Pemeriksaan urine mungkin pernah Anda lakukan. Saat hamil, biasanya urine diperiksa untuk memastikan apakah ibu sedang hamil atau tidak. Lantas, bagaimana jika ditemukan kelebihan protein urine pada ibu hamil? Apakah kondisi tersebut berbahaya?
Apa penyebab adanya protein di urine pada ibu hamil?
Urianalisis merupakan metode pemeriksaan kesehatan dengan cara memeriksa sampel urine atau air seni.
Dari pemeriksaan urine, biasanya dokter bisa mengetahui kondisi kesehatan seseorang apakah baik-baik saja atau ada masalah tertentu.
Salah satu hal yang menjadi perhatian pada pemeriksaan tersebut pada ibu hamil adalah kandungan protein di dalam urine selama 24 jam.
Menurut American College of Obstetricians and Gynecologists (ACOG), jika mengalami kondisi berikut dikategorikan sebagai protein urine positif saat hamil atau proteinuria:
- kadar protein urine lebih dari 300 mg/24 jam, atau
- rasio albumin berbanding kreatinin urine sebesar 30 mg/dl atau lebih.
Proteinuria merupakan pertanda adanya gangguan kesehatan tertentu. Beberapa masalah yang mungkin menyebabkan kondisi tersebut antara lain adalah sebagai berikut.
1. Preeklampsia
Preeklampsia merupakan salah satu penyebab protein ada di dalam urine ibu hamil yang cukup sering terjadi.
Meski begitu, proteinuria bukanlah satu-satunya cara untuk mendiagnosis kondisi preeklampsia.
Dibutuhkan pemeriksaan pendukung lainnya untuk memastikan Anda mengalami preeklampsia seperti tes darah, pemeriksaan tekanan darah, dan USG.
Sekitar 3-8% ibu hamil mengalami kondisi preeklampsia. Selain proteinuria, gejala lainnya meliputi:
- tekanan darah tinggi,
- bengkak pada kaki,
- sakit kepala,
- mual dan muntah,
- nyeri pada area perut, bahu, dan punggung bagian bawah, serta
- berat badan naik sekitar 3-5 kilogram dalam seminggu.
2. Sindrom HELLP
Pada kasus preeklampsia yang lebih parah, Anda mungkin akan mengalami komplikasi kehamilan bernama HELLP syndrome.
Dilansir dari situs Preeklampsia Foundation, sindrom HELLP merupakan singkatan dari tiga kondisi berikut.
- H (hemolysis), yaitu rusaknya sel darah merah yang berfungsi mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh.
- EL (elevated liver enzymes), yaitu meningkatnya kadar enzim karena adanya gangguan fungsi hati.
- LP (low platelets count), yaitu menurunnya kadar trombosit yang berperan dalam proses pembekuan darah.
Sindrom ini dapat diketahui jika terdapat kelebihan protein urine pada ibu hamil. Namun sayangnya, tidak semua kasus menunjukkan gejala tersebut.
Akibatnya, sindrom HELLP sering kali sulit didiagnosis.
3. Kerusakan pada ginjal
Melansir National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases, kelebihan protein merupakan salah satu pertanda adanya kerusakan pada ginjal, baik berupa penyakit glomerulonefritis ataupun gagal ginjal kronis.
Normalnya, jumlah albumin atau protein urine adalah kurang dari 30 mg/ hari. Namun, pada penderita penyakit ginjal, kadarnya di atas jumlah tersebut.
Melansir dari Mayo Clinic, jika kadarnya 30-300 mg per hari, Anda kemungkinan mengalami penyakit ginjal stadium awal (microalbuminuria).
Sementara jika kadarnya melebihi 300 mg/hari, kondisi kerusakan ginjal Anda mungkin sudah cukup parah (macroalbuminuria).
Kelebihan protein urine ini tidak hanya dapat terjadi pada ibu hamil, melainkan pada siapapun termasuk anak-anak.
4. Diabetes gestasional
Penyebab protein ada di urine pada ibu hamil berikutnya adalah diabetes gestasional, yaitu kelebihan gula darah pada ibu hamil. Kondisi ini biasanya terjadi pada kehamilan trimester kedua.
Diabetes gestasional mungkin dialami meskipun sebelumnya Anda tidak memiliki riwayat penyakit diabetes.
Kondisi ini biasanya terjadi jika Anda tidak mengontrol konsumsi gula saat hamil.
Biasanya, kadar gula darah akan kembali normal setelah melahirkan. Namun, jika pola makan Anda tidak diperbaiki, kondisi ini akan selalu kambuh setiap kali hamil.
5. Infeksi saluran kencing
Selain masalah pada ginjal, kelebihan protein urine mungkin saja disebabkan oleh adanya infeksi pada saluran kencing pada ibu hamil.
Menurut American Family Physician (AAFP), ibu hamil berisiko tinggi mengalami infeksi saluran kemih, terutama jika perut semakin besar. Ini biasanya terjadi karena ibu hamil sering menahan kencing.
Saat perut menekan kandung kemih, Anda akan lebih sering buang air kecil. Namun, karena malas atau capek, Anda mungkin memilih untuk menahan kencing daripada bergegas ke toilet.
Jika kebiasaan ini sering dilakukan, dapat menyebabkan infeksi pada saluran kencing.
6. Penyakit autoimun dan kanker
Penyakit lain yang perlu Anda waspadai jika mengalami gejala kelebihan protein urine pada ibu hamil adalah penyakit autoimun.
Pada penderita penyakit autoimun, antibodi yang terdapat pada tubuhnya menyerang dirinya sendiri, termasuk glomerulus.
Glomerulus adalah bagian ginjal yang berfungsi untuk menyaring zat sisa dan membuang cairan berlebih dari tubuh.
Akibatnya, ada kelebihan protein yang dibuang melalui urine.
7. Kanker
Melansir studi yang diterbitkan oleh American Journal of Epidemiology, pada kasus kelebihan protein yang parah, bisa jadi itu merupakan gejala penyakit kanker.
Beberapa jenis kanker yang ditandai oleh gejala tersebut antara lain:
- kanker ginjal atau karsinoma sel renal,
- kanker paru-paru,
- kanker payudara,
- kanker usus besar atau kanker kolorektal,
- limfoma non-Hodgkin, serta
- multiple myeloma, yaitu kanker yang menyerang sel plasma pada sumsum tulang.
8. Dehidrasi
Meskipun kelebihan protein urine pada ibu hamil mungkin disebabkan oleh berbagai penyakit, bisa saja kondisi tersebut terjadi karena masalah sementara seperti kekurangan cairan.
Kekurangan cairan atau dehidrasi dapat diatasi dengan memperbanyak minum air putih serta makan buah-buahan yang banyak mengandung air.
Meskipun terkesan sederhana, dehidrasi saat hamil perlu Anda waspadai. Selain membuat tubuh Anda lemas, kondisi ini juga dapat mengganggu pertumbuhan janin.
Bila perlu, dokter mungkin akan memberikan cairan infus untuk segera mengatasi dehidrasi yang Anda alami.
Apa saja gejala protein urine pada ibu hamil?
Melansir dari Cleveland Clinic, kelebihan protein pada urine umumnya ditandai oleh gejala-gejala berikut:
- sering buang air kecil,
- air kencing berbusa atau bergelembung.
- napas pendek,
- kelelahan,
- mual dan muntah,
- bengkak pada wajah, kaki, dan tumit,
- bengkak di sekitar mata terutama pada pagi hari,
- nafsu makan kurang, serta
- kram otot saat malam hari.
Segeralah periksakan diri ke dokter jika Anda mengalami gejala-gejala tersebut.
Bagaimana cara mengobati protein urine pada ibu hamil?
Kelebihan protein urine pada ibu hamil terjadi karena Anda mengalami penyakit tertentu. Oleh karena itu, untuk mengobatinya harus disesuaikan dengan penyebabnya.
Untuk memastikan penyakit yang Anda derita dibutuhkan pemeriksaan lebih lanjut. Ini karena kelebihan protein urine hanya merupakan salah satu gejala.
Dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan lainnya, seperti:
- tes darah rutin,
- pemeriksaan USG, rontgen, atau MRI, serta
- biopsi yaitu dengan memeriksa sampel jaringan tubuh.
Jika sudah berhasil didiagnosis, dokter akan melakukan penanganan dan pemberian obat-obatan sesuai dengan penyakit yang Anda derita.
Kelebihan protein urine dapat terjadi pada siapa saja. Namun, jika ini dialami oleh ibu hamil, penanganannya mungkin akan lebih rumit.
Hal ini karena dokter perlu mempertimbangkan efek samping proses pengobatan terhadap kehamilan.
Apa risiko jika protein urine pada ibu hamil tidak ditangani?
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, kelebihan protein pada urine merupakan pertanda adanya penyakit tertentu, seperti dehidrasi, preeklampsia, hingga penyakit pada ginjal.
Jika tidak segera diobati, penyakit yang Anda derita dapat semakin parah.
Kondisi tersebut tidak hanya membahayakan nyawa Anda, tetapi juga dapat menyebabkan komplikasi kehamilan seperti:
- kelahiran prematur,
- janin gagal berkembang (IUGR),
- bayi kekurangan nutrisi,
- bayi lahir cacat,
- berat badan lahir rendah (BBLR),
- keguguran, dan
- bayi lahir mati (stillbirth).
Jadi, pastikan ibu hamil selalu menyampaikan keluhan apa pun ke dokter kandungan, ya!
[embed-health-tool-pregnancy-weight-gain]