini membantu mengurangi laju ginjal saat menyaring darah. Artinya, jumlah urine yang dikeluarkan tubuh akan berkurang.
Walaupun aman, obat ini juga memiliki efek samping, seperti pusing, masalah pencernaan, dan gangguan ereksi. Pengobatan diabetes insipidus dengan obat NSAID, seperti ibuprofen dapat mendukung kinerja obat diuretik thiazide.
Namun, penggunaan NSAID dalam jangka panjang dapat menyebabkan tukak lambung, sehingga diperlukan obat tambahan, yaitu proton pump inhibitor (PPI). Obat ini membantu mengurangi risiko masalah lambung.
Jika gejala yang Anda alami disebabkan oleh obat, dokter akan mengubah obat-obatan ke alternatif lainnya. Sementara itu, diabetes insipidus yang disebabkan oleh gangguan mental pun akan diobati terlebih dahulu.
Apabila penyebabnya adalah tumor, dokter mungkin akan mempertimbangkan, apakah tumor perlu diambil atau tidak.
Sambil mendapatkan perawatan dari dokter, ada beberapa pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi diabetes insipidus, yaitu sebagai berikut.
Salah satu pengobatan rumahan yang perlu dilakukan oleh pasien diabetes insipidus adalah minum air yang cukup saat haus. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya komplikasi berupa dehidrasi. Dokter atau ahli endokrin biasanya akan menyarankan Anda untuk minum air setidaknya 2,5 liter per hari.
Jika tengah menjalani terapi desmopressin, tanyakan kepada dokter berapa kebutuhan cairan yang tepat untuk Anda. Pasalnya, kebanyakan asupan air justru dapat menyebabkan penumpukan cairan berlebih. Alhasil, kondisi kesehatan Anda dapat memburuk akibat beban kerja ginjal yang lebih berat.
Selain minum air yang cukup saat haus, ada beberapa hal lainnya yang perlu diperhatikan ketika menderita diabetes insipidus:
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar