Pemberian imunisasi pada anak adalah salah satu cara pencegahan penyakit infeksi berbahaya sejak usia dini. Salah satu jenis vaksin yang harus didapat oleh orang-orang Indonesia adalah vaksin MMR. Berikut penjelasan seputar vaksin MMR yang perlu dipahami oleh orangtua.
Apa itu vaksin MMR?
Vaksin MMR adalah salah satu cara yang efektif untuk mencegah penyakit Measles atau campak, Mumps atau gondongan, dan Rubella atau campak Jerman.
Ketiga penyakit tersebut merupakan jenis infeksi yang paling rentan menyerang anak-anak pada tahun pertama kehidupannya karena daya tahan tubuh mereka yang belum sekuat orang dewasa.
Namun, orang dewasa yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah juga berpeluang untuk tertular salah satu atau beberapa penyakit ini. Apalagi jika orang dewasa tersebut tidak mendapatkan vaksin MMR ketika masih kecil.
Berikut penjelasan seputar penyakit campak, gondongan, dan rubella.
1. Meales (campak)
Measles atau campak adalah infeksi virus yang menyerang pernapasan.
Virus penyebab campak dapat sangat mudah menyebar melalui percikan liur atau lendir yang keluar dari mulut penderita saat batuk atau bersin. Gejala campak yang harus Anda waspadai, yaitu ruam merah di kulit.
Campak yang sudah parah dapat menyebabkan pneumonia pada anak, infeksi telinga, dan kerusakan otak. Komplikasi campak lainnya yang juga fatal adalah ensefalitis (radang otak) yang dapat menyebabkan anak kejang-kejang.
2. Mumps (gondongan)
Mumps (parotitis), atau di Indonesia sering disebut dengan nama gondongan, adalah infeksi virus menular yang menyerang kelenjar ludah.
Gejala gondongan yang paling jelas adalah pembengkakan kelenjar ludah, sehingga area pipi dan sekitar leher terlihat bulat dan bengkak membesar.
Terkadang, virus gondongan juga dapat menyebabkan peradangan pada testis, ovarium, pankreas, atau meninges (selaput yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang). Tuli dan meningitis adalah risiko komplikasi lainnya yang mungkin terjadi akibat gondongan.
3. Rubella (campak jerman)
Rubella atau campak jerman adalah infeksi virus rubella yang menyebabkan kemunculan bintik-bintik ruam merah pada kulit. Virus ini juga menyebabkan kelenjar getah bening di leher dan belakang telinga membengkak.
Rubella umumnya bisa cepat membaik dan tidak berbahaya. Kondisi ini baru sangat berbahaya jika terjadi pada wanita hamil, khususnya dalam 4 bulan pertama kehamilannya.
Jika seorang wanita terinfeksi rubella saat hamil muda, bayi berisiko mengalami kecacatan atau bahkan bayi lahir mati.
Siapa yang perlu mendapatkan vaksin MMR?
Vaksin MMR penting untuk mencegah penyakit campak, gondong, dan rubella. Berikut kelompok orang yang perlu mendapatkan vaksin ini.
1. Anak kecil dan balita
Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin MMR wajib diberikan pada anak mulai usia 9 bulan sampai selambat-lambatnya kurang dari 15 tahun.
Imunisasi yang mencakup penyakit campak ini juga termasuk ke dalam jadwal vaksinasi rutin selanjutnya. Imunisasi lanjutan (booster) jenis ini bisa didapat anak pada usia 18 bulan dan 5 – 7 tahun.
Selain itu, anak-anak berusia 6 – 11 bulan yang akan bepergian ke luar negeri harus menerima setidaknya dosis pertama vaksin MMR sebelum keberangkatan. Sebelum berusia 12 bulan, anak-anak juga harus sudah menerima dosis vaksin kedua.
2. Orang dewasa
Menurut Center for Disease Control and Prevention (CDC), orang dewasa umumnya cukup mendapat satu dosis vaksin MR atau MMR, apabila mereka dapat membuktikan bahwa mereka telah mendapat vaksin atau sudah pernah terkena penyakit MMR.
Vaksin dua dosis dengan jeda waktu 28 hari baru akan disarankan pada orang dewasa dengan kondisi berikut ini.
- Berusia 18 tahun dan belum pernah mendapatkan vaksin ini sebelumnya.
- Bepergian ke daerah yang sedang atau pernah mengalami wabah campak.
- Bekerja sebagai tenaga kesehatan.
Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), ada beberapa kelompok orang tertentu yang tidak perlu mendapatkan vaksin MMR, yaitu sebagai berikut.
- Memiliki reaksi alergi serius terhadap neomycin atau komponen lain dari vaksin.
- Mengalami reaksi serius terhadap dosis MMR atau MMRV sebelumnya (campak, gondong, rubella, dan varicella).
- Menderita kanker atau menerima perawatan kanker yang melemahkan sistem kekebalan tubuh.
- Penderita HIV/AIDS atau gangguan sistem kekebalan tubuh lainnya.
- Penerima obat yang memengaruhi sistem kekebalan tubuh, seperti steroid.
- Orang yang sedang menderita tuberculosis (TBC).
Mereka adalah orang-orang yang tidak dapat dilindungi oleh vaksin secara langsung, melainkan dilindungi oleh orang-orang di sekitarnya yang sudah melengkapi vaksin. Ini disebut herd immunity atau kekebalan kelompok.
Selain itu, kemungkinan Anda boleh menunda vaksin MMR apabila memiliki kondisi berikut.
- Memiliki penyakit kronis dari stadium sedang hingga parah.
- Sedang hamil atau menjalani program hamil.
- Baru-baru ini menjalani transfusi darah atau memiliki kondisi yang membuat Anda mudah berdarah atau memar.
- Telah menerima vaksin untuk penyakit lain selain MMR dalam empat minggu terakhir.
Jika memiliki pertanyaan tentang vaksin MMR pada Anda atau anak, konsultasikan dengan dokter.
Apa efek samping vaksin MMR?
Vaksin MMR sudah terjamin keamanannya. Namun, vaksin termasuk ke dalam jenis obat, sehingga bisa menimbulkan efek samping.
Reaksi yang timbul biasanya ringan dan akan hilang dengan sendirinya. Namun pada kasus yang sangat jarang, ini bisa menimbulkan masalah serius.
Efek samping imunisasi MMR tingkat ringan meliputi berikut ini.
- Nyeri pada bagian suntikan.
- Demam ringan.
- Kemerahan sekitar area suntikan.
Efek samping ini biasanya akan terjadi dalam waktu dua minggu setelah pemberian vaksin MMR. Kemungkinan untuk terkena efek samping akan menurun pada vaksin ke dua.
Sementara itu, efek samping vaksin measleas, mumps, dan rubella yang lebih serius tetapi sangat jarang terjadi, yaitu sebagai berikut.
- Kejang (mata terbelalak dan tersentak) yang terjadi karena demam.
- Ruam seluruh tubuh.
- Trombosit rendah yang bersifat sementara.
- Tuli.
- Kerusakan otak.
Efek samping berat tersebut hanya terjadi pada satu dari satu juta pemberian vaksin MMR, sehingga kemungkinannya sangat kecil.
Efek samping anak yang tidak mendapatkan imunisasi lebih berbahaya karena ia tidak mendapatkan kekebalan tubuh untuk melawan penyakit menular.
Vaksin MMR tidak menyebabkan autisme
Sebagian masyarakat sering menghubungkan antara vaksin campak, gondongan, dan rubella (MMR) dengan autisme.
Padahal, berdasarkan keterangan dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), kondisi tersebut sebenarnya tidak berhubungan.
Dari penelitian berjudul The MMR Vaccine and Autisme pun disebutkan bahwa kedua hal tersebut tidak memiliki hubungan.
Autisme merupakan kondisi gangguan perkembangan saraf yang berhubungan dengan genetik sebelum bayi berusia 1 tahun.
Sementara itu, anak usia kurang dari 1 tahun belum waktunya mendapatkan vaksin ini.
Kapan harus ke dokter?
Anda perlu membawa anak ke dokter ketika mengalami efek samping vaksin MMR yang berat. Apalagi jika anak memiliki tanda-tanda reaksi alergi berat yang bisa mengancam jiwa, seperti berikut ini.
- Wajah dan tenggorokan bengkak.
- Kesulitan bernapas.
- Denyut jantung cepat.
- Kelelahan.
- Gatal-gatal.
Tanda-tanda tersebut biasanya akan terlihat beberapa menit hingga beberapa jam setelah pemberian vaksin.
Saat membawa anak ke dokter, beritahu petugas medis bahwa ini adalah kali pertama anak mendapat vaksin MMR. Ini akan membantu dokter dalam mengenali kondisi anak.
[embed-health-tool-vaccination-tool]