Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic
Pengertian penyakit kanker kolorektal menurut Kemenkes RI dalam Panduan Penatalaksanaan Kanker Kolorektal adalah kanker yang berasal dari usus besar (kolon/colon) dan rektum. Maksudnya, kanker bisa berawal dari usus besar saja atau menyebar hingga ke rektum, maupun sebaliknya.
Berdasarkan pengertian tersebut, jenis kanker ini sering disebut kanker usus besar (kolon) atau kanker rektum, tergantung bagian mana sel-selnya yang mengalami fungsi abnormal.
Kolon sendiri merupakan bagian terpanjang dari usus besar, yang berfungsi untuk menyerap cairan dan memproses limbah tubuh berupa feses. Sementara, rektum adalah bagian kecil paling akhir dari usus besar sebelum anus, bertugas sebagai tempat penyimpanan feses sementara.
Kanker kolorektal memiliki beberapa jenis, meliputi:
Kanker kolorektal (usus besar dan rektum) adalah penyakit yang bisa menyerang usia muda dan tua, meskipun lebih sering terdeteksi pada orang yang berusia 50 tahun ke atas.
Menurut Kemenkes RI, data Riskesdas menunjukkan prevalensi kanker di Indonesia tahun 2018 menjadi 1,79 per 1000 penduduk, dengan kanker kolorektal sebagai jenis kanker terbanyak keenam, dikutip dari Globocan tahun 2018.
Pada tahun tersebut juga tercatat 15.245 dan 14.112 kasus baru dari kanker usus besar dan kanker rektum. Dengan angka kematian kanker usus besar mencapai 9.207 jiwa dan kanker rektum sebesar 6.827 jiwa.
Pada tahap awal pertumbuhan kanker, orang yang memiliki kanker kolorektal biasanya tidak merasakan gejala apa pun. Gejala umumnya akan muncul ketika kanker sudah naik ke tahap lanjut.
Karena kanker ini bisa menyerang usus besar maupun rektum, sehingga memungkinkan seseorang merasakan gejala yang berbeda.
Gejala kanker kolorektal yang menyerang usus besar (kolon) dan rektum adalah:
Tingkat keparahan gejala kanker juga berbeda-beda, tergantung seberapa luas sel kanker menyebar. Gejala parah mungkin dirasakan pada orang yang bagian kolon dan rektumnya telah terserang kanker.
Gejala kanker kolorektal memang hampir serupa dengan masalah kesehatan yang menyerang sistem pencernaan. Guna membedakannya, Anda bisa mengamati berapa lama gejala tersebut muncul.
Jika sudah lebih dari 2 minggu, segera lakukan pemeriksaan ke dokter. Terutama gejala BAB berdarah. Pasalnya, gejala kanker tidak akan membaik dengan sendirinya atau dengan pengobatan rumahan.
Penyebab kanker kolorektal (usus besar/kolon dan atau rektum) tidak diketahui secara pasti. Namun secara umum, pertumbuhan kanker dimulai ketika sel-sel sehat di dalam usus mengalami perubahan mutasi dalam DNA.
Mutasi tersebut membuat sel yang seharusnya membelah secara teratur menjadi abnormal. Sel ini tidak mati, sekalipun sel tidak dibutuhkan. Seiring waktu, akan terjadi penumpukan yang membentuk tumor.
Kanker kolorektal juga bisa terbentuk dari polip (pertumbuhan abnormal) pada lapisan kolon atau rektum. Beberapa polip selama bertahun-tahun dapat berubah menjadi kanker, paling sering jenis polip adenomatosa, polip hiperplastik, dan polip inflamasi yang berukuran lebih dari 1 cm.
Polip yang berubah menjadi kanker kolorektal dapat menyebar (metastatis) dari lapisan paling dalam (mukosa), tumbuh keluar, dan akhirnya menyerang semua lapisan. Bila sel kanker berada di dinding usus, kanker dapat merembet ke pembuluh darah dan pembuluh getah bening.
Meski penyebab kanker yang menyerang kolon dan atau rektum ini tidak diketahui secara pasti, beberapa faktor dapat meningkatkan risiko penyakit ini, di antaranya:
Jenis kanker ini bisa terjadi pada usia berapa pun, tapi cenderung lebih sering terjadi pada orang yang berusia 50 tahun ke atas.
Orang yang memiliki anggota keluarga dengan penyakit kanker usus maupun polip usus, berisiko mengembangkan penyakit serupa.
Memiliki masalah kesehatan yang menyebabkan peradangan di usus, seperti penyakit Crohn dan kolitis ulserativa meningkatkan risiko berkembangnya kanker.
Sindrom Lynch atau poliposis adenomatosa familial (FAP) dapat menyebabkan masalah mutasi gen yang bisa memicu kanker.
Diet yang fokus pada daging merah dan olahan namun sedikit sayur atau buah ini bisa meningkatkan risiko kanker pada usus.
Berat badan berlebihan dan masalah pada insulin di dalam tubuh bisa meningkatkan risiko kanker kolon.
Malas gerak, merokok, dan banyak minum alkohol bisa memicu kerja sel-sel tubuh tidak teratur, sehingga meningkatkan risiko kanker.
Komplikasi dapat terjadi pada semua penyakit, termasuk kanker kolorektal. Kondisi ini mungkin bisa terjadi akibat penderita kanker usus besar maupun rektum tidak mengikuti pengobatan dengan rutin atau masih melanggar pantangan.
Komplikasi kanker kolorektal yang mungkin terjadi, meliputi:
Informasi yang diberikan bukanlah pengganti nasihat medis. SELALU konsultasikan pada dokter Anda.
Bila Anda merasakan gejala yang dicurigai sebagai tanda, dokter akan merekomendasikan beberapa tes kesehatan untuk memantapkan diagnosis kanker pada usus besar atau rektum, meliputi:
Kolonoskopi merupakan tes untuk kanker di usus dengan menggunakan tabung panjang fleksibel yang dilengkapi kamera kecil. Nantinya, kamera tersebut akan mengirimkan gambar dan memperlihatkan kondisi usus.
Dari tes ini, dokter akan mengetahui letak dan kondisi tumor kanker pada usus. Kemudian, alat bedah akan dimasukkan untuk mengambil jaringan (biopsi) untuk memastikan apakah tumor tersebut adalah kanker atau bukan.
Pada tes darah, dokter akan mengamati adanya bahan kimia yang diproduksi tubuh ketika kanker usus besar terjadi, yakni CEA (antigen carcinoembryonic). Jika bahan kimia ini ada dalam tubuh, ini bisa membantu dokter menegakkan diagnosis.
Kanker usus besar harus diatasi segera agar tidak menimbulkan komplikasi yang mengancam jiwa. Beberapa pengobatan kanker yang biasanya direkomendasikan dokter, antara lain:
Polip (benjolan) yang berukuran sangat kecil bisa diangkat sekaligus ketika kolonoskopi dilakukan. Prosedur ini disebut juga dengan polipektomi.
Ketika polip berukuran lebih besar, maka dokter akan menggunakan alat khusus yang disebut reseksi mukosa endoskopi. Prosedur ini juga bisa dilakukan ketika kolonoskopi sedang berlangsung.
Bila tidak dapat diangkat dengan kedua operasi di atas, dokter akan beralih ke pembedahan invasif minimal (pembedahan laparoskopi). Pada prosedur ini, dokter membuat sayatan kecil di dinding perut dan memasukkan alat khusus untuk mengangkat kanker.
Jika ukuran kanker usus besar jauh lebih besar, kolektomi parsial akan dilakukan. Selama prosedur ini, dokter bedah mengangkat bagian usus besar Anda yang mengandung kanker, bersama dengan jaringan normal di kedua sisi kanker.
Dokter akan menyambung kembali bagian sehat pada usus besar atau bagian yang lain. Jika prosedur ini tidak memungkinkan, ostomi akan dilakukan.
Prosedur ini dilakukan dengan membuat lubang di dinding perut dari bagian usus besar yang tersisa untuk menciptakan jalur bagi kotoran ke anus. Perawatan ini biasanya bersifat sementara.
Selain operasi kanker usus besar, untuk mematikan sel kanker agar tidak kembali berkembang, terapi biasanya dijadikan perawatan lanjutan. Berbagai terapi untuk pengobatan kanker kolorektal, meliputi:
Penyakit kanker dapat disembuhkan, tapi juga bisa kembali kambuh. Oleh karena itu, selama atau setelah pengobatan, gaya hidup panderita kanker kolorektal yang sehat tetap harus diterapkan, seperti:
Tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker. Akan tetapi, Anda tetap bisa mencegah kanker kolorektal dengan menurunkan risikonya lewat cara berikut ini:
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar