Salah satu jenis penyakit gusi dan mulut yang cukup umum terjadi ialah gingivitis. Gejala dari penyakit ini jarang disadari pengidapnya sehingga bisa terlambat diobati.
Simak penyebab, gejala, dan cara mengatasi gingivitis pada pembahasan berikut ini.
Apa itu gingivitis?
Gingivitis adalah penyakit gusi akibat infeksi bakteri yang menyebabkan gusi bengkak, merah, dan meradang. Gangguan mulut ini juga sering disebut radang gusi.
Penyebab penyakit radang gusi pada sebagian besar orang adalah kebersihan mulut yang buruk.
Orang yang jarang sikat gigi, sering mengonsumsi makanan yang manis dan asam, dan tidak rutin periksa gigi ke dokter merupakan yang paling berisiko mengalami gingivitis.
Radang gusi kronis jarang disadari oleh pengidapnya karena gejalanya tidak begitu jelas. Akan tetapi, kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut tanpa pengobatan.
Jika tidak segera diobati, gingivitis bisa menyebabkan periodontitis, yakni infeksi gusi yang lebih serius dengan komplikasi yang lebih parah.
Penyakit ini bahkan dapat merusak jaringan tulang penyokong gigi. Lama-kelamaan, periodontitis bisa meningkatkan risiko gigi mudah tanggal hingga penyakit jantung.
Seberapa umumkah kondisi ini?
Gingivitis umumnya ditandai dengan masalah gusi bengkak dan mudah berdarah. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 dari Kementerian Kesehatan, terdapat 14% penduduk Indonesia mengalami gusi bengkak dan 13,9% mengalami gusi mudah berdarah.
Tanda dan gejala gingivitis
Peradangan pada gusi umumnya tidak langsung menyebabkan rasa sakit. Akibatnya, sebagian besar orang tidak sadar bahwa dirinya mengalami kondisi ini.
Meski begitu, ada beberapa gejala penyakit gusi yang bisa Anda waspadai, antara lain:
gusi kemerahan, bengkak, dan terasa lunak saat disentuh,
nyeri intens dan tajam saat mengunyah, menggigit, atau berbicara.
Kemungkinan ada gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, sebaiknya periksa dengan dokter gigi secara langsung.
Pasalnya, hanya dokter gigi yang dapat mengenali dan menentukan seberapa parah penyakit gusi yang Anda alami.
Kapan harus periksa ke dokter?
Diagnosis dan pengobatan dini dapat mencegah perburukan gingivitis. Jadi, konsultasikan dengan dokter sesegera mungkin bila Anda mengalami satu atau beberapa gejala di atas.
Penyebab gingivitis
Penyebab umum dari gingivitis ialah kebersihan mulut yang buruk. Hal ini menyebabkan penumpukan plak gigi, yakni lapisan tipis yang terbentuk dari bakteri dan sisa-sisa makanan pada gigi.
Jika dibiarkan dalam waktu lama, plak bisa mengeras dan membentuk karang gigi. Nah, karang gigi inilah yang bisa menyebabkan peradangan pada gusi Anda.
Plak dan karang gigi yang tidak segera dibersihkan bisa menyebabkan radang gusi kronis. Keduanya juga bisa menyebabkan gigi berlubang atau karies.
Jika karang gigi sudah begitu parah, risiko Anda untuk mengalami kerusakan gigi hingga periodontitis tentu lebih tinggi.
Faktor risiko gingivitis
Berikut ini merupakan beragam faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda untuk terkena gingivitis.
1. Riwayat genetik
Kasus radang gusi kronis umumnya disebabkan oleh faktor genetik. Jika orang tua dan saudara kandung Anda mengalami radang gusi, Anda berisiko mengalaminya juga.
2. Kebersihan gigi dan mulut yang buruk
Apabila Anda jarang menyikat gigi, memakai benang gigi (flossing), menggunakan obat kumur, dan mengunjungi dokter gigi, risiko terjadinya gingivitis akan jauh lebih tinggi.
3. Mulut kering
Mulut kering dapat memengaruhi kesehatan gusi. Produksi liur yang berkurang akan membuat gusi lebih rentan mengalami peradangan dan pembengkakan.
4. Tambalan gigi yang lepas atau rusak
Tambalan gigi yang rusak bisa meningkatkan risiko infeksi pada gusi dan bagian gigi yang lebih dalam.
5. Kekurangan vitamin
Orang yang kekurangan vitamin C lebih mudah mengalami masalah gigi dan mulut, termasuk radang gusi. Vitamin C membantu mengurangi keparahan dan komplikasi gingivitis.
6. Merokok
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan bahwa perokok dua kali lebih berisiko mengalami penyakit gusi daripada orang yang tidak merokok.
7. Perubahan hormon
Perubahan hormon saat hamil, menstruasi, dan menopause bisa meningkatkan sirkulasi darah ke gusi. Ini membuat gusi lebih mudah mengalami peradangan, bengkak, dan perdarahan.
8. Kehamilan
Gingivitis cukup sering menyerang ibu hamil, terutama pada trimester awal kehamilan. Ibu hamil yang mengidap radang gusi lebih berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
9. Efek samping obat-obatan
Beragam jenis obat-obatan, misalnya pil KB, steroid, antikonvulsan (obat kejang), kemoterapi, obat pengencer darah, dan calcium channel blocker bisa meningkatkan risiko radang gusi.
10. Kondisi medis tertentu
Orang dengan riwayat kondisi medis tertentu, seperti diabetes, kanker, dan HIV/AIDS berisiko tinggi terkena radang gusi karena sistem kekebalan tubuh yang cenderung lemah.
Diagnosis gingivitis
Gingivitis bisa didiagnosis melalui pemeriksaan gigi. Dokter akan memeriksa gusi untuk melihat ada-tidaknya peradangan sembari menanyakan riwayat kesehatan Anda secara menyeluruh.
Dokter juga akan mengukur kedalaman kantong gusi Anda. Kedalaman kantong gusi idealnya berkisar dari 1-3 milimeter (mm).
Pada kasus ringan, dokter mungkin akan meresepkan obat radang gusi untuk mengatasi gejala.
Untuk meredakan rasa sakit gusi yang intens, Anda dapat diresepkan obat pereda nyeri, seperti paracetamol dan ibuprofen.
Dokter juga mungkin meresepkan antibiotik untuk mencegah infeksi makin parah. Penggunaan obat kumur antiseptik juga membantu melawan bakteri penyebab infeksi dalam mulut.
Selain menggunakan metode tersebut, dokter gigi juga bisa menganjurkan beberapa prosedur perawatan gigi untuk menangani gingivitis seperti di bawah ini.
1. Scaling
Prosedur scaling gigi bertujuan untuk membersihkan plak dan karang gigi yang menempel pada garis gusi. Dokter akan menggunakan alat khusus bernama ultrasonic scaler.
Scaling idealnya Anda lakukan setiap enam bulan sekali. Akan tetapi, pada orang yang berisiko mengalami gingivitis, pembersihan karang gigi sebaiknya dilakukan lebih sering.
2. Root planing
Berbeda dengan scaling, prosedur root planing biasanya dokter gigi lakukan pada pasien yang sudah telanjur mengalami penyakit gusi atau periodontitis.
Prosedur ini akan membantu menghaluskan akar gigi Anda supaya gusi yang terlepas dapat menempel erat kembali ke permukaan gigi.
3. Operasi
Dalam kasus serius, operasi flap dapat dokter lakukan untuk mengangkat plak dan karang gigi dari kantong gusi.
Dokter mungkin juga akan melakukan prosedur cangkok tulang dan jaringan bila kerusakan gigi yang Anda alami terlampau parah.
Pencegahan gingivitis
Pencegahan radang gusi bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Berikut ini merupakan beberapa langkah mudah yang bisa Anda praktikkan setiap hari.
1. Menyikat gigi secara rutin
Sikatlah gigi Anda setidaknya dua kali sehari dengan teknik menyikat gigi yang tepat. Lakukan gerakan melingkar dari atas ke bawah pada setiap sisi selama 20 detik.
Selain itu, gunakan sikat gigi berbulu lembut dan kepala berujung kecil agar dapat menjangkau bagian mulut terdalam.
Pilih juga pasta gigi yang mengandungfluoride. Kandungan mineral dalam pasta gigi ini efektif untuk memperkuat dan melindungi gigi Anda dari kerusakan.
2. Memakai benang gigi (flossing)
Membersihkan gigi menggunakan benang alias flossingmembantu menghilangkan sisa makanan yang tersangkut pada sela-sela gigi dan bawah garis gusi.
Apabila Anda rutin menyikat gigi dan flossing, kondisi gusi akan tetap sehat dan terhindar dari berbagai masalah gigi dan mulut.
3. Berhenti merokok
Rokok merupakan faktor risiko terbesar untuk gingivitis dan penyakit gusi. Maka dari itu, mulai dari sekarang Anda harus berusaha untuk berhenti merokok.
Selain mencegah gingivitis atau radang gusi, berhenti merokok juga membantu meningkatkan kesehatan tubuh Anda secara menyeluruh.
4. Konsumsi makanan sehat dan bergizi
Mendapatkan zat gizi yang tepat dari makanan yang dikonsumsi membantu sistem kekebalan tubuh Anda bekerja lebih efektif melawan bakteri penyebab gingivitis.
Konsumsi makanan sehat untuk gigi dan mulut, misalnya sayuran dan buah yang mengandung vitamin C dan E. Kedua vitamin ini membantu memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.
5. Hindari stres
Stres juga bisa memengaruhi kesehatan gigi dan mulut Anda. Jika stres melanda, sistem kekebalan tubuh akan lebih sulit melawan bakteri penyebab infeksi.
Berupaya berpikir positif dan menerapkan gaya hidup sehat merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi stres yang Anda alami.
6. Rutin periksa ke dokter gigi
Pemeriksaan gigi secara berkala bisa memudahkan dokter dalam memantau kesehatan gigi dan mulut Anda. Dokter pun bisa langsung melakukan perawatan bisa menemukan adanya masalah.
Anda sebaiknya periksa rutin ke dokter gigi setiap 6–12 bulan sekali. Namun, bila Anda lebih rentan terkena gingivitis, dokter dapat menjadwalkan pemeriksaan lebih sering.
Apabila memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar kondisi ini, konsultasikan dengan dokter untuk memahami solusi terbaik untuk Anda.
Kesimpulan
Gingivitis atau radang gusi disebabkan oleh infeksi bakteri yang membuat gusi bengkak, merah, meradang, dan mudah berdarah.
Penyakit gusi ini bisa dialami siapa saja, terutama bila tidak menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan baik.
Perawatan gingivitis bervariasi tergantung keparahannya. Segera periksa dengan dokter gigi untuk memperoleh penanganan yang tepat.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.
Smoking, gum disease, and tooth loss. (2022). Centers for Disease Control and Prevention. Retrieved December 2, 2022, from https://www.cdc.gov/tobacco/campaign/tips/diseases/periodontal-gum-disease.html
Gingivitis. (2022). American Dental Association. Retrieved December 2, 2022, from https://www.mouthhealthy.org/all-topics-a-z/gingivitis
Gingivitis: What it is, causes, diagnosis. (2020). Cleveland Clinic. Retrieved December 2, 2022, from https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/10950-gingivitis-and-periodontal-disease-gum-disease
Gingivitis – Symptoms and causes. (2017). Mayo Clinic. Retrieved December 2, 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gingivitis/symptoms-causes/syc-20354453
Gingivitis – Diagnosis and treatment. (2017). Mayo Clinic. Retrieved December 2, 2022, from https://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/gingivitis/diagnosis-treatment/drc-20354459
Laporan Nasional Riskesdas 2018. (2019). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan – Kementerian Kesehatan RI. Retrieved December 2, 2022, from https://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf
Murererehe, J., Uwitonze, A. M., Nikuze, P., Patel, J., & Razzaque, M. S. (2022). Beneficial Effects of Vitamin C in Maintaining Optimal Oral Health. Frontiers in nutrition, 8, 805809. https://doi.org/10.3389/fnut.2021.805809
Tettamanti, L., Gaudio, R. M., Iapichino, A., Mucchi, D., & Tagliabue, A. (2017). Genetic susceptibility and periodontal disease: a retrospective study on a large italian sample. ORAL & implantology, 10(1), 20–27. https://doi.org/10.11138/orl/2017.10.1.020
Wu, M., Chen, S. W., & Jiang, S. Y. (2015). Relationship between gingival inflammation and pregnancy. Mediators of inflammation, 2015, 623427. https://doi.org/10.1155/2015/623427