Dalam dunia medis, kondisi gigi yang berantakan atau tidak sejajar disebut sebagai maloklusi. Tidak hanya mengganggu penampilan, hal ini juga dapat mengganggu aktivitas pengidapnya.
Ditinjau secara medis oleh drg. Farah Nadiya · Gigi · Lumina Aesthetics Clinic
Dalam dunia medis, kondisi gigi yang berantakan atau tidak sejajar disebut sebagai maloklusi. Tidak hanya mengganggu penampilan, hal ini juga dapat mengganggu aktivitas pengidapnya.
Simak penyebab dan cara mengatasinya melalui pembahasan di bawah ini.
Maloklusi adalah suatu kondisi saat susunan tulang rahang dan gigi tidak sejajar atau rata.
Kondisi ini menyebabkan gigi berantakan, entah itu jadi tumpang tindih, bengkok, gigi tonggos (overbite), atau masalah lainnya.
Apabila dibiarkan tanpa perawatan yang tepat, gigi yang tidak sejajar dan berantakan bisa menimbulkan dampak sebagai berikut.
Menurut tingkat keparahannya, maloklusi dapat dibedakan ke dalam beberapa kelas berikut ini.
Maloklusi 1 terjadi saat gigi atas tumpang tindih dengan gigi bawah. Pada maloklusi yang paling banyak terjadi ini, gigitan cenderung normal dan gigi hanya sedikit tumpang tindih.
Maloklusi kelas 2 terjadi saat gigi mengalami overbite, yakni kondisi ketika gigi depan atas lebih maju dibandingkan gigi depan bawah. Kondisi ini juga dikenal sebagai retrognathia.
Maloklusi kelas 3 terjadi saat gigi mengalami underbite, yakni gigi depan bawah lebih maju dibandingkan gigi depan atas. Kondisi ini juga dikenal sebagai prognathism.
Tergantung jenis maloklusi yang Anda alami, gejala dari gangguan ini bisa jadi ringan atau berat. Beberapa di antaranya termasuk:
Sampai saat ini, tidak diketahui pasti apa penyebab maloklusi. Akan tetapi, para ahli menduga bahwa faktor genetik atau keturunan merupakan penyebab utamanya.
Jika salah satu atau kedua orangtua memiliki gigi yang tidak sejajar, Anda berisiko untuk mengalaminya juga.
Kondisi ini juga bisa disebabkan oleh gangguan pada tulang rahang dan gigi, misalnya ukuran rahang yang tidak sama, bentuk rahang yang terlalu kecil, atau gigi yang terlalu besar.
Ketiga kondisi itu dapat menyebabkan gigi tumbuh berantakan atau pola gigitan yang tidak normal.
Tanpa Anda sadari, ada sejumlah kebiasaan yang dapat mengubah bentuk dan struktur rahang.
Beberapa contohnya yaitu memakai dot atau minum pakai botol hingga usia lebih dari tiga tahun, serta kebiasaan mengisap jempol pada bayi dan anak-anak.
Selain itu, ada beberapa faktor lainnya yang berpotensi meningkatkan risiko maloklusi.
Maloklusi umumnya didiagnosis ketika pemeriksaan gigi rutin. Dokter gigi akan menanyakan tentang riwayat kesehatan gigi Anda dan cara Anda merawat gigi.
Beri tahu dokter pula terkait semua obat yang sedang digunakan, mulai dari obat resep atau nonresep, suplemen, hingga obat herbal.
Untuk memperoleh hasil yang mendetail, Anda mungkin disarankan untuk menjalani rontgen gigi. Prosedur ini akan membantu dokter dalam mendiagnosis gigi yang berantakan.
Rontgen gigi dapat memperlihatkan gigi berlubang dan struktur gigi yang tersembunyi. Tidak hanya itu, rontgen juga membantu dokter mengetahui kondisi tulang rahang Anda secara menyeluruh.
Apabila terdeteksi, maloklusi akan dikelompokkan berdasarkan jenis dan tingkat keparahannya.
Dokter gigi selanjutnya dapat memberikan rujukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menetukan perawatan yang tepat. Pemeriksaan ini mungkin melibatkan dokter spesialis ortodonti dan bedah mulut.
Tes pencitraan ini mungkin tidak aman untuk ibu hamil atau wanita yang sedang menjalani program hamil.
Meski kadarnya rendah, paparan radiasi sinar X ditakutkan dapat mengganggu perkembangan janin. Itu sebabnya, beri tahu dokter bila Anda sedang hamil atau berencana hamil.
Beri tahu dokter juga bila Anda memakai gigi palsu atau memiliki tambalan berbahan amalgam. Hal ini karena logam dapat menghambat sinar X saat menembus ke dalam tubuh Anda.
Dalam kasus maloklusi yang ringan, Anda mungkin tidak membutuhkan prosedur khusus.
Dokter gigi dapat menyarankan Anda untuk minum obat pereda nyeri, seperti paracetamol atau ibuprofen, bila merasakan nyeri hebat di sekitar rahang atau gigi.
Akan tetapi, pada kasus yang parah, dokter gigi dapat merujuk Anda ke ortodontis, yakni dokter spesialis yang berpraktik khusus pada bidang estetika posisi gigi, rahang, dan wajah.
Tergantung jenis dan keparahan maloklusi Anda, ortodontis bisa menganjurkan berbagai perawatan medis seperti di bawah ini.
Pemasangan kawat gigi merupakan prosedur paling populer untuk merapikan gigi atau menyelaraskan tulang rahang yang tidak normal.
Prosedur ini bisa dilakukan pada pasien usia berapa saja, asalkan gigi dan gusi dalam keadaan sehat.
Pemasangan kawat gigi alias behel membutuhkan beberapa kali kunjungan ke dokter gigi. Hal ini tergantung pada tingkat keparahan dari kondisi gigi Anda.
Durasi pemakaian dan jenis behel pun bisa berbeda pada setiap orang. Namun, rata-rata orang dewasa perlu menggunakan behel selama dua tahun untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.
Prosedut cabut gigi juga dapat dilakukan untuk merapikan gigi yang berantakan. Cabut gigi biasanya melibatkan penggunaan bius lokal sehingga Anda tidak merasa sakit selama prosedur berlangsung.
Sebelum cabut gigi, usahakan untuk menyikat gigi, berkumur, dan flossing. Apabila Anda punya riwayat diabetes atau sedang minum obat tertentu, segera beri tahu dokter.
Setelah pencabutan gigi, gusi tempat gigi dicabut akan berdarah. Ini merupakan hal yang wajar dan Anda bisa menghentikannya dengan cara menggigit kain kasa.
Jangan berkumur terlalu keras, menyentuh gusi bekas gigi dicabut, dan merokok. Hindari pula makanan atau minuman yang terlalu panas, asam, dan pedas sampai sensasi kebas akibat bius benar-benar mereda.
Pada kasus tertentu, operasi guna memperbaiki bentuk dan ukuran rahang mungkin diperlukan.
Dokter dapat memasang kabel, pelat, atau sekrup untuk menstabilkan tulang rahang Anda. Dalam prosedur ini, Anda mungkin tidak perlu menggunakan kawat gigi untuk merapikan gigi.
Jangan sungkan untuk berkonsultasi langsung kepada dokter gigi mengenai kekhawatiran Anda terkait masalah kesehatan gigi ini.
Dokter gigi tentu akan memberikan saran tentang pilihan perawatan terbaik yang sesuai dengan kebutuhan Anda.
Tidak ada satu cara pasti untuk mencegah maloklusi. Hal ini karena kebanyakan kasus gigi berantakan atau tidak sejajar merupakan bawaan dari lahir.
Akan tetapi, terdapat sejumlah hal yang bisa Anda coba untuk mencegah pertumbuhan rahang dan gigi yang abnormal. Beberapa di antaranya seperti:
Deteksi dini merupakan cara efektif untuk mencegah masalah gigi dan mulut. Jika ditemukan kelainan yang menyebabkan gigi berantakan, dokter dapat segera menentukan pengobatan.
Prinsipnya, makin cepat gangguan terdeteksi, makin besar juga peluang Anda untuk sembuh.
Selain langkah pencegahan di atas, jangan lupa untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Hal ini penting untuk mencegah kerusakan gigi yang makin parah.
Anda mnimal harus menyikat gigi dua kali sehari, yakni pada pagi dan malam hari. Bersihkan pula sela-sela gigi Anda dengan benang gigi secara perlahan untuk mencegah kemunculan plak.
Perhatikan asupan makanan yang Anda makan sehari-hari. Pasalnya, makanan yang dikonsumsi juga bisa memengaruhi kesehatan gigi dan mulut Anda.
Apabila memiliki pertanyaan lebih lanjut seputar kondisi ini, konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi yang terbaik.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar