backup og meta

Kekurangan Gizi pada Anak: Tanda, Jenis, dan Cara Mengatasinya

Kekurangan Gizi pada Anak: Tanda, Jenis, dan Cara Mengatasinya

Agar tumbuh kembangnya optimal, orangtua perlu memastikan asupan nutrisi anak terpenuhi dengan baik. Namun terkadang, kebutuhan gizi anak tidak sejalan dengan asupan makanan harian yang didapatkan. Bila berjalan cukup lama, hal tersebut bisa memicu timbulnya kekurangan gizi pada si kecil. Berikut penjelasan seputar kurang gizi pada anak yang perlu diperhatikan orangtua.

Apa itu kondisi anak kurang gizi?

dampak gizi buruk kwashiorkor pada anak

Kurang gizi adalah dampak dari tidak terpenuhinya kebutuhan gizi anak yang telah berlangsung sejak lama.

Bahkan, kondisi ini dapat dimulai ketika bayi atau masih berada di dalam kandungan.

Tidak hanya sampai di situ saja, setelah lahir pun pemenuhan gizi untuk anak masih perlu diperhatikan. Hal tersebut harus menjadi perhatian utama yang tidak boleh disepelekan.

Kurang gizi dapat diperparah bila anak sering mengalami penyakit infeksi. Akibatnya, kurang gizi pada anak bisa membuat pertumbuhan dan perkembangan otak anak, serta fisiknya terganggu.

Secara garis besar, anak kurang gizi umumnya mempunyai berat badan kurang (underweight), kurus (wasting), pendek (stunting), serta kekurangan vitamin dan mineral.

Di Indonesia sendiri, masalah kurang gizi pada anak masih menjadi perhatian yang serius. Menurut Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (2017), satu dari tiga anak di Indonesia beresiko anemia defisiensi besi.

Apa saja gejala umum ketika anak kurang gizi?

Ciri anak kurang gizi bisa dibedakan berdasarkan usianya, seperti usia bayi dan anak di atas 5 tahun. Berikut penjelasan lengkapnya.

Gejala anak kurang gizi

Pada anak-anak yang mengalami kurang gizi berbagai tanda-tanda yang muncul, yakni:

  • Nafsu makan rendah
  • Anak mengalami gagal tumbuh (dilihat dari berat badan, tinggi badan, atau keduanya yang tidak sesuai dengan umurnya)
  • Kehilangan lemak dan massa otot tubuh
  • Kekuatan otot tubuh menghilang
  • Sangat mudah untuk marah, terlihat lesu, bahkan dapat menangis secara berlebihan
  • Mengalami kecemasan dan kurang perhatian terhadap lingkungan sekitar
  • Sulit berkonsentrasi dengan baik.
  • Kulit dan rambut kering, bahkan rambut mudah sekali rontok
  • Pipi dan mata tampak cekung
  • Proses penyembuhan luka sangat lama
  • Rentan terserang penyakit, dengan proses penyembuhan yang cenderung lama
  • Risiko komplikasi meningkat jika melakukan operasi

Bukan tidak mungkin juga, perkembangan balita dalam hal perilaku dan kemampuan intelektual anak terbilang sangat lambat.

Bahkan, anak bisa sampai mengalami kesulitan belajar ketika asupan gizi dalam tubuhnya kurang.

Apa saja permasalahan kurang gizi pada anak?

Menurut WHO, ada berbagai permasalahan yang timbul ketika anak mengalami kurang gizi (undernutrition), meliputi:

1. Berat badan kurang (underweight)

anak timbang berat badan

Berat badan anak kurang atau underweight ditandai ketika berat badan anak tidak setara dengan berat normal di kelompok usianya.

Namun, kondisi ini juga menunjukkan ketidakselarasan antara berat dan tinggi badan anak. Dalam arti, berat anak biasanya terlalu ringan untuk ukuran tinggi badan yang dimilikinya.

Oleh karena, berat badan kurang dapat diukur dengan menggunakan indikator berat badan berbanding dengan usia (BB/U) atau berbanding dengan tinggi badan (BB/TB).

Anak dikatakan memiliki berat badan kurang ketika nilai pengukuran z score di grafik pertumbuhan berada di antara <-2 SD sampai -3 standar deviasi (SD).

Selain tubuh yang kurus, gejala khas lainnya yang muncul ketika berat badan anak kurang yakni rentan sekali terserang penyakit.

Kondisi ini sulit ditentukan sendiri oleh orangtua. Butuh bantuan dokter gizi anak untuk mengeceknya.

