Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan rangkaian imunisasi wajib untuk anak-anak dan bayi. Di balik manfaatnya, hal yang paling ditakutkan oleh orangtua adalah efek samping setelah pemberian imunisasi, seperti demam.
Ditinjau secara medis oleh dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A · Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon
Kementerian Kesehatan RI merekomendasikan rangkaian imunisasi wajib untuk anak-anak dan bayi. Di balik manfaatnya, hal yang paling ditakutkan oleh orangtua adalah efek samping setelah pemberian imunisasi, seperti demam.
Ini membuat sebagian dari orangtua memutuskan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak. Padahal kalau tidak imunisasi atau terlambat, bisa membahayakan kesehatan anak. Maka itu, penting untuk orangtua memahami efek samping imunisasi.
Bayi, anak-anak, dan orang dewasa mungkin akan mengalami sakit setelah imunisasi sebagai efek samping. Namun, sebagian besar vaksin jarang menimbulkan efek samping yang serius.
Risiko munculnya efek samping vaksin masih jauh lebih rendah bila membandingkan risiko terserang penyakit karena tidak diimunisasi.
Setiap jenis vaksin memiliki efek samping yang berbeda, tetapi sebagian besarnya umumnya cukup ringan. Efek samping imunisasi yang umumnya terjadi, termasuk:
Efek samping ini muncul tidak lama setelah pemberian vaksin, biasanya hanya 1—2 hari. Namun, jika Anda mengalami gejala yang berkelanjutan, segera periksakan diri ke dokter.
Meski begitu, vaksin juga bisa menimbulkan efek samping yang serius, tetapi ini memang sangat jarang terjadi.
Berikut beberapa efek samping berat yang mungkin terjadi berdasarkan jenis vaksinnya.
Oleh karena itu, sebelum Anda melakukan imunisasi, selalu beri tahu dokter atau perawat jika memiliki alergi atau pernah mengalami reaksi alergi terhadap vaksin sebelumnya.
Hal ini karena akan ada kemungkinan seseorang bisa alergi terhadap vaksin, tetapi sangat langka.
Imunisasi termasuk ke dalam kategori obat dan seperti obat pada umumnya, vaksin memiliki reaksi tertentu pada tubuh.
Akan tetapi, sebagian besar efek samping tergolong penyakit ringan, seperti area suntikan terasa sakit atau anak demam setelah imunisasi.
Risiko munculnya efek samping setelah mendapatkan vaksin jauh lebih rendah.
Hal itu bila membandingkan dengan risiko kena penyakit ketika anak terlambat imunisasi atau tidak mendapatkannya sama sekali.
Mengutip dari About Kids Health, rata-rata efek samping imunisasi yang dialami bayi, anak-anak, dan orang dewasa bisa sembuh sendiri dan tidak berlangsung lama.
Setiap imunisasi memiliki efek sampingnya masing-masing. Namun, efek samping yang paling umum adalah sebagai berikut.
Selain itu, setelah mendapatkan imunisasi, anak Anda mungkin mengalami gejala-gejala mirip dengan sakit flu, padahal bukan. Gejalanya antara lain:
Vaksin bekerja dengan meniru cara kerja infeksi, karena itu, imunisasi kadang memberikan efek samping seolah-olah tubuh Anda terinfeksi suatu virus.
Infeksi ini tidak menyebabkan penyakit, justru akan melatih tubuh untuk meningkatkan sistem imun anak terhadap penyakit.
Efek samping ini biasanya terjadi setelah melakukan rangkaian imunisasi hepatitis B dan DPT.
Center for Disease Control and Prevention (CDC) menuliskan dalam situs resminya bahwa ada beberapa efek samping imunisasi di level sedang yang sangat jarang terjadi.
Beberapa tandanya yaitu sebagai berikut.
Pada anak yang memiliki masalah sistem kekebalan tubuh yang serius, vaksin MMR bisa menyebabkan infeksi.
Bahkan pada kondisi yang sangat parah bisa mengancam kesehatan jiwa.
Dokter biasanya akan menyarankan orang dengan masalah sistem kekebalan tubuh yang serius tidak boleh diberi vaksin MMR.
Kemungkinan seseorang mengalami efek samping tingkat berat sangatlah jarang.
Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa kemungkinan hal itu terjadi 1 banding 1 juta orang yang menerima imunisasi.
Dampak dari imunisasi dengan tingkat yang sangat berat dan serius adalah berikut.
Untuk efek samping imunisasi seperti intususepsi, risiko anak mengalami hal ini adalah 1 banding 20 ribu bayi yang menerima vaksin di Amerika Serikat.
Reaksi setelah imunisasi bisa terjadi beberapa menit atau jam setelah pemberian imunisasi.
Sebelum terlambat penting untuk orangtua memberitahu keadaan anak, seperti alergi makanan atau obat tertentu agar imunisasi bisa menyesuaikan dengan kondisi.
Vaksin memanfaatkan mekanisme pertahanan alami dari tubuh untuk membentuk pertahanan spesifik dalam melawan infeksi virus.
Tujuannya agar apabila tubuh terpapar penyakit, sistem imun tersebut dapat merespons dengan cepat untuk mencegah penyakit tersebut berkembang.
Normal ketika tubuh memberikan respons, seperti demam, gatal, dan nyeri pada bekas suntikan, setelah imunisasi.
Bahkan, efek samping tersebut tak jarang menyebabkan suhu tubuh meningkat (demam) setelah imunisasi.
Ya, demam merupakan respon tubuh yang normal setelah mendapat imunisasi.
Biasanya suhu tubuh anak akan naik di atas 37,5 Celsius setelah mendapat imunisasi. Anda hanya perlu menanganinya dengan baik agar demam cepat turun.
Bagi anak yang masih menyusui, pemberian ASI yang lebih sering kepada anak dapat meringankan demam setelah imunisasi.
Ini diduga karena ASI mungkin mengandung senyawa anti peradangan yang menurunkan risiko demam.
Anda juga dapat mengompres anak dengan air hangat sebagai upaya untuk menurunkan demam.
Pakaikan juga pakaian yang tipis kepada anak, tetapi pastikan anak tidak kedinginan. Biarkan anak istirahat dan berikan ia minum yang banyak.
Jika sudah melakukan berbagai cara tetapi demam tidak turun, Anda boleh memberikan obat penurun panas sesuai rekomendasi dan dosis atas saran dokter.
Jika Anda sudah mencoba cara di atas dan belum bisa meredakan demam sebagai efek samping imunisasi pada anak, berikan paracetamol atau ibuprofen pada dosis dan waktu yang tepat sesuai anjuran dokter.
Sebaiknya segera bawa anak ke dokter jika anak sudah menunjukkan gejala seperti berikut.
Imunisasi dapat melindungi kesehatan lebih dari satu anak. Imunisasi pada satu anak dapat memperkecil kesempatan anak tersebut untuk menderita penyakit dan menularkan penyakit kepada anak lainnya.
Jika tingkat imunisasi tinggi pada suatu daerah, risiko penyebaran penyakit tertentu dapat menurun.
Hal ini membuat mereka yang belum atau tidak menerima imunisasi pun dapat terlindungi dari penyakit.
Efek samping imunisasi yang serius memang sangat jarang sekali terjadi. Akan tetapi, dalam kasus yang sangat langka, si Kecil bisa saja mengalami hal-hal sebagai berikut.
Berbagai gejala termasuk ke dalam efek samping tingkat berat. Anda perlu membawa anak ke dokter bila mengalaminya.
Untuk anafilaktik atau reaksi alergi parah, kondisi ini sangat serius dan sering terjadi ketika pemberian imunisasi untuk 6 penyakit sekaligus.
Reaksi alergi parah ini sangat langka bahwa hanya bisa timbul 1 banding 100 ribu kasus setelah pemberian imunisasi. Reaksi alergi parah seperti:
Kondisi tersebut membutuhkan konsultasi segera dengan dokter atau sampai pergi ke unit gawat darurat (UGD).
Sama seperti obat lain, efek samping imunisasi bisa terjadi tetapi bukan berarti anak tidak diberikan imunisasi.
Pasalnya, efek samping anak terlambat imunisasi lebih bahaya daripada efek samping vaksin yang sangat jarang terjadi.
Mengutip dari NHS, bahan utama dari vaksin adalah bakteri, virus, atau racun dalam dosis kecil yang telah dilemahkan atau dihancurkan di laboratorium terlebih dahulu.
Apa artinya? Ini membuktikan bahwa tidak ada risiko terkena penyakit dari vaksin.
Terkadang vaksin mengandung bahan lain yang membuat vaksin lebih aman dan efektif mencegah penyakit. Hal ini yang menyebabkan risiko kerusakan atau efek sampingnya sangat kecil.
Meski menimbulkan efek samping, anak Anda tetap perlu mendapatkan imunisasi. Hindari terlambat atau bahkan tidak memberi imunisasi sama sekali pada si kecil.
Pasalnya, risiko anak terkena penyakit lebih besar ketika tidak mendapatkan vaksin, bila membandingkan dengan anak yang menerima imunisasi.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. S.T. Andreas, M.Ked(Ped), Sp.A
Kesehatan anak · Rumah Sakit EMC Pekayon
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar