backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

1

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Alergi

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 07/07/2023

Alergi

Apa itu alergi?

Alergi adalah reaksi berlebihan sistem kekebalan tubuh saat terdapat zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Zat asing pemicu kondisi ini dikenal sebagai alergen.

Alergen berasal dari sesuatu yang tidak berbahaya, bukan zat asing seperti bakteri atau virus yang bisa menimbul penyakit. Contoh pemicu alergi yakni makanan, serbuk sari, obat, debu, dan udara dingin.

Normalnya, tubuh tidak akan bereaksi negatif terhadap hal-hal tersebut, sebab sistem imun dapat membedakan mana zat berbahaya dan mana yang tidak.

Akan tetapi, tubuh orang yang memiliki alergi akan bereaksi berlebihan ketika terkena alergen.

Jenis alergi

Berdasarkan penyebab dan tempat munculnya gejala, secara umum ada beberapa jenis alergi berikut.

1. Makanan

Alergi makanan disebabkan oleh reaksi sistem imun yang berlebihan terhadap protein dalam bahan makanan.

Makanan yang sering memicu alergi adalah makanan laut, seperti ikan, kerang, udang, kacang, telur, serta gandum dan produk turunannya.

2. Pada kulit

Alergi pada kulit dapat dipicu oleh banyak alergen, mulai dari tungau, makanan, hingga udara dingin.

Selain itu, penggunaan produk berbahan lateks dan nikel, air yang tidak bersih, serta konsumsi obat juga kerap menjadi pemicunya.

Bentuk alergi pada kulit yang paling sering terjadi adalah eksim (dermatitis atopik) dan biduran (hives).

3. Obat dan lateks

Kondisi ini biasanya juga sulit didiagnosis karena dianggap sebagai gejala efek samping obat atau sekadar iritasi.

Pada alergi obat, yang paling sering menjadi pemicunya adalah antibiotik penisilin. Ada pula kasus alergi terhadap obat antikonvulsan, obat antiradang nonsteroid , serta obat-obatan kemoterapi. 

Sementara pada alergi lateks, kondisi ini lebih banyak dialami oleh orang yang sering memakai produk berbahan lateks seperti sarung tangan karet atau kondom.

4. Dermatitis kontak alergi

Dermatitis kontak merupakan peradangan pada kulit yang dipicu oleh alergen seperti bahan kimia pada produk pembersih, deterjen, dan tanaman poison ivy.

Reaksi ini biasanya muncul pada area tubuh yang bersentuhan secara langsung dengan zat-zat tersebut.

5. Pada mata dan hidung

Alergi pada mata dan hidung biasanya disebabkan oleh alergen yang terhirup.

Alergen mungkin berasal dari tungau, serbuk sari tanaman, atau debu yang melayang di udara. 

6. Hewan dan gigitan serangga

Pada alergi hewan, alergen pada dasarnya bukan berasal dari bulu hewan itu sendiri, melainkan air liur, ketombe, feses, atau urine yang menempel pada bulu.

Zat-zat tersebut mengandung protein tertentu yang dianggap tubuh sebagai ancaman. Begitu pun dengan alergi serangga, alergen berasal dari zat beracun yang dikeluarkan serangga. 

7. Lainnya

Masih ada banyak pemicu kondisi ini yang mungkin jarang dikenali, seperti:

  • spora jamur dan lumut,
  • biji wijen,
  • daging merah,
  • buah-buahan sitrus,
  • mangga dan alpukat,
  • sinar matahari, dan
  • keringat.

Tanda dan gejala alergi

rhinitis alergi atau hay fever adalah satu jenis rhinitis (radang membran hidung) yang muncul ketika Anda menghirup alergen. Ini adalah reaksi berlebihan tubuh dalam merespons alergen.

Setiap orang bisa saja menunjukkan gejala alergi yang berbeda. Tingkat keparahannya pun dapat bervariasi dari ringan sampai berat.

Apabila terkena alergen untuk pertama kalinya, Anda mungkin akan mengalami gejala ringan seperti:

  • ruam (bercak bintik-bintik merah pada kulit yang terasa gatal),
  • kulit lecet atau terkelupas,
  • hidung gatal, tersumbat. atau berair,
  • mata merah, bengkak, berair, atau gatal,
  • bersin-bersin, dan
  • sakit perut.

Gejala dapat bertambah buruk bila Anda berulang kali terkena alergen. Reaksi alergi yang parah dapat menimbulkan gejala seperti:

  • kram perut,
  • rasa sakit atau sesak di dada,
  • diare,
  • kesulitan menelan,
  • pusing (vertigo),
  • ketakutan atau kecemasan,
  • wajah memerah,
  • mual atau muntah,
  • jantung berdebar,
  • pembengkakan wajah, mata, bibir, atau lidah,
  • badan lemah,
  • batuk mengi,
  • serangan asma,
  • sulit bernapas, dan
  • hilang kesadaran.

Kapan Anda perlu ke dokter?

Jika obat bebas yang dijual di apotek tidak dapat meredakan gejala alergi, segera periksakan diri Anda ke dokter.

Anda juga harus mengunjungi dokter bila gejala yang Anda alami mengganggu tidur dan kegiatan sehari-hari.

Selain itu, segera datangi unit gawat darurat bila mengalami syok anafilaksis. Gejala anafilaksis adalah kesulitan bernapas serta penurunan tekanan darah secara drastis dan mendadak.

Penyebab alergi

Sampai saat ini para ahli dan dokter masih belum mengetahui pastinya penyebab alergi, atau apa yang menyebabkan sistem kekebalan tubuh bereaksi berbeda terhadap zat tertentu.

Meski begitu, perlu diketahui bahwa alergi menurun dalam keluarga. Jika anggota keluarga dekat Anda mempunyai alergi, Anda berisiko lebih besar mengalami kondisi yang sama.

Sistem kekebalan tubuh yang sehat mampu membedakan mana zat berbahaya dan yang tidak. Akan tetapi, sistem imun tubuh beberapa orang tidak mampu bekerja seperti demikian. 

Sistem imun mereka menciptakan antibodi imunoglobulin E (IgE) dan melepaskan zat histamin untuk menyerang alergen tertentu.

Ketika lain kali Anda terpapar alergen yang sama di masa depan, sistem imun akan terus menghasilkan reaksi serupa.

Jika Anda terkena pemicu kondisi ini berulang kali, hal ini dapat membuat alergen mengikat semakin kuat pada sel-sel kekebalan tubuh.

Faktor-faktor risiko alergi

Ada sejumlah faktor yang membuat seseorang lebih berisiko terkena kondisi ini.

  • Riwayat keluarga: jika ada anggota keluarga Anda yang mempunyai alergi, kemungkinan besar Anda juga bisa terkena.
  • Masih kanak-anak: anak-anak lebih berisiko terkena alergi, tapi risiko ini bisa saja menurun seiring bertambahnya usia..
  • Menderita asma: asma membuat Anda berisiko terkena banyak alergi lain.

Diagnosis alergi

Dokter dapat mendiagnosis alergi dengan melihat riwayat kesehatan dan melakukan sejumlah pemeriksaan.

Apabila reaksi alergi Anda parah, Anda mungkin akan diminta membuat jurnal rinci mengenai gejala, zat pemicunya, serta kapan gejala muncul.

Setelah melihat riwayat kesehatan Anda, dokter akan melakukan beberapa tes untuk menentukan zat apa yang menjadi alergen.

Jenis tes alergi yang paling umum di antaranya sebagai berikut. 

  • Tes kulit untuk mengetahui penyebab reaksi tubuh terhadap alergen. Ada 3 jenis tes pada kulit yaitu prick testing, patch testing, dan intradermal testing.
  • Challenge test atau tes tantangan untuk mendiagnosis alergi makanan.
  • Tes darah imunoglobulin E (IgE) untuk mengukur antibodi penyebab reaksi alergi dan efeknya terhadap tubuh.
  • Complete blood count (CBC) atau pemeriksaan darah lengkap yang digunakan untuk menghitung jumlah sel darah putih eosinofil.

Selain itu, dokter dapat menindaklanjuti tes sebelumnya dengan beberapa prosedur berikut.

  • Tes eliminasi: dokter akan meminta Anda menggunakan atau menghindari sesuatu yang diduga alergen. Ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan reaksi.
  • Tes di kelopak mata: alergen dicairkan dan diteteskan ke dalam kelopak mata bagian bawah untuk memeriksa reaksi tertentu.

Pengobatan alergi

Obat batuk alergi

Cara terbaik untuk meredakan gejala alergi adalah dengan menghindari apa pun yang menjadi penyebabnya.

Apabila Anda alergi kacang misalnya, segera berhenti makan makanan apa pun yang mengandung kacang begitu Anda menyadarinya.

Kabar baiknya, Anda dapat menghindari alergen dan mengontrol gejala yang muncul dengan obat-obatan. Berikut obat alergi yang umumnya digunakan.

1. Antihistamin

Antihistamin bisa dibeli bebas atau diperoleh dengan resep dokter. Obat ini tersedia dalam beberapa bentuk, di antaranya:

  • kapsul dan pil,
  • obat tetes mata,
  • suntikan,
  • cairan, dan
  • nasal spray.

2. Kortikosteroid

Kortikosteroid adalah obat antiperadangan yang tersedia dalam beberapa bentuk, yaitu:

  • krim dan salep untuk kulit,
  • obat tetes mata,
  • nasal spray, dan
  • inhaler untuk paru-paru.

Orang dengan gejala yang parah bisa mendapatkan resep obat berupa pil kortikosteroid atau suntikan yang memiliki efek jangka pendek.

Obat kortikosteroid juga dapat dibeli bebas ataupun dengan resep dokter. Namun, selalu konsultasikan penggunaan steroid jangka panjang dengan dokter.

3. Dekongestan

Dekongestan adalah obat untuk meringankan hidung tersumbat. Obat ini biasanya tersedia dalam bentuk semprotan.

Jangan gunakan semprotan hidung dekongestan lebih dari beberapa hari karena obat ini dapat menyebabkan efek sebaliknya.

4. Suntikan alergi

Suntikan imunoterapi akan diberikan jika tubuh tidak dapat menghindari alergen dan pasien mengalami gejala reaksi yang sulit dikendalikan.

Suntikan alergi bekerja dengan mencegah tubuh agar tidak bereaksi berlebihan.

Suntikan harus digunakan secara teratur agar efeknya optimal. Penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter. 

5. Sublingual Immunotherapy Treatment (SLIT)

Sublingual immunotherapy treatment adalah prosedur pengobatan tanpa suntikan.

Obat diletakkan di bawah lidah untuk mengurangi gejala reaksi yang parah. Pemberian obat awalnya dilakukan dengan dosis rendah, lalu ditingkatkan perlahan-lahan.

6. Suntik epinefrin

Reaksi yang parah atau anafilaksis perlu ditangani dengan obat yang disebut dengan epinefrin (EpiPen).

Epinefrin bekerja dengan melebarkan saluran pernapasan dan meningkatkan tekanan darah yang tadinya terganggu akibat syok anafilaksis.

Pertolongan pertama alergi

Reaksi yang serius, seperti syok anafilaksis, memerlukan langkah pertolongan pertama alergi yang tepat.

Pada kondisi ini, pasien tidak mampu menggunakan obat karena reaksi yang dialaminya sangat parah. Biasanya pasien akan kesulitan bernapas, bahkan mungkin tidak sadarkan diri.

Anda sebaiknya segera mencari bantuan darurat melakukan hal berikut untuk mencegah syok sementara menunggu bantuan:

  1. Periksa apakah pasien masih bernapas.
  2. Baringkan pasien dalam posisi telentang di atas permukaan rata.
  3. Mengangkat kaki pasien hingga lebih tinggi dari jantungnya
  4. Menutupi badannya dengan selimut.

Bisakah alergi disembuhkan?

Belum ada cara untuk menyembuhkan kondisi ini hingga tuntas. Pasalnya, mengubah reaksi sistem imun tubuh dalam merespons alergen sangatlah sulit. Namun, Anda tetap bisa mencegah kekambuhan dan mengendalikan gejala. Seiring bertambahnya usia, reaksi pun bisa mereda bahkan jarang kambuh. 

Pencegahan alergi

Berikut cara mencegah alergi yang bisa Anda lakukan.

  • Menghindari paparan alergen.
  • Mencari perawatan medis jika Anda terkena alergen.
  • Membawa obat untuk mencegah dan mengobati anafilaksis.

Hal berikut ini juga diyakini dapat mengurangi risiko.

  • Memberikan ASI eksklusif kepada anak selama enam bulan pertama kehidupannya.
  • Menyesuaikan pola makan bila memiliki riwayat keluarga dengan kondisi ini. Konsultasikan jenis makanan dan pantangan dengan dokter yang bersangkutan.

Alergi adalah reaksi berlebihan tubuh saat terkena zat asing dari lingkungan. Kondisi ini tidak bisa sembuh total dan membahayakan bagi beberapa orang.

Kendati demikian, obat-obatan dan penanganan darurat dapat menyelamatkan nyawa pasien.

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Diah Ayu Lestari · Tanggal diperbarui 07/07/2023

advertisement iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

advertisement iconIklan
advertisement iconIklan