2. Kurus (wasting)

anak kurang gizi

Berbeda dengan berat badan kurang (underweight), anak yang sangat kurus (wasting) memiliki berat yang sangat rendah dan tidak sesuai dengan tinggi badan.

Berat badan anak yang mengalami wasting biasanya jauh berada di bawah rentang normal yang seharusnya.

Indikator yang digunakan untuk menilai kemungkinan wasting pada anak yakni berat badan berbanding dengan tinggi badan (BB/TB).

Kondisi anak kurang gizi berat juga kerap digunakan untuk menggambarkan wasting.

Pasalnya, anak yang bertubuh sangat kurus biasanya sudah tidak mendapatkan asupan gizi yang cukup dalam waktu lama.

Bahkan, anak tersebut juga bisa saja mengalami penyakit yang berhubungan dengan kehilangan berat badan, misalnya diare.

Gejala khas yang mudah terlihat jika anak mengalami wasting yaitu memiliki tubuh yang sangat kurus karena berat badannya sangat rendah.

3. Pendek (stunting)

anak stunting sebagai tanda kurang gizi

Pendek (stunting) adalah kondisi yang membuat pertumbuhan tubuh anak terganggu, sehingga tinggi badan anak tidak normal atau tidak setara dengan teman-teman seusianya.

Stunting tidak terjadi dalam waktu singkat, melainkan sudah terbentuk sejak lama karena tidak tercukupinya kebutuhan nutrisi anak selama masa pertumbuhan.

Selain asupan gizi, stunting juga disebabkan oleh penyakit infeksi berulang serta berat badan lahir rendah (BBLR).

Sejak anak berusia 3 bulan, kondisi stunting umumnya sudah mulai meningkat, hingga prosesnya semakin melambat saat anak berusia sekitar 3 tahun.

Mulai sejak inilah grafik pertumbuhan tinggi badan anak bergerak mengikuti grafik normal, tapi dengan penilaian yang berada di bawah normal.

Indikator yang digunakan untuk menilai kemungkinan stunting pada anak yakni tinggi badan berbanding dengan usia (TB/U).

Anak dinyatakan bertubuh stunting jika grafik pertumbuhan tinggi badan sesuai usianya berada di angka kurang dari -2 SD.

4. Kekurangan vitamin dan mineral

anak kurang gizi

Bukan anak kurang gizi saja yang bisa mengalami kekurangan vitamin dan mineral, tapi anak dengan berat badan normal pun punya risiko yang sama.

Mengutip dari WHO, beberapa jenis kekurangan vitamin dan mineral yang paling umum yaitu:

Vitamin A

Kekurangan vitamin A terjadi ketika asupan vitamin A dari makanan harian balita tidak mampu mencukupi kebutuhannya.

Kondisi tersebut bisa semakin memburuk jika anak rentan terserang penyakit infeksi, seperti diare dan campak.

Sulit melihat di malam hari merupakan salah satu gejala khas karena kekurangan vitamin A.

Dalam kondisi yang lebih parah, kekurangan vitamin A pada anak bisa mengakibatkan kebutaan karena rusaknya bagian retina dan kornea mata.

Zat besi

Kurang darah atau anemia terjadi ketika simpanan zat besi yang ada di dalam darah habis, serta persediaannya di dalam otot sangat sedikit.

Dengan kata lain, kadar hemoglobin dan hematokrit yang ada di dalam sel darah merah telah berada di bawah nilai normal atau cut off.

Jika anak mengalami kurang gizi karena zat besi, berbagai gejala yang akan terlihat seperti:

  • Kulit pucat
  • Mudah lelah
  • Pertumbuhan fisik dan perkembangan kognitif lambat
  • Nafsu makan menurun
  • Merasa kesulitan dalam bernapas
  • Sering mengalami penyakit infeksi
  • Keinginan untuk makan makanan tertentu meningkat, seperti es krim, sumber karbohidrat, atau lainnya

Sayangnya, tak sedikit para ibu yang tidak menyadari bahwa asupan zat besi buah hatinya masih belum terpenuhi dengan maksimal.

Ini tak boleh disepelekan, mengingat 1 dari 5 anak di Indonesia masih mengalami kondisi kekurangan zat besi. Padahal, zat besi sangat penting untuk perkembangan otak si kecil.

Anak yang terpenuhi kebutuhan zat besi hariannya akan relatif mengalami kenaikan tinggi badan lebih baik dan optimal.

Yodium

Yodium adalah jenis mineral yang penting untuk mendukung produksi hormon tiroid, tiroksin, dan triodotyronine. Berbagai gejala kekurangan yodium pada anak seperti:

  • Pembengkakan di leher (gondok)
  • Kelelahan parah
  • Rambut mudah rontok
  • Kulit kering
  • Detak jantung melambat
  • Kesulitan dalam belajar dan berkonsentrasi

Apabila anak Anda menunjukkan tanda-tanda seperti yang disebutkan sebelumnya, sebaiknya segera bawa anak Anda ke dokter.

Bagaimana cara mencegah dan mengatasi kurang gizi pada anak?

kekurangan gizi pada anak

Sebenarnya penanganan kurang gizi pada anak akan disesuaikan kembali dengan tingkat keparahan dan kondisi khusus yang dialami masing-masing anak.

Adanya komplikasi yang turut menyerati gizi kurang juga akan menjadi pertimbangan tersendiri.

Anak usia 1 tahun ke atas

Secara umum, berikut beragam pengobatan yang dapat dilakukan untuk memulihkan anak yang kurang gizi.

Ubah pola makan anak

Dokter atau ahli gizi anak mungkin merekomendasikan perubahan dalam jenis dan jumlah makanan anak Anda, dan mungkin meresepkan suplemen makanan seperti vitamin, mineral, dan protein.

Perubahan pola makan anak biasanya akan disarankan secara bertahap meningkatkan asupan kalori, protein, karbohidrat, cairan, vitamin, dan mineral.

Salah satu langkah yang bisa diambil yaitu memberikan anak asupan susu pertumbuhan yang sudah terfortifikasi zat besi dan vitamin C.

Susu dengan kombinasi unik zat besi dan vitamin C dapat memaksimalkan penyerapan zat besi di dalam tubuh hingga 2x lipat sehingga mampu penuhi kebutuhan zat besi harian si kecil.

Optimalkan kebutuhan zat besi harian si Kecil dengan memberikan susu pertumbuhan yang terfortifikasi dengan kombinasi unik zat besi dan vitamin C 2 kali sehari.

Pantau perkembangan dan status gizi anak

Lakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin untuk mengetahui bagaimana perkembangan kondisi dan status gizi anak.

Selain itu, meski Anda melakukan perawatan di rumah, Anda tetap butuh arahan dari dokter atau ahli gizi untuk mencukupi kebutuhan nutrisi anak yang kekurangan gizi.

kurang gizi pada anak yang paling utama adalah memberikan makanan dengan gizi seimbang.

Adapun makanan bergizi seimbang ini terdiri dari empat kelompok makanan utama, yaitu:

  • Buah-buahan dan sayuran, setidaknya berikan anak 5 porsi per hari.
  • Makanan sumber karbohidrat, yaitu nasi, kentang, roti, pasta, dan sereal.
  • Makanan sumber protein, yaitu daging, telur, ayam, ikan, kacang-kacangan dan produknya.
  • Susu dan produk susu, seperti keju dan yogurt.

Berikan imunisasi lengkap pada anak untuk meningkatkan kekebalan tubuh anak sehingga anak terhindar dari penyakit infeksi.

Berikan juga kapsul vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus sampai anak berusia 5 tahun.

[embed-health-tool-vaccination-tool]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Malnutrition NHS . (2017). Retrieved 6 April 2020, from https://www.nhs.uk/conditions/malnutrition/

Dr. Ananya Mandal, M. (2012). Symptoms of malnutrition. Retrieved 6 April 2020, from https://www.news-medical.net/health/Symptoms-of-malnutrition.aspx

Rekomendasi Praktik Pemberian Makan Berbasis Bukti pada Bayi dan Batita di Indonesia untuk Mencegah Malnutrisi. (2015). Retrieved 18 May 2020, from http://www.idai.or.id/wp-content/uploads/2015/07/merged_document.pdf

Malnutrition. (2018). Retrieved 6 April 2020, from https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/malnutrition

WHO | Moderate malnutrition. (2020). Retrieved 6 April 2020, from https://www.who.int/nutrition/topics/moderate_malnutrition/en/

Is your child getting enough iron?. (2020). Retrieved 6 April 2020, from https://www.mayoclinic.org/healthy-lifestyle/childrens-health/in-depth/iron-deficiency/art-20045634

Versi Terbaru

30/09/2024

Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri

Ditinjau secara medis oleh dr. Damar Upahita

Diperbarui oleh: Riska Herliafifah


Artikel Terkait

Omphalitis

Mengenal Marasmus, Masalah Gizi Penyebab Kematian Anak


Ditinjau secara medis oleh

dr. Damar Upahita

General Practitioner · None


Ditulis oleh Karinta Ariani Setiaputri · Tanggal diperbarui 6 hari lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan