Salah satu jenis penyakit gusi dan mulut yang cukup umum terjadi ialah gingivitis. Gejala dari penyakit ini jarang disadari pengidapnya sehingga bisa terlambat diobati.
Salah satu jenis penyakit gusi dan mulut yang cukup umum terjadi ialah gingivitis. Gejala dari penyakit ini jarang disadari pengidapnya sehingga bisa terlambat diobati.
Simak penyebab, gejala, dan cara mengatasi gingivitis pada pembahasan berikut ini.
Gingivitis adalah penyakit gusi akibat infeksi bakteri yang menyebabkan gusi bengkak, merah, dan meradang. Gangguan mulut ini juga sering disebut radang gusi.
Penyebab penyakit radang gusi pada sebagian besar orang adalah kebersihan mulut yang buruk.
Orang yang jarang sikat gigi, sering mengonsumsi makanan yang manis dan asam, dan tidak rutin periksa gigi ke dokter merupakan yang paling berisiko mengalami gingivitis.
Radang gusi kronis jarang disadari oleh pengidapnya karena gejalanya tidak begitu jelas. Akan tetapi, kondisi ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut tanpa pengobatan.
Jika tidak segera diobati, gingivitis bisa menyebabkan periodontitis, yakni infeksi gusi yang lebih serius dengan komplikasi yang lebih parah.
Penyakit ini bahkan dapat merusak jaringan tulang penyokong gigi. Lama-kelamaan, periodontitis bisa meningkatkan risiko gigi mudah tanggal hingga penyakit jantung.
Peradangan pada gusi umumnya tidak langsung menyebabkan rasa sakit. Akibatnya, sebagian besar orang tidak sadar bahwa dirinya mengalami kondisi ini.
Meski begitu, ada beberapa gejala penyakit gusi yang bisa Anda waspadai, antara lain:
Kemungkinan ada gejala yang tidak disebutkan di atas. Jika Anda memiliki kekhawatiran akan gejala tertentu, sebaiknya periksa dengan dokter gigi secara langsung.
Pasalnya, hanya dokter gigi yang dapat mengenali dan menentukan seberapa parah penyakit gusi yang Anda alami.
Penyebab umum dari gingivitis ialah kebersihan mulut yang buruk. Hal ini menyebabkan penumpukan plak gigi, yakni lapisan tipis yang terbentuk dari bakteri dan sisa-sisa makanan pada gigi.
Jika dibiarkan dalam waktu lama, plak bisa mengeras dan membentuk karang gigi. Nah, karang gigi inilah yang bisa menyebabkan peradangan pada gusi Anda.
Plak dan karang gigi yang tidak segera dibersihkan bisa menyebabkan radang gusi kronis. Keduanya juga bisa menyebabkan gigi berlubang atau karies.
Jika karang gigi sudah begitu parah, risiko Anda untuk mengalami kerusakan gigi hingga periodontitis tentu lebih tinggi.
Berikut ini merupakan beragam faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda untuk terkena gingivitis.
Kasus radang gusi kronis umumnya disebabkan oleh faktor genetik. Jika orang tua dan saudara kandung Anda mengalami radang gusi, Anda berisiko mengalaminya juga.
Apabila Anda jarang menyikat gigi, memakai benang gigi (flossing), menggunakan obat kumur, dan mengunjungi dokter gigi, risiko terjadinya gingivitis akan jauh lebih tinggi.
Mulut kering dapat memengaruhi kesehatan gusi. Produksi liur yang berkurang akan membuat gusi lebih rentan mengalami peradangan dan pembengkakan.
Tambalan gigi yang rusak bisa meningkatkan risiko infeksi pada gusi dan bagian gigi yang lebih dalam.
Orang yang kekurangan vitamin C lebih mudah mengalami masalah gigi dan mulut, termasuk radang gusi. Vitamin C membantu mengurangi keparahan dan komplikasi gingivitis.
Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengungkapkan bahwa perokok dua kali lebih berisiko mengalami penyakit gusi daripada orang yang tidak merokok.
Perubahan hormon saat hamil, menstruasi, dan menopause bisa meningkatkan sirkulasi darah ke gusi. Ini membuat gusi lebih mudah mengalami peradangan, bengkak, dan perdarahan.
Gingivitis cukup sering menyerang ibu hamil, terutama pada trimester awal kehamilan. Ibu hamil yang mengidap radang gusi lebih berisiko melahirkan bayi dengan berat lahir rendah (BBLR).
Beragam jenis obat-obatan, misalnya pil KB, steroid, antikonvulsan (obat kejang), kemoterapi, obat pengencer darah, dan calcium channel blocker bisa meningkatkan risiko radang gusi.
Orang dengan riwayat kondisi medis tertentu, seperti diabetes, kanker, dan HIV/AIDS berisiko tinggi terkena radang gusi karena sistem kekebalan tubuh yang cenderung lemah.
Gingivitis bisa didiagnosis melalui pemeriksaan gigi. Dokter akan memeriksa gusi untuk melihat ada-tidaknya peradangan sembari menanyakan riwayat kesehatan Anda secara menyeluruh.
Dokter juga akan mengukur kedalaman kantong gusi Anda. Kedalaman kantong gusi idealnya berkisar dari 1-3 milimeter (mm).
Apabila diperlukan, dokter gigi juga dapat melakukan pemeriksaan rontgen gigi untuk melihat apakah terdapat tulang gigi yang retak atau patah.
Pada kasus ringan, dokter mungkin akan meresepkan obat radang gusi untuk mengatasi gejala.
Untuk meredakan rasa sakit gusi yang intens, Anda dapat diresepkan obat pereda nyeri, seperti paracetamol dan ibuprofen.
Dokter juga mungkin meresepkan antibiotik untuk mencegah infeksi makin parah. Penggunaan obat kumur antiseptik juga membantu melawan bakteri penyebab infeksi dalam mulut.
Selain menggunakan metode tersebut, dokter gigi juga bisa menganjurkan beberapa prosedur perawatan gigi untuk menangani gingivitis seperti di bawah ini.
Prosedur scaling gigi bertujuan untuk membersihkan plak dan karang gigi yang menempel pada garis gusi. Dokter akan menggunakan alat khusus bernama ultrasonic scaler.
Scaling idealnya Anda lakukan setiap enam bulan sekali. Akan tetapi, pada orang yang berisiko mengalami gingivitis, pembersihan karang gigi sebaiknya dilakukan lebih sering.
Berbeda dengan scaling, prosedur root planing biasanya dokter gigi lakukan pada pasien yang sudah telanjur mengalami penyakit gusi atau periodontitis.
Prosedur ini akan membantu menghaluskan akar gigi Anda supaya gusi yang terlepas dapat menempel erat kembali ke permukaan gigi.
Dalam kasus serius, operasi flap dapat dokter lakukan untuk mengangkat plak dan karang gigi dari kantong gusi.
Dokter mungkin juga akan melakukan prosedur cangkok tulang dan jaringan bila kerusakan gigi yang Anda alami terlampau parah.
Pencegahan radang gusi bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Berikut ini merupakan beberapa langkah mudah yang bisa Anda praktikkan setiap hari.
Sikatlah gigi Anda setidaknya dua kali sehari dengan teknik menyikat gigi yang tepat. Lakukan gerakan melingkar dari atas ke bawah pada setiap sisi selama 20 detik.
Selain itu, gunakan sikat gigi berbulu lembut dan kepala berujung kecil agar dapat menjangkau bagian mulut terdalam.
Pilih juga pasta gigi yang mengandung fluoride. Kandungan mineral dalam pasta gigi ini efektif untuk memperkuat dan melindungi gigi Anda dari kerusakan.
Membersihkan gigi menggunakan benang alias flossing membantu menghilangkan sisa makanan yang tersangkut pada sela-sela gigi dan bawah garis gusi.
Apabila Anda rutin menyikat gigi dan flossing, kondisi gusi akan tetap sehat dan terhindar dari berbagai masalah gigi dan mulut.
Rokok merupakan faktor risiko terbesar untuk gingivitis dan penyakit gusi. Maka dari itu, mulai dari sekarang Anda harus berusaha untuk berhenti merokok.
Selain mencegah gingivitis atau radang gusi, berhenti merokok juga membantu meningkatkan kesehatan tubuh Anda secara menyeluruh.
Mendapatkan zat gizi yang tepat dari makanan yang dikonsumsi membantu sistem kekebalan tubuh Anda bekerja lebih efektif melawan bakteri penyebab gingivitis.
Konsumsi makanan sehat untuk gigi dan mulut, misalnya sayuran dan buah yang mengandung vitamin C dan E. Kedua vitamin ini membantu memperbaiki jaringan tubuh yang rusak.
Stres juga bisa memengaruhi kesehatan gigi dan mulut Anda. Jika stres melanda, sistem kekebalan tubuh akan lebih sulit melawan bakteri penyebab infeksi.
Berupaya berpikir positif dan menerapkan gaya hidup sehat merupakan cara yang paling efektif untuk mengatasi stres yang Anda alami.
Pemeriksaan gigi secara berkala bisa memudahkan dokter dalam memantau kesehatan gigi dan mulut Anda. Dokter pun bisa langsung melakukan perawatan bisa menemukan adanya masalah.
Anda sebaiknya periksa rutin ke dokter gigi setiap 6–12 bulan sekali. Namun, bila Anda lebih rentan terkena gingivitis, dokter dapat menjadwalkan pemeriksaan lebih sering.
Apabila memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar kondisi ini, konsultasikan dengan dokter untuk memahami solusi terbaik untuk Anda.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar