backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

2

Tanya Dokter
Simpan

Normalkah Anak Demam Setelah Imunisasi? Ini Cara Meredakannya

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 10/04/2023

    Normalkah Anak Demam Setelah Imunisasi? Ini Cara Meredakannya

    Dengan imunisasi, anak akan terlindungi dari berbagai penyakit infeksi yang mungkin menyerang. Namun, imunisasi dapat memicu efek samping, seperti demam, sehingga sering menjadi kekhawatiran orangtua. Simak cara meredakan demam setelah imunisasi berikut ini.

    Mengapa anak demam setelah imunisasi?

    Demam sebenarnya adalah hal yang normal terjadi setelah imunisasi. Artinya, tubuh sedang bekerja merespons vaksin yang masuk.

    Imunisasi pada dasarnya menyiapkan sistem kekebalan tubuh untuk melindungi tubuh si Kecil dari virus atau bakteri penyebab penyakit infeksi. 

    Dengan cara ini, sistem kekebalan tubuh anak menjadi tahu cara melawan penyakit infeksi tertentu.

    Cara ini jauh lebih aman daripada membiarkan anak tertular sebuah penyakit, lalu baru diobati setelah itu.

    Perlu Anda pahami, pada dasarnya, vaksin dilakukan dengan memasukkan komponen virus atau bakteri yang diketahui dapat mengaktifkan respons imun.

    Meski begitu, melansir Children’s Hospital of Philadelphia, vaksin ini diketahui tidak dapat menimbulkan respons imun yang cukup signifikan.

    Alhasil, berbagai efek samping dapat terjadi. Efek samping ini umumnya sama dengan gejala penyakit infeksi yang umum dialami anak, salah satunya demam.

    Bagaimana jika tidak demam setelah imunisasi?

    Tidak masalah. Jika anak tidak mengalami demam setelah imunisasi, bukan berarti imunisasi tidak bekerja atau gagal atau. Perlu Anda pahami bahwa hal ini normal karena tubuh masing-masing orang merespons vaksin dengan cara yang berbeda-beda. Beberapa anak mungkin mengalami demam, tetapi sebagian lainnya tidak.

    Tips meredakan demam setelah imunisasi

    Ada sejumlah cara yang dapat orangtua lakukan untuk meredakan demam pada anak atau bayi setelah imunisasi. Berikut beberapa di antaranya.

    1. Menjaga asupan cairan

    Ketika demam, pastikan anak selalu cukup minum, baik ASI maupun air putih (jika sudah 6 bulan ke atas).

    Minum secara rutin dapat membuat si Kecil tetap terhidrasi sehingga dapat membantu tubuh mengeluarkan panas melalui kulit. 

    2. Memakaikan pakaian yang nyaman

    bayi demam setelah imunisasi

    Supaya lebih nyaman, anak tidak perlu memakai pakaian yang tebal atau berlapis. Pakaian yang berlebihan dapat merangkap panas tubuh, sehingga tidak menurunkan demam setelah imunisasi.

    Lebih baik, pakaikan pakaian yang ringan, tipis, dan longgar. Jika si Kecil menggigil, gunakan selimut yang tipis sampai ia merasa lebih baik.

    3. Mandi air hangat

    Anda juga bisa mencoba memandikan si Kecil dengan air hangat. Mandi atau menggunakan lap air hangat bisa membantu meredakan demam pada anak.

    Hindari memandikan anak menggunakan air dingin karena dapat menaikkan suhu tubuh serta membuatnya menggigil.

    4. Jaga suhu ruangan tetap sejuk

    Membantu meredakan demam anak atau bayi setelah imunisasi juga bisa dilakukan dengan menjaga suhu ruangan tetap sejuk.

    Pastikan suhu ruangan tidak terlalu panas dan dingin agar anak merasa nyaman. Anda juga bisa menggunakan kipas angin atau AC saat cuaca panas.

    5. Memberikan obat penurun panas

    Cara lain yang dapat dicoba untuk meredakan demam setelah imunisasi adalah memberikan obat penurun panas anak.

    Anda bisa memberikan parasetamol untuk si Kecil. Kandungan parasetamol membantu menurunkan suhu badan ketika anak demam.

    Tak hanya itu, nyeri atau sakit pada area suntikan juga dapat berkurang. Dengan begitu, kemungkinan anak mudah marah atau rewel setelah imunisasi juga menurun.

    Pastikan Anda selalu mengikuti aturan pakai obat paracetamol sebelum diberikan untuk si Kecil. Untuk anak, Anda bisa memberikan paracetamol berbentuk sirup.

    Melansir NHS, obat paracetamol berbentuk sirup bisa diberikan sejak anak berusia 2 bulan. Jangan berikan obat pereda nyeri ini bila bayi Anda berusia di bawah 2 bulan.

    Selain cara-cara di atas, Anda juga bisa menanyakan kepada dokter untuk mengetahui cara menurunkan demam setelah imunisasi yang tepat.

    Perlukah orangtua khawatir saat anak demam setelah imunisasi?

    vaksin pcv

    Jawabannya adalah tidak. Badan yang panas setelah imunisasi berarti sistem imun si Kecil telah merespons vaksin.

    Nantinya, sistem imun anak akan membangun kekebalan terhadap virus atau bakteri yang ditargetkan dari vaksin.

    Lagi pula, badan yang panas setelah imunisasi ini umumnya hanya sementara. Biasanya, demam akan dimulai dalam 24 jam setelah vaksin dan berlangsung hingga 1—2 hari.

    Di sisi lain, ada pula anak yang mengalami efek samping imunisasi lain. Selain demam yang mencapai 38º Celsius, berikut adalah beberapa efek samping setelah imunisasi yang umum terjadi.

    • Pembengkakan, kemerahan, dan nyeri di area suntikan.
    • Bayi rewel, gelisah, atau mengantuk.
    • Muntah.
    • Hilang nafsu makan.
    • Benjolan kecil di tempat suntikan yang terlihat selama beberapa minggu.

    Pada kasus yang jarang, demam setelah imunisasi bisa menyebabkan kejang pada bayi atau anak.

    Meski begitu, kejang demam ini tak perlu begitu dikhawatirkan. Pasalnya, kejang yang terjadi tidak menimbulkan efek permanen atau jangka panjang

    Justru, akan lebih berbahaya bila anak tidak mendapat imunisasi. Anak yang tidak mendapat vaksin akan lebih berisiko tertular penyakit infeksi yang bisa berbahaya.

    Oleh karena itu, pastikan Anda memberikan vaksin untuk anak sesuai jadwal imunisasi yang ditentukan. Tanyakan kepada dokter untuk informasi lebih lanjut.

    Perhatian!

    Meski tak perlu khawatir, sebaiknya Anda membawa anak atau bayi Anda ke dokter jika demam setelah imunisasi terjadi pada kondisi berikut.
    • Suhu tubuh di atas 40º Celsius.
    • Demam terjadi lebih dari 3 hari.
    • Demam kembali setelah mereda dalam 24 jam.
    • Tidak berhenti menangis lebih dari 3 jam.
    • Anak terlihat sangat kesakitan.
    • Bayi berusia di bawah 12 minggu.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 10/04/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan