Kemoterapi jarang digunakan untuk mengobati kanker indung telur tipe tumor stroma. Akan tetapi bila kemoterapi dilakukan, obat yang digunakan adalah obat PEB (cisplatin, etoposide, dan bleomycin).
Efek samping lainnya yang dapat terjadi akibat kemoterapi untuk kanker ovarium adalah tubuh mudah memar dan mengalami perdarahan, kelelahan ekstrem, dan mudahnya terkena infeksi.
3. Radiasi

Selain menggunakan obat kemoterapi, pasien juga bisa menjalani radioterapi sebagai pengobatan kanker ovarium. Terapi kanker ovarium ini menggunakan sinar-X energi tinggi untuk membunuh sel kanker yang prosedurnya seperti ketika Anda menjalani rontgen biasa.
Meski jarang direkomendasikan, radioterapi berguna untuk membunuh sel-sel kanker ovarium yang telah menyebar, contohnya di otak atau sumsum tulang belakang. Radioterapi sinar eksternal merupakan jenis paling yang paling dipilih dan dilakukan sebanyak 5 kali per minggu selama beberapa minggu.
Sementara, jenis radioterapi yang jarang dilakukan yakni brachytherapy (menempatkan perangkat radioaktif ke dalam tubuh dekat sel kanker). Efek samping yang umum terjadi dari pengobatan kanker ovarium ini adalah kulit terbakar dan mengelupas, diare, mual, muntah, dan iritasi pada vagina.
4. Terapi hormon

Pengobatan kanker ovarium selain kanker dengan obat tidak hanya dengan kemoterapi. Ada pengobatan lain, seperti terapi hormon. Pada terapi ini, dokter menggunakan obat penghambat hormon untuk melawan kanker.
Cara mengobati kanker ovarium ini jarang digunakan pada tumor epitel, tapi sering digunakan untuk mengobati tumor stroma. Beberapa jenis obat yang digunakan dalam terapi hormon, antara lain:
Luteinizing-hormone-releasing hormone (LHRH) agonists
Obat LHRH atau disebut dengan GnRH dapat menurunkan kadar estrogen dengan menghambat produksi hormon tersebut di ovarium.
Contoh obat golongan ini adalah goserelin dan leuprolide, yang disuntikkan setiap 1 hingga 3 bulan. Efek samping dari obat kanker ovarium adalah vagina kering dan peningkatan risiko osteoporosis.
Tamoxifen
Tamoxifen biasanya digunakan untuk mengobati kanker payudara, tapi obat ini juga bisa mengobati tumor stoma dan tumor epitel stadium lanjut. Obat ini bekerja sebagai anti-estrogen sehingga dapat menekan pertumbuhan sel kanker.
Efek samping dari penggunaan obat dalam terapi hormon ini adalah hot flashes, kekeringan pada vagina, dan meningkatkan risiko pembekuan darah serius di kaki.
Aromatase inhibitors
Inhibitor aromatase adalah obat kanker ovarium yang bekerja untuk menurunkan kadar estrogen pada wanita setelah menopause. Biasanya, obat digunakan untuk mengobati tumor stroma yang kembali kambuh.
Contoh obat golongan ini adalah letrozole (Femara®), anastrozole (Arimidex®), dan exemestane (Aromasin®) yang diminum satu kali sehari. Efek samping dari obat ini adalah hot flashes, nyeri sendi dan otot serta penipisan tulang sehingga membuat tulang mudah rapuh.
5. Terapi target

Cara mengobati kanker ovarium selanjutnya adalah terapi target. Obat-obat yang digunakan dalam perawatan ini bekerja dengan menyerang sel-sel kanker dengan merusak DNA sel.
Meskipun penyebab kanker ovarium tidak diketahui secara pasti, penyebab kanker pada umumnya adalah mutasi DNA dalam sel. Dengan merusak sistem DNA sel kanker, sel tersebut akan mati. Beberapa jenis obat dalam terapi target yang umumnya digunakan untuk mengobati kanker ovarium adalah:
Bevacizumab (Avastin)
Bevacizumab terbukti untuk menyusut dan memperlambat pertumbuhan kanker ovarium jenis tumor epitel. Obat ini bekerja dengan baik bila dikombinasikan dengan kemoterapi.
Pemberian bevacizumab juga bisa diresepkan bersamaan dengan olaparib pada wanita yang memiliki mutasi gen BRCA. Gen ini adalah gen yang diwariskan oleh keluarga yang dapat meningkatkan risiko kanker ovarium, kanker payudara, dan kanker usus besar. Obat diberikan melalui infus setiap 2 hingga 3 minggu sekali.
Efek samping dari obat kanker ovarium ini adalah meningkatkan tekanan darah, menurunkan jumlah sel darah putih, menyebabkan sariawan, sakit kepala. dan diare.
Inhibitor PARP
Inhibitor PARP merupakan gabungan dari obat Olaparib (Lynparza), rucaparib (Rubraca), dan niraparib (Zejula). Pada wanita dengan mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, jalur enzim PARP akan terblokir oleh gen tersebut. Enzim PARP sendiri adalah enzim yang terlibat dalam perbaikan DNA yang rusak di dalam sel.
Oleh karena itu, inhibitor PARP bekerja untuk mencegah gen BRCA menghambat jalur enzim PARP untuk memperbaiki sel yang rusak. Pada pasien kanker ovarium stadium lanjut, baik memiliki gen BRCA atau tidak, dokter biasanya memberikan olaparib dan rucaparib. Obat ini diminum satu kali setiap hari.
Untuk obat niraparib, biasanya digunakan ketika kanker ovarium telah menyusut setelah mengikuti kemoterapi dengan obat cisplatin atau carboplatin.
Gaya hidup sehat untuk mendukung pengobatan kanker ovarium

Pengobatan kanker ovarium sangat beragam. Dokter akan membantu Anda menentukan perawatan mana yang paling tepat sesuai dengan kondisi tubuh dan stadium kanker yang dimiliki. Jika gejala kanker ovarium masih saja muncul dan Anda tidak merasa lebih baik menjalani pengobatan, konsultasikan hal ini dengan dokter yang menangani kondisi Anda.
Namun, perlu diingatkan kembali bahwa pengobatan kanker bukan perawatan tunggal. Pasien diwajibkan juga untuk mengubah gaya hidup yang sesuai untuk pasien kanker Dengan begitu, pengobatan yang dilakukan akan jadi lebih efektif.
Perubahan gaya hidup ini meliputi penerapan diet kanker ovarium diikuti dengan menghindari berbagai pilihan makanan yang berpotensi meningkatkan risiko kanker, olahraga rutin, dan istirahat yang cukup. Pasien juga harus menjalani pengobatan sesuai rekomendasi dokter dan dilakukan secara rutin hingga sel kanker benar-benar hilang sepenuhnya dari dalam tubuh.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar