Eating disorder atau gangguan makan sering diartikan sebagai kebiasaan memuntahkan makanan setelah makan. Padahal, ada begitu banyak jenis gangguan makan dengan karakteristiknya masing-masing.
Simak informasi berikut untuk mengetahui lebih lanjut seputar gangguan pada pola makan, penyebab, gejala, hingga penanganannya.
Apa itu eating disorder?
Eating disorder adalah serangkaian gangguan mental yang ditandai dengan pola makan yang tidak sehat atau tidak wajar. Kondisi ini dapat memberikan dampak negatif bagi kesehatan fisik dan mental.
Tak hanya berdampak secara emosional, gangguan makan dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk mendapatkan gizi yang cukup dan menghambat kehidupan sehari-hari.
Bila dibiarkan berlarut-larut, gangguan makan bisa menimbulkan bahaya pada organ-organ tubuh seperti jantung, lambung, dan tulang. Bahkan, pengidapnya juga berisiko mengalami komplikasi yang serius sampai kematian.
Eating disorder paling sering ditemui pada remaja dan orang dewasa muda. Meski demikian, baik pria maupun wanita dari semua kelompok usia tak lepas dari risiko penyakit ini.
Gejala eating disorder
Seperti yang telah disebutkan, ada berbagai jenis eating disorder dengan karakteristik yang berbeda. Masing-masing kondisi juga menunjukkan tanda dan gejala yang beragam.
Berikut merupakan gejala gangguan makan berdasarkan jenisnya.
1. Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa meripakan kondisi yang membuat penderitanya enggan makan karena takut berat badannya naik. Orang-orang dengan kondisi ini umumnya memiliki berat badan yang sangat rendah.
Selain tidak mau makan, pengidap anoreksia berupaya mengontrol berat badannya dengan olahraga berlebihan, minum obat pencahar untuk menurunkan berat badan, atau sengaja muntah setelah makan.
Bahkan, tak sedikit pula yang mengonsumsi obat pelangsing yang tidak terjamin keamanannya.
2. Bulimia nervosa
Sama-sama didorong oleh perasaan takut naik berat badan, pengidap bulimia makan dalam jumlah banyak, tetapi diikuti oleh kebiasaan memuntahkan makanan.
Pengidap bulimia mungkin juga minum obat pencahar atau obat penekan nafsu makan agar berat badannya tidak bertambah.
Mereka sering merasa bersalah atau malu setelah makan berlebihan. Sering kali, mereka juga dirundung stres karena tidak menyukai bentuk badan atau terus memikirkan berat badannya.
3. Binge-eating disorder
Pada kondisi binge-eating disorder, tanda yang paling terlihat yakni kecenderungan makan berlebihan tanpa kendali.
Makan berlebihan dan binge-eating disorder sekilas memang mirip. Bedanya, pengidap binge-eating disorder akan terus makan lebih banyak dari yang mereka inginkan meski telah merasa kenyang.
Setelah makan, mereka akan merasa bersalah dengan perilaku tersebut. Namun, mereka tetap tidak melakukan usaha untuk menghentikan kebiasaan itu dan menurunkan berat badannya.
4. Gangguan ruminasi (rumination disorder)
Gangguan ruminasi merupakan kondisi ketika seseorang berulang kali memuntahkan makanan yang belum dicerna sempurna, lalu mengunyahnya kembali dan menelannya.
Terkadang, perilaku ini juga dilakukan berulang. Setelah dikunyah, makanan tersebut kemudian dimuntahkan kembali.
Biasanya, gangguan ruminasi terjadi pada anak, bayi, atau orang yang lahir dengan cacat intelektual.
5. Avoidant/Restrictive Food Intake Disorder (ARFID)
Gangguan ini ditandai dengan kebiasaan menghindari makanan dengan karakteristik sensorik tertentu, seperti warna, tekstur, bau, atau rasa.
Sebagai contoh, seorang pengidap ARFID tidak mau makan makanan yang memiliki warna hijau.
Gejala ARFID juga kerap disertai dengan ketakutan berlebihan akan tersedak makanan. Kondisi ini bisa menyebabkan kurangnya asupan gizi tertentu.
6. Pica
Pica merupakan gangguan pola makan yang ditandai dengan kebiasaan mengonsumsi sesuatu yang tidak layak makan.
Kondisi ini mirip dengan anak kecil yang suka memasukkan benda-benda ke dalam mulut karena penasaran.
Orang dengan kondisi ini bisa saja makan sesuatu yang bisa mengganggu kesehatan. Contoh benda yang dimakan yaitu tanah, batu, kertas, krayon, rambut, atau kapur.
Terlepas dari jenis eating disorder-nya, para pengidap kondisi ini juga menunjukkan gejala depresi, lesu, serta cenderung menghindari situasi sosial dan menarik diri dari orang lain.
Bila Anda atau orang terdekat terlihat mengalami gejala-gejala yang telah disebutkan, apalagi disertai dengan citra yang buruk terhadap tubuh, pertimbangkan untuk pergi ke psikolog.
Penyebab eating disorder
Penyebab dari gangguan makan tidak diketahui secara pasti. Namun, ada kemungkinan faktor genetik berperan dalam terjadinya penyakit ini.
Ada beberapa orang dengan gen tertentu yang membuat mereka punya risiko lebih tinggi terhadap eating disorder. Biasanya, ini ditemukan pada orang yang keluarganya memiliki riwayat gangguan makan.
Eating disorder juga bisa didasari oleh kondisi psikologis dan emosional yang sudah ada terlebih dahulu.
Bisa jadi gangguan makan didasari oleh rasa percaya diri yang rendah, sifat perfeksionis, perilaku impulsif, atau berada dalam sebuah hubungan yang bermasalah.
Terkadang, munculnya gangguan makan didorong oleh lingkungan sekitar. Seperti yang kita tahu, tubuh langsing masih sering dianggap sebagai tubuh yang ideal.
Karena itu, orang-orang jadi terdorong untuk melakukan segala sesuatu demi mendapatkan tubuh ideal dengan cepat walau harus memilih cara yang tidak sehat.
Beberapa hal lainnya yang membuat seseorang lebih rentan terkena gangguan makan termasuk:
- berjenis kelamin wanita,
- berusia remaja,
- sedang mengalami stres yang cukup berat,
- mengidap gangguan mental lainnya seperti gangguan obsesif-kompulsif (OCD),
- memiliki profesi yang mewajibkan tubuh ideal seperti atlet, aktor, dan model.
Diagnosis eating disorder
Sebelum mengatasi gangguan makan, tentu Anda harus mengetahui terlebih dahulu jenis dan penyebabnya.
Dokter akan meminta Anda untuk menjalani serangkaian tes berikut untuk mendiagnosis gangguan makan secara pasti.
- Pemeriksaan fisik. Dokter akan memeriksa Anda untuk mengesampingkan penyebab medis lain. Dokter juga dapat melakukan tes laboratorium.
- Evaluasi psikologis. Dokter atau penyedia layanan kesehatan mental akan bertanya tentang pikiran dan perasaan Anda soal makanan serta kebiasaan makan Anda. Anda juga dapat diminta untuk mengisi kuesioner penilaian diri psikologis.
- Tes lainnya. Tes tambahan dapat dilakukan untuk melihat adanya komplikasi terkait gangguan makan Anda. Pemeriksaan ini dapat juga dilakukan untuk menentukan kebutuhan gizi Anda.
Pengobatan eating disorder
Perawatan untuk gangguan makan umumnya melibatkan beberapa pendekatan yang berbeda. Mengingat dampaknya bisa berpengaruh terhadap kesehatan fisik, dibutuhkan kerja sama antara psikolog, dokter spesialis kejiwaan, dan ahli gizi.
Berikut adalah beberapa metode yang biasanya dilakukan.
- Psikoterapi: membantu Anda untuk mengubah kebiasaan tidak sehat menjadi kebiasaan yang sehat. Psikoterapi dapat meliputi terapi kognitif perilaku dan terapi dengan dasar keluarga yang melibatkan turun tangan orang tua.
- Rawat inap: jika Anda memiliki masalah kesehatan yang serius, seperti anoreksia atau bulimia yang menyebabkan malnutrisi, dokter akan merekomendasikan rawat inap.
- Obat-obatan: obat seperti antidepresan dan antikecemasan dapat membantu mengatasi gejala depresi atau gangguan kecemasan yang sering kali terkait dengan gangguan makan.
Perawatan untuk eating disorder di rumah
Selain rutin menjalani perawatan dari dokter secara disiplin, pasien juga harus senantiasa menjaga kondisinya dengan:
- menerapkan pola makan sehat yang telah dianjurkan oleh dokter,
- mengurangi kebiasaan mengisolasi diri dari keluarga dan teman-teman,
- belajar lebih mencintai diri sendiri dan tidak membandingkan diri dengan orang lain,
- menghindari keinginan untuk menimbang berat badan atau bercermin terlalu sering,
- menghentikan penggunaan pil diet atau obat pencahar, dan
- mengelola stres dengan berolahraga atau melakukan aktivitas lain yang disenangi.
Bila ada pertanyaan, konsultasi dengan psikolog dan dokter dapat membantu memberikan solusi terbaik atas masalah Anda.