Pasalnya, pemberian vaksinasi kepada laki-laki dapat membantu melindungi dan mengurangi penularan virus HPV penyebab kanker serviks ke pasangan seksualnya di kemudian hari.
Sangat ideal bagi anak perempuan dan anak laki-laki untuk menerima vaksin agar mencegah penyebaran virus dan penyakit sebelum mereka melakukan kontak seksual dan terpapar HPV.
Ini karena sekali terinfeksi, vaksin untuk pencegahan kanker serviks ini tidak akan bekerja efektif, bahkan mungkin tidak bekerja sama sekali.
Jadwal pemberian vaksin HPV
Menurut CDC, pemberian vaksin HPV sebagai upaya pencegahan kanker serviks pada anak perempuan dan anak laki-laki berusia 11 atau 12 tahun.
Namun, ada juga beberapa organisasi merekomendasikan untuk memulai vaksin sejak usia 9 atau 10 tahun.
Respons kekebalan akan lebih kuat jika pemberian vaksin pada usia muda daripada usia yang lebih tua. Tingkat efektivitas kerja vaksin ini pun akan semakin tinggi.
Vaksin paling efektif diberikan pada remaja putri usia 12 tahun ke atas dan belum aktif melakukan hubungan seksual.
Secara khusus, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menjadwalkan pemberian imunisasi HPV pada usia 9-14 tahun.
Berdasarkan jadwal imunisasi terbaru dari IDAI tahun 2020, pemberian vaksin HPV sebanyak dua kali selama usia 9-14 tahun dengan jeda 6-15 bulan dari suntikan pertama.
Sementara itu, bila anak usia 15 tahun ke atas belum mendapat imunisasi HPV, perlu mendapatkan 3 kali suntikan vaksin dengan jeda 0, 1, 6 bulan).
Sebagai contoh, anak usia 15 tahun ke atas pertama mendapat vaksin pada bulan Januari, maka lakukan suntikan kedua pada Februari, dan suntikan ketiga pada bulan Juli.
Jika jadwal pemberian vaksin terlewat, Anda tidak perlu mengulangnya dari awal. Cukup dengan melengkapi dosis vaksin untuk kanker serviks yang terlewat sebelumnya.
Untuk harga, imunisasi HPV memang tidak mendapat subsidi dari pemerintah sehingga cukup tinggi. Harga vaksin ini sekitar Rp760 ribu sampai Rp920 ribu.
Siapa yang tidak boleh mendapatkan imunisasi HPV?

Melansir dari CDC, ibu hamil tidak boleh menerima vaksin HPV dan baru bisa mendapatkan vaksin ini setelah melahirkan.
Jika mendapati Anda sedang hamil setelah menerima suntikan pertama vaksin HPV, sebaiknya menunda pemberian suntikan berikutnya hingga melahirkan.
Meski umumnya seorang ibu yang tidak mengetahui dirinya hamil saat vaksin tidak perlu khawatir, cobalah untuk tetap berkonsultasi ke dokter.
Informasikan segala jenis alergi yang Anda miliki sebelum melakukan vaksin.
Jika Anda juga memiliki reaksi alergi terhadap kandungan atau komponen vaksin atau dosis vaksin sebelumnya, Anda seharusnya tidak boleh mendapat vaksin ini.
Apa efek samping imunisasi HPV?

Efek samping dari imunisasi HPV biasanya terbilang ringan. Bahkan, ada juga yang tidak merasakan efek samping apapun setelah mendapatkannya.
Efek samping imunisasi yang paling umum dari setelah penyuntikan adalah rasa sakit, pembengkakan atau kemerahan pada tempat suntikan. Pusing atau pingsan kadang juga terjadi setelah vaksinasi.
Efek samping yang sangat umum
Lebih dari satu per seratus perempuan yang mendapatkan imunisasi HPV mengalami:
- Demam
- Mual (tidak enak badan)
- Nyeri pada lengan, jari tangan, kaki, dan jari kaki
- Kemerahan, memar, gatal, bengkak, nyeri, atau selulitis
- Sakit kepala
Efek samping yang jarang
Sekitar satu per sepuluh ribu perempuan yang mendapatkan vaksin HPV mengalami ruam merah yang gatal (urtikaria atau biduran).
Efek samping yang sangat langka
Kurang dari satu per sepuluh ribu perempuan yang mendapatkan vaksin kanker serviks mengalami masalah dan kesulitan bernapas (bronkospasme).
Dalam kasus yang jarang terjadi, Anda mungkin mengalami reaksi alergi serius setelah mendapatkan vaksin.
Reaksi ini dikenal juga sebagai syok anafilaktik. Tanda-tanda syok anafilaktik termasuk:
- Kesulitan bernapas
- Mata, bibir, alat kelamin, tangan, kaki dan daerah lainnya membengkak (angioedema)
- Gatal
- Mulut terasa seperti besi
- Mata sakit, merah, dan gatal
- Perubahan denyut jantung
- Hilang kesadaran
Sekali lagi, reaksi parah seperti ini sangat langka. Perbandingannya yaitu satu per satu juta orang. Jika Anda memiliki reaksi alergi yang parah, segera hubungi dokter.
Ada baiknya tetap berikan vaksin pada si kecil karena anak yang tidak menerima imunisasi atau anak terlambat imunisasi risiko tertular penyakit lebih besar.
Apakah vaksin HPV memengaruhi kesuburan wanita?
Penelitian berjudul The Effect of Vaccination Against Human Papillomavirus on Fecundability menunjukkan bahwa vaksin HPV adalah cara memperbaiki kemungkinan kesuburan pada beberapa wanita.
Penelitian ini menggunakan data dari Pregnancy Study Online (PRESTO), sebuah kelompok yang sedang mengusahakan kehamilan dari perencana kehamilan di Amerika Utara.
Dalam jurnal Pediatric and Perinatal Epidemiology, penelitian melibatkan 3.483 wanita dan 1.022 pria berusia 21 sampai 45 tahun yang secara aktif berusaha untuk hamil.
Peneliti mengikuti pasangan selama 12 bulan atau sampai kehamilan. Pada saat pendaftaran, 33,9 persen wanita dan 5,2 persen pria telah mendapatkan imunisasi HPV.
Hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara vaksin HPV dengan wanita yang memiliki riwayat penyakit kelamin.
Seseorang yang memiliki riwayat atau gejala penyakit kelamin dengan tingkat kesuburan yang rendah.
Namun, wanita dengan riwayat penyakit kelamin yang divaksinasi akan memiliki kesempatan hamil yang sama dengan wanita yang belum divaksin dan tidak memiliki riwayat penyakit kelamin.
Dengan kata lain, vaksin HPV dapat melindungi kesuburan wanita yang memiliki penyakit kelamin.
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini, tidak ada lagi keraguan untuk melakukan imunisasi HPV karena takut tidak subur.
Sudah vaksin HPV, masih perlukah melakukan tes pap smear?

Vaksin HPV adalah langkah pencegahan kanker serviks dan tidak bisa menggantikan tes pap smear.
Pemeriksaan rutin kanker serviks melalui tes pap smear merupakan bagian penting dari perawatan kesehatan seorang wanita.
Pap smear adalah sebuah tes untuk mendeteksi dini kanker serviks keadaan sel-sel pada serviks (leher rahim) dan vagina.
Dengan pemeriksaan rutin, dokter bisa langsung mendeteksi jika ada perubahan sel yang mungkin bisa berkembang menjadi kanker.
Tes pap smear sebaiknya mulai sejak wanita berusia 21 tahun atau sudah aktif berhubungan seksual. Pemeriksaan ini dapat Anda lakukan setiap 3 tahun sekali.
Perlukah vaksin HPV bila mengalami kutil kelamin?
Vaksin HPV pada dasarnya bertujuan untuk mencegah infeksi, tetapi dalam beberapa kasus vaksin ini justru bisa berfungsi sebagai pengobatan.
Tujuan pengobatannya untuk membantu membersihkan virus kutil kelamin pada orang yang sudah pernah terinfeksi.
Jadi, melakukan vaksin meski telah terinfeksi menjadi pilihan bijak yang bisa Anda ambil. Pasalnya, ada sekitar 30 hingga 40 jenis virus HPV yang menular secara seksual.
Dengan begitu, melakukan vaksin HPV setelah terinfeksi juga bisa membantu melindungi Anda dari jenis HPV lainnya yang mengintai tubuh.
Dikutip dari lama Health Harvard Edu, vaksin HPV dapat memberikan perlindungan yang cukup menjanjikan. Vaksin ini membantu mengurangi luka dan peradangan kutil kelamin sebesar 35 persen.
Selain itu, vaksin juga tak hanya mencegah infeksi dari empat jenis HPV, tetapi juga mengurangi 38 persen risiko lesi prakanker oleh 10 strain lainnya.
Namun, Anda juga perlu menyadari bahwa melakukan vaksin saat telah memiliki infeksi bukan berarti secara total menghilangkan infeksi yang Anda miliki.
Vaksin juga tidak melindungi Anda dari semua jenis HPV. Para ahli pun tidak mengetahui secara persis berapa lama vaksin HPV dapat berjalan dengan efektif.
Namun, vaksin bisa membantu melindungi Anda dalam jangka waktu sekitar lima tahun.
Oleh karena itu, meski Anda telah melakukan vaksinasi ada baiknya untuk tetap menjalani tes Pap smear dan pemeriksaan panggul secara teratur.
Pasalnya, orang yang telah terinfeksi virus HPV seperti kutil kelamin tetap berisiko tertular virus HPV jenis lainnya, termasuk yang menyebabkan kanker serviks.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar