backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Kematian Akibat Resistensi Antibiotik Terus Bertambah, Apa Sebabnya?

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    Kematian Akibat Resistensi Antibiotik Terus Bertambah, Apa Sebabnya?

    Resistansi antibiotik saat ini menjadi salah satu penyebab kematian di seluruh dunia. Bahkan, para ahli kesehatan termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) setuju bahwa jika tidak ada pencegahan yang tepat untuk kematian akibat resistansi obat. Kematian terkait resistansi antibiotik (antimicrobial resistance–AMR) diperkirakan dapat mencapai sejuta kematian secara global setiap tahun pada tahun 2050.

    Data global kematian terkait resistansi obat

    tetracycline

    Lebih dari 1,2 juta orang meninggal di seluruh dunia pada tahun 2019 akibat infeksi yang disebabkan oleh bakteri yang resistan terhadap antibiotik. Hal ini tercatat dalam studi terbesar tentang kematian resistensi obat dalam jurnal the Lancet.

    Penelitian ini melakukan analisis di 204 negara. Riset ini dilaksanakan oleh tim peneliti internasional yang dipimpin University of Washington, AS.

    Penelitian tersebut menghitung setidaknya ada lima juta kematian karena penyakit yang terkait dengan kondisi AMR. Penelitian ini juga menyebut, setidaknya ada 1,2 juta kematian yang disebabkan secara langsung oleh AMR.

    Pada tahun yang sama, AIDS diperkirakan menyebabkan 860.000 kematian dan malaria menyebabkan 640.000 kematian secara global. Artinya, angka kematian resistensi antibiotik melebihi jumlah kematian tahunan akibat malaria atau AIDS.

    Hal ini menjadi kekhawatiran di tengah masa pandemi COVID-19 yang belum usai.

    Meski negara-negara miskin terkena dampak terburuk, tetapi resistansi antimikroba mengancam kesehatan semua orang, tulis penelitian tersebut.

    Data menunjukkan kasus kematian resistansi obat tertinggi terjadi di Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan. Setidaknya ada 24 kasus kematian terkait AMR di setiap 100.000 kematian. Kasus terendah terjadi di negara-negara berpenghasilan tinggi dengan 13 kasus kematian di setiap 100.000 kematian.

    Berdasarkan data pasien dari rumah sakit, penelitian dari Lancet mengatakan anak-anak paling berisiko mengalami AMR. Penelitian tersebut menyebut ada sekitar satu dari lima kematian terkait AMR terjadi pada balita.

    Hasil tes laboratorium AMR

    fakta seputar antibiotik

    Sebagian besar kematian akibat AMR disebabkan oleh infeksi saluran pernapasan bawah, seperti pneumonia dan infeksi aliran darah yang dapat menyebabkan terjadinya sepsis.

    Berdasarkan laporan yang dirilis oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) kondisi saat ini, AMR dapat ditemui hampir di seluruh jenis mikroba patogen seperti bakteri, virus, dan jamur. 

    Salah satu contohnya adalah MRSA (Methicillin-resistant Staphylococcus aureus), Mycobacterium tuberculosis, bakteri Escherichia coli (E. Coli), dan HIV yang menunjukkan tingkat resistansi obat yang tinggi.

    Akibat resistansi ini, hampir semua obat antiretroviral (ARV) termasuk kelas yang lebih baru berisiko sebagian atau seluruhnya tidak efektif karena munculnya HIV yang resistan terhadap obat (HIVDR). 

    Kematian resistensi antibiotik harus jadi perhatian

    Obat antibiotik intravena untuk meningitis

    Munculnya patogen dan penyebaran patogen yang resistan terhadap obat terus mengancam kemampuan manusia untuk mengobati infeksi umum. 

    Hal yang sangat mengkhawatirkan adalah penyebaran global yang cepat dari bakteri “superbug“. Penyebab infeksi yang tidak dapat diobati dengan obat antimikroba yang ada, seperti antibiotik.

    Pada tahun 2019 WHO tengah mengidentifikasi 32 antibiotik yang dalam pengembangan klinis untuk mengatasi patogen prioritas WHO. Namun, hanya enam yang diklasifikasikan sebagai inovatif. 

    Selain itu, kurangnya akses ke antimikroba berkualitas tetap menjadi masalah utama. Kekurangan antibiotik memengaruhi pembangunan perekonomian negara di dunia. Terlebih pada sistem perawatan kesehatan.

    Dampak AMR bagi perekonomian sangat signifikan. Selain kematian dan kecacatan, penyakit yang berkepanjangan dapat mengakibatkan masa rawat inap yang lebih lama. 

    Antibiotik kemudian menjadi semakin tidak efektif, karena resistansi obat menyebar secara global yang menyebabkan pengobatan infeksi lebih sulit dilakuhan hingga mengakibatkan bahkan kematian. Oleh karena itu jenis antibiotik baru sangat dibutuhkan.

    Namun, jika masyarakat tidak mengubah cara penggunaan antibiotik. Antibiotik baru akan mengalami nasib yang sama seperti antibiotik yang sekarang, tidak lagi efektif.

    Tanpa antimikroba yang efektif, keberhasilan pengobatan modern dalam mengobati infeksi, termasuk operasi besar dan kemoterapi kanker, akan berisiko tinggi gagal.

    Cara terhindar dari resistansi antibiotik

    antibiotik untuk flu

    Dr. Anis Karuniawati, Ph.D., SpMK(K), Sekretaris Komite Pengendalian Resistansi Antimikroba (KPRA), mengatakan bahwa kunci utama agar terhindar dari resistensi antibiotik adalah dengan mencegah infeksinya itu sendiri. Hal ini bisa dilakukan dengan cara berikut.

    • Menjaga kesehatan dengan memenuhi asupan nutrisi agar daya tahan tubuh kuat sehingga tidak mudah sakit.
    • Siapkan makanan Anda secara higienis.
    • Rajin cuci tangan sampai bersih, terutama setelah bersin atau batuk serta sebelum makan dan menyetuh hal lainnya.
    • Memerhatikan ventilasi di rumah agar sinar matahari bisa masuk ke dalam rumah dan sirkulasi udara lancar.
    • Melakukan vaksinasi sesuai yang dianjurkan dokter untuk mencegah penyakit tertentu.

    Anis juga menambahkan bahwa setiap orang harus mengetahui aturan minum obat antibiotik yang benar. Berikut beberapa aturan minum antibiotik yang harus diperhatikan.

  • Minum antibiotik sesuai dengan anjuran dokter.
  • Beli jumlah antibiotik sesuai yang diresepkan dokter.
  • Selalu menghabiskan antibiotik yang diberikan dokter, bahkan jika kondisi Anda sudah membaik.
  • Minum obat dengan dosis yang tepat dan pada waktu yang tepat.
    • Jangan pernah mengulang resep obat antibiotik atau minum antibiotik terlalu sering.
    • Jangan pernah minum antibiotik yang diresepkan untuk orang lain atau memberikan antibiotik yang Anda miliki ke orang lain, karena kebutuhannya mungkin saja tidak sama.
    • Selalu beri tahu dokter jika Anda mengonsumsi obat lain, suplemen, dan herbal.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Ilham Fariq Maulana · Tanggal diperbarui 07/09/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan