Konsultasikan ke dokter tentang semua obat yang sedang Anda konsumsi. Dokter akan menentukan obat lain yang lebih aman dan sesuai dengan kondisi Anda.
8. Perubahan hormon
Wanita mungkin lebih berisiko mengalami masalah gusi dan mulut karena perubahan hormon semasa hidupnya.
Perubahan hormon yang terjadi selama kehamilan, masa puber, menstruasi bulanan, dan menopause dapat memengaruhi respons tubuh melawan racun yang dihasilkan plak.
Perubahan hormon pada masa-masa itu juga dapat memengaruhi sirkulasi darah ke jaringan di sekitar gusi, membuat gusi lebih sensitif.
9. Gigi palsu yang tidak pas
Pemasangan gigi palsu yang tidak pas atau lepas juga dapat meningkatkan risiko terkena penyakit gusi. Segera beritahu dokter gigi Anda untuk memperbaiki atau mengatasi kondisi ini.
10. Penyakit tertentu
Faktor lain terjadinya periodontitis adalah adanya kondisi penyakit tertentu.
Orang yang mempunyai riwayat penyakit diabetes, rematik, penyakit Crohn’s, HIV/AIDS, dan leukemia berisiko tinggi terkena penyakit gusi dibanding mereka yang sehat.
Obat & Pengobatan
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Bagaimana penyakit ini didiagnosis?
Saat Anda mulai menyadari gejala penyakit gusi, segera periksakan ke dokter gigi. Dokter akan memeriksa gejala fisik pada gigi untuk diagnosis.
Selama pemeriksaan, dokter gigi biasanya juga akan menilai gejala penyakit gusi dengan melihat:
- Tingkat perdarahan dan pembengkakan gusi.
- Jarak atau kantong antara gusi dan gigi. Gusi yang sehat memiliki kantong berkurang 1 sampai 3 milimeter (mm). Kantung yang lebih dalam dari 5 mm menandakan periodontitis. Pada prinsipnya, semakin besar dan semakin dalam kantong gusi, semakin banyak pula plak yang akan masuk dan memperparah penyakit gusinya.
- Tingkat kelurusan pertumbuhan gigi.
- Kesehatan tulang rahang, untuk membantu mendeteksi kerusakan tulang di sekitar gigi.
Pada beberapa kasus, dokter juga dapat memeriksa kondisi gusi dengan rontgen untuk melihat ada tidaknya pengeroposan tulang penyokong gigi.
Apa saja pengobatan untuk periodontitis?
Dokter gigi dapat merekomendasikan sejumlah pengobatan untuk membersihkan kantung pada gigi dan mencegah kerusakan pada tulang. Hal ini meliputi prosedur scaling, alias pembersihan plak dan karang gigi menggunakan alat khusus bernama ultrasonic scaler.
Selama proses berlangsung, Anda mungkin akan merasakan sensasi ngilu dan gusi berdarah. Dokter akan meminta Anda untuk berkumur beberapa kali untuk membantu membilas darah.
Dokter gigi juga mungkin akan meresepkan obat pereda nyeri untuk membantu meringankan rasa nyeri dan sensasi nyut-nyutan di bagian gusi atau gigi yang bermasalah.
Antibiotik juga dapat diresepkan untuk mencegah terjadinya infeksi lebih lanjut. Ketika diresepkan antibiotik, pastikan Anda meminumnya sesuai dengan anjuran dokter.
Penggunaan antibiotik yang sembarangan dapat meningkatkan risiko resistensi antibiotik. Kondisi ini membuat infeksi lebih sulit diobati karena bakteri penyebab infeksi sudah kebal terhadap obat.
Dalam kasus serius, operasi mungkin dapat diperlukan untuk memperbaiki jaringan atau struktur tulang penyokong gigi yang rusak. Silakan konsultasi ke dokter untuk informasi lebih lanjut terkait pengobatan penyakit gusi.
Semua prosedur medis memiliki efek samping. Namun, pastikan prosedur yang Anda jalani nantinya memiliki manfaat yang jauh lebih besar ketimbang efek sampingnya.
Apa saja pengobatan alami untuk membantu mengatasi infeksi gusi?
1. Teh hijau
Teh hijau diklaim mampu memperbaiki kerusakan gigi, memperbaiki kantong gusi, dan mengurangi perdarahan pada gusi.
Penelitian dari Jepang yang dipublikasikan dari Journal of Periodontology menemukan bahwa teh hijau bisa menjadi obat infeksi gusi alami. Pada penelitian tersebut, diungkapkan bahwa semakin banyak minum atau mengonsumsi teh hijau murni bisa semakin membantu menyelesaikan masalah pada gusi Anda.
2. Minyak kelapa dan garam himalaya
Untuk mengurangi peradangan pada gusi, Anda disarankan untuk berkumur atau melumurkan gusi yang sakit dengan campuran minyak kelapa dan garam himalaya (himalayan salt) yang warnanya pink. Pijat dan kumur-kumur selama 3-5 menit, lalu kumur dengan air tawar.
Minyak kelapa dan garam himalaya sama-sama punya kandungan antimikroba dan antiradang yang baik untuk meringankan rasa sakit dan gejala infeksi yang sudah parah.
3. Lidah buaya
Para peneliti dari India telah mempelajari kegunaan dan manfaat lidah buaya untuk kesehatan gigi dan mulut.
Hasil temuan menunjukkan bahwa menerapkan gel lidah buaya pada gigi, gusi dan kantung gusi yang meradang bisa bermanfaat baik pada kondisi gusi.
Anda bisa mencoba menggunakan 100 miligram gel lidah buaya per hari dan ditempelkan pada gusi untuk mempercepat penyembuhan infeksi.
Perawatan di rumah
Apa saja perubahan gaya hidup atau pengobatan rumahan yang dapat dilakukan untuk mengatasi periodontitis?
1. Rajin sikat gigi
Supaya penyakit gusi yang Anda alami tidak terlanjur bertambah parah, penting bagi Anda untuk menerapkan kebiasaan menyikat gigi dua kali sehari setelah makan.
Pastikan bulu sikat yang Anda gunakan lembut dan punya bagian kepala yang tidak terlalu besar. Dengan begitu, sikat dapat menjangkau hingga ke bagian dalam gigi.
Pertimbangkan untuk menggunakan sikat gigi elektrik karena dinilai lebih efektif mengangkat plak dan karang gigi. Bila ingin memakai sikat gigi manual, pastikan juga teknik menyikat gigi Anda sudah benar.
Sikatlah gigi Anda dengan gerakan melingkar dari atas ke bawah selama 20 detik pada setiap bagian gigi.
2. Flossing gigi
Selain menyikat gigi, Anda juga harus rajin flossing. Flossing adalah teknik membersihkan gigi menggunakan benang.
American Dentist Association mengungkapkan bahwa benang gigi dirancang untuk membersihkan celah antar gigi yang susah dijangkau dengan bulu sikat gigi.
Namun, hati-hati ketika membersihkan gigi dengan benang. Gesekkan benang secara perlahan dan pastikan benang tidak mengenai gusi.
Gesekan atau tarikan benang yang terlalu kencang akan membuat gusi rentan terluka dan berdarah.
3. Rajin periksa ke dokter gigi
Bila plak sudah berubah menjadi karang gigi, maka rajin sikat gigi saja tidak akan cukup untuk membersihkannya. Anda butuh membersihkan gigi dengan prosedur khusus di dokter gigi.
Maka dari itu, setiap orang dewasa pada dasarnya dianjurkan untuk rajin periksa gigi 6 bulan sekali ke dokter gigi. Anak-anak juga perlu dikenalkan pentingnya periksa rutin ke dokter gigi sejak dini.
Pemantauan secara berkala dapat memudahkan dokter untuk merawat dan mengobati bila sewaktu-waktu Anda mengalami masalah. Check up rutin juga efektif untuk mencegah timbulnya berbagai masalah gigi dan mulut lain di kemudian hari.
Risiko komplikasi
Komplikasi penyakit yang mungkin muncul akibat infeksi gusi
Komplikasi yang paling umum adalah gusi bengkak bernanah, gusi surut, hingga gigi copot sendiri. Jika dibiarkan terus berlanjut tanpa diobati, masuknya bakteri ke jaringan dalam gusi dapat menyerang organ dalam tubuh lainnya. Beberapa komplikasi penyakit akibat infeksi gusi yang dapat terjadi adalah:
1. Gingivitis ulseratif akut nekrosis (ANUG)
Gingivitis ulseratif akut kronis (ANUG) adalah salah satu komplikasi infeksi gusi yang paling awal. ANUG berisiko tinggi terjadi pada orang yang sudah terlanjur mengalami infeksi gusi tapi tetap jarang menggosok gigi dan mengabaikan pola hidup sehat.
2. Penyakit jantung dan stroke
Infeksi periodontitis meningkatkan risiko Anda terkena serangan jantung, stroke, atau penyakit kardiovaskular lainnya hingga 3 kali lipat. Dr. Hatice Hasturk, seorang dokter gigi dari Forsyth Institute, mengungkapkan bahwa risiko ini disebabkan oleh timbunan plak yang dapat masuk ke pembuluh darah dalam gusi lewat lubang pada gigi.
3. Pneumonia
Dikutip dari Telegraph, Dental Health Foundation melaporkan bahwa salah satu komplikasi penyakit dari infeksi gusi yang harus diwaspadai adalah infeksi paru atau pneumonia.
Bakteri dalam gusi bisa mengalir dalam pembuluh darah dan sampai ke paru hingga menginfeksinya. Saat bernapas lewat mulut, bakteri jahat penyebab periodontitis juga dapat terhirup dan masuk ke tenggorokan hingga paru.
4. Komplikasi pada kehamilan
Komplikasi akibat infeksi gusi yang dapat terjadi pada ibu hamil adalah bayi lahir prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR). Lagi-lagi, hal ini disebabkan oleh masuknya bakteri penyebab radang gusi ke dalam aliran darah hingga mencapai tubuh janin dalam kandungan lewat plasenta.
5. Kanker kepala dan leher
Bakteri Porphyromonas gingivalis penyebab radang gusi dikaitkan dengan perkembangan sel tumor ganas di jaringan sekitar kepala dan leher, karena racun yang dilepaskannya termasuk radikal bebas bersifat karsinogenik (pemicu kanker).
Teori ini diperkuat oleh sebuah penelitian yang dimuat dalam Cancer Epidemiology, Biomarkers, and Prevention. Peneliti menemukan bahwa setiap milimeter pengeroposan tulang rahang akibat penyakit gusi kronis berkorelasi dengan peningkatan risiko kanker kepala dan leher hingga lebih dari empat kali lipat.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar