Suka makan daging mentah atau setengah matang? Hati-hati, ini bisa menjadi salah satu penyebab infeksi Escherichia coli alias E. coli.
Sebagian besar kasus infeksi bakteri tersebut memang bisa membaik dengan sendirinya. Akan tetapi, tidak sedikit pula yang butuh perawatan lanjutan. Supaya Anda bisa lebih berhati-hati, simak informasi berikut.
Apa itu infeksi bakteri E. coli?
Infeksi bakteri E. coli adalah infeksi yang terjadi saat seseorang mengonsumsi air atau makanan yang telah terkontaminasi, khususnya sayuran mentah dan daging yang tidak matang.
E. coli sebenarnya termasuk bakteri yang secara alami sudah ada di dalam usus manusia dan hewan. Keberadaan bakteri ini pun umumnya tidak berbahaya.
Namun, memang ada beberapa jenis E. coli yang bisa menghasilkan racun sehingga menyebabkan infeksi dan menimbulkan diare, sakit perut, hingga demam.
Salah satu jenis bakteri E. coli yang bisa menyebabkan infeksi adalah E. coli O157:H7. Pada orang yang sehat, gejala infeksi melalui makanan ini akan mereda dengan sendirinya dalam seminggu.
Akan tetapi, lansia, anak-anak, ibu hamil dan orang dengan sistem imun yang lemah cenderung membutuhkan waktu penyembuhan yang lebih lama.
Mereka juga berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi akibat infeksi bakteri E. coli, yaitu sindrom hemolitik uremik.
Kabar baiknya, sebagian besar infeksi bakteri E. coli dapat ditangani dengan perawatan rumahan.
Penyakit yang bisa ditimbulkan bakteri E. coli
Pada beberapa kasus, infeksi
E. coli mungkin menyebabkan berbagai penyakit berikut.
Tanda dan gejala infeksi E. coli
Gejala infeksi E. coli biasanya muncul sekitar 3–4 hari setelah paparan bakteri dan setiap orang bisa merasakan gejala yang berbeda. Secara umum, berikut adalah beberapa di antaranya.
- Diare yang mendadak, parah, dan berair atau berdarah.
- Kram atau nyeri perut.
- Mual dan muntah.
- Penurunan nafsu makan.
- Kelelahan.
- Demam.
Karena setiap orang bisa merasakan gejala yang berbeda, konsultasikan dengan dokter jika Anda merasa tidak nyaman usai makan atau minum.
Kapan saya harus periksa ke dokter?
Anda harus segera menghubungi dokter jika mengalami kondisi berikut.
- Diare yang tidak kunjung membaik setelah empat hari (dua hari untuk anak-anak dan bayi).
- Sakit perut tidak berkurang setelah buang air besar.
- Nanah atau darah pada tinja (disentri).
- Urine berdarah.
- Muntah selama lebih dari 12 jam.
- Gejala dehidrasi, seperti menurunnya jumlah urine dan mudah haus.
Apa penyebab infeksi bakteri E. coli?
Bakteri Eschericia coli yang bisa menyebabkan infeksi disebut sebagai kelompok shiga-toxin-producing E. coli (STEC).
Artinya, bakteri ini bisa mengeluarkan racun bernama Shiga yang dapat merusak lapisan usus halus dan menyebabkan diare.
Salah satu jenis E. coli yang termasuk dalam kelompok STEC adalah E. coli O157:H7. Ada pula jenis STEC non-O157 yang menimbulkan gejala lebih ringan dibandingkan O157:H7.
Seperti patogen pada umumnya yang ditularkan melalui makanan, bakteri E. coli akan masuk ke dalam tubuh manusia dan menyebabkan infeksi dengan cara berikut.
1. Makanan yang terkontaminasi
Penyebab paling umum dari infeksi E. coli adalah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi melalui berbagai cara berikut.
- Tidak cuci tangan sebelum mempersiapkan atau mengonsumsi makanan.
- Menggunakan peralatan, talenan, atau piring yang tidak bersih.
- Mengonsumsi makanan yang terkontaminasi akibat kondisi penyimpanan yang tidak memadai.
- Mengonsumsi makanan yang belum matang.
- Minum susu yang tidak dipasteurisasi.
- Mengonsumsi produk makanan laut mentah atau produk lainnya yang belum dicuci dengan bersih.
- Proses pengolahan makanan yang tidak higienis.
2. Air yang terkontaminasi
Kotoran manusia atau hewan yang mengandung E. coli dapat mencemari air tanah dan permukaan. Jika air ini digunakan, Anda akan berisiko terinfeksi.
Penggunaan sumur pribadi yang tidak disertai disinfektan juga menjadi salah satu penyebab infeksi E. coli. Penularan melalui air juga bisa terjadi saat Anda berenang di air yang terkontaminasi.
3. Penyebaran dari orang ke orang
Infeksi Escherichia coli memang tidak bisa ditularkan melalui perantara udara. Akan tetapi, infeksi ini tetap punya peluang untuk menular antarmanusia.
Kasus yang paling umum terjadi adalah ketika Anda tidak mencuci tangan dengan bersih setelah mengganti popok atau membersihkan kotoran hewan.
Anda bisa menularkan infeksi ke orang lain dengan menyentuh tangan mereka. Bakteri E. coli bisa masuk ke dalam tubuh mereka jika mereka makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu.
3. Kontaminasi dari hewan
Orang-orang yang melakukan kontak langsung dengan hewan, terutama sapi, kambing, dan domba, berisiko lebih tinggi terinfeksi bakteri E. coli.
Oleh karena itu, biasakanlah mencuci tangan dengan bersih sebelum dan setelah melakukan kontak langsung dengan hewan.
Faktor risiko infeksi Escherichia coli
Risiko seseorang untuk mengalami infeksi Escherichia coli akan meningkat jika mereka memiliki kondisi berikut.
- Berusia lanjut atau masih anak-anak.
- Punya sistem imun lemah, misalnya pada seseorang yang mengidap HIV/AIDS atau menjalani pengobatan kanker.
- Suka mengonsumsi makanan tertentu, seperti daging mentah dan susu non-pasteurisasi.
- Mengonsumsi obat penurun asam lambung, seperti esomeprazole, pantoprazole, lansoprazole, dan omeprazole.
Faktor lingkungan mungkin juga berpengaruh, contohnya infeksi E. coli cenderung terjadi selama musim panas dibandingkan musim penghujan.
Pengobatan infeksi bakteri E. coli
Karena infeksi E. coli punya gejala yang menyerupai kondisi medis lainnya, dokter biasanya perlu melakukan pemeriksaan feses untuk menegakkan diagnosis.
Obat antidiare atau antibiotik mungkin diresepkan jika pasien mengalami diare yang cukup parah.
Namun, antibiotik dan antidiare tidak disarankan untuk pasien yang diduga terinfeksi E. coli jenis STEC.
Centers for Disease Control and Prevention menyebutkan bahwa antibiotik justru bisa meningkatkan produksi racun Shiga sehingga gejala infeksi semakin memburuk.
Jika kondisi pasien cukup baik, dokter tidak memberikan pengobatan khusus. Akan tetapi, pasien tetap disarankan untuk tetap beristirahat yang cukup dan meningkatkan asupan cairan demi mencegah dehidrasi.
Apabila gejala Anda tidak kunjung membaik setelah mengonsumsi antibiotik selama tiga hari, segeralah mengunjungi dokter kembali.
Pasalnya, Anda mungkin memiliki bakteri yang kebal terhadap antibiotik sehingga perlu mengonsumsi obat lainnya.
Pencegahan infeksi bakteri E. coli
Cara terbaik dan paling mudah untuk meminimalkan risiko infeksi bakteri E. coli adalah menerapkan pola hidup bersih. Berikut adalah beberapa metode sederhana yang bisa segera Anda lakukan.
- Pastikan kebersihan bahan makanan Anda. Cucilah buah dan sayur sebelum dikonsumsi.
- Cuci tangan sebelum dan setelah makan, setelah ke toilet, usai mengganti popok, dan sehabis berkontak dengan hewan.
- Pisahkan tempat penyimpanan bahan makan dan makanan yang sudah makan.
- Hindari mengonsumsi susu dan produk olahannya yang belum dipasteurisasi.
- Jangan memasak dan menyiapkan makanan saat diare.
- Selalu minum air matang.
- Masak daging sampai matang.
- Jaga kebersihan peralatan masak dan makan.
Tak perlu menunggu punya riwayat infeksi atau memiliki risiko untuk menerapkan berbagai cara di atas. Semakin cepat Anda menerapkannya, semakin kecil pula risiko Anda untuk terkena penyakit infeksi.
Kesimpulan
- Infeksi bakteri E. coli adalah penyakit yang biasanya disebabkan oleh makanan mentah atau kebiasaan buruk, seperti tidak cuci tangan setelah dari kamar mandi.
- Gejala utama infeksi Escherichia coli adalah diare yang mungkin disertai dengan nyeri perut, mual, penurunan nafsu makan, sampai demam.
- Kondisi ini umumnya tidak membutuhkan pengobatan khusus karena bisa membaik dengan sendirinya setelah satu minggu. Jika dibutuhkan, dokter akan meresepkan antibiotik atau antidiare.