backup og meta

8 Bahaya Mi Instan Jika Terlalu Sering Dikonsumsi

8 Bahaya Mi Instan Jika Terlalu Sering Dikonsumsi

Mie instan mungkin menjadi makanan favorit sebagian besar masyarakat Indonesia, terutama anak kos pada akhir bulan. Namun, tahukah Anda makan mi instan terlalu sering ternyata bisa berdampak buruk bagi tubuh. Simak bahaya makan mi instan berikut ini.

Apakah makan mi instan setiap hari berbahaya?

Mie instan memang menjadi pilihan praktis dan lezat untuk dikonsumsi, terutama sebagai alternatif makanan di rumah. Namun, Anda tidak disarankan untuk makan mi setiap hari karena bisa berbahaya untuk kesehatan.

Hal ini karena mi instan merupakan makanan olahan atau ultraproses yang mengandung pengawet, lemak jenuh, dan natrium yang tinggi. 

Jika dikonsumsi terlalu sering, kandungan bahan tersebut dapat meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan, seperti tekanan darah tinggi, obesitas, hingga kolesterol tinggi. 

Oleh karena itu, sebaiknya hindari konsumsi mi instan setiap hari untuk menghindari efek negatifnya bagi kesehatan. 

Bahaya mi instan bagi kesehatan

bahaya mie instan bagi kesehatan

Untuk lebih lengkapnya, berikut ini beberapa bahaya makan mi instan bagi kesehatan tubuh. 

1. Sindrom metabolik

Sebuah penelitian dalam jurnal Nutrition Reserach and Practice menunjukkan bahwa peningkatan konsumsi mie instan berkaitan erat dengan risiko sindrom metabolik.

Penelitian ini dilakukan terhadap lebih dari 3.000 mahasiswa berusia 18 – 29 tahun.

Hasilnya, terlihat bahwa peserta yang makan mie instan sebanyak tiga kali atau lebih dalam seminggu memiliki tekanan darah dan glukosa darah lebih tinggi dibandingkan peserta yang hanya makan mie instan sekali dalam sebulan.

Kemungkinannya, sindrom metabolik ini terjadi karena tingginya kandungan sodium dan lemak jenuh tidak sehat yang terdapat pada mie instan.

2. Penyakit jantung

Makan mi instan terlalu sering juga dapat meningkatkan risiko penyakit jantung. Hal ini karena mie instan biasanya mengandung natrium yang tinggi. 

Mengonsumsi makanan dengan kadar natrium yang tinggi dapat meningkatkan tekanan darah (hipertensi) yang menjadi salah satu faktor pemicu penyakit jantung. 

Selain itu, mi instan mengandung lemak jenuh yang tinggi dan dapat berkontribusi pada peningkatan kadar kolesterol dalah darah. 

Jika terus berlanjut, kolesterol dapat menumpuk dan menyumbat pembuluh darah. Hal ini bisa meningkatkan risiko penyakit jantung hingga stroke.

3. Diabetes

Mie instan terbuat dari maida. Maida merupakan olahan tepung terigu yang telah mengalami proses penggilingan, penghalusan, dan pemutihan.

Maida yang terkandung pada mi instan hanya bahan tambahan yang tidak memiliki kandungan nutrisi apa pun dan justru tinggi akan kgula yang bisa meningkatkan kadar gula darah Anda.

Selain itu, saat mengonsumsi maida, pankreas akan melepaskan insulin dengan segera untuk mencernanya, yang seharusnya membutuhkan waktu.

Kondisi ini dapat memicu pembengkakan hingga berpotensi terkena penyakit diabetes tipe 2.

4. Meningkatnya risiko penyakit liver

Bahaya makan mi isntan lainnya bagi kesehatan adalah meningkatkan risiko penyakit liber. Hal ini karena makanan yang melalui proses pengolahan panjang seperti mie instan mengandung pengawet dan zat aditif.

Bila dikonsumsi terlalu banyak, bahan penagwet dan zat aditif dalam mi instan dapat menekan kerja organ hati (liver) karena sulit diuraikan.

Jika terus dibiarkan, organ hati bisa kewalahan lalu menimbun lemak berlebih dalam selnya sendiri.

Akibatnya, lemak yang menumpuk akan menimbulkan kerusakan pada liver. Fungsi hati yang terganggu juga dapat menyebabkan retensi air serta pembengkakan.

5. Obesitas

Obesitas sentral

Tak hanya penyakit sindrom metabolik, terlalu banyak mengonsumsi mie instan juga dapat berujung pada kondisi obesitas.

Perlu Anda ketahui, satu bungkus mie instan rata-rata mengandung 14 gram lemak jenuh. Angka ini sudah memakan sekitar 40% dari kebutuhan harian Anda.

Selain itu, mie instan memiliki kalori yang tinggi. Meski mengenyangkan, nilai gizi yang masuk ke dalam tubuh hanyalah sedikit dan tak sebanding dengan kalorinya.

6. Berisiko menimbulkan gangguan pencernaan

Pada saat proses pengawetannya, mie instan ditambahkan dengan zat bernama tertiary-butyl hydroquinone (TBHQ). Pengawet ini berbahan dasar minyak yang juga terdapat dalam produk pestisida.

Nah, tubuh memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencerna pengawet ini. Bahkan, setelah dua jam, perut belum juga mampu mengurai TBHQ sehingga hal ini dapat mengganggu jalannya pencernaan.

Lamanya waktu yang dibutuhkan untuk mencerna TBHQ juga membuat perut terpapar oleh zat ini lebih lama. Akibatnya, kemampuan perut untuk menyerap nutrisi dari makanan lain akan menjadi lebih sulit.

7. Meningkatkan risiko kanker lambung

Selain dapat menimbulkan gangguan pencernaan, bahaya konsumsi mi instan yang terlalu sering dapat meningkatkan risiko kanker lambung. Hal ini disebutkan oleh sebuah studi dalam jurnal Nutrients.

Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa konsumsi makanan dengan kadar natrium yang tinggi, seperti mie instan dapat meningkatkan risiko terkena kanker lambung, terutama pada orang yang minum alkohol.

Hal ini karena konsumsi makanan dengan kadar natrium tinggi dapat meningkatkan produksi bakteri Helicobacter pylori, merusakkan lapisan mukosa lambung, serta meningkatkan produksi zat yang memicu peradangan. 

Faktor-faktor tersebut diketahui dapat mempercepat perkembangan sel kanker dan memicu kanker lambung. 

8. Malnutrisi

Mengonsumsi mi instan terlalu sering, terutama tanpa dimbangi dengan asupan makanan lainnya yang kaya nutrisi, seperti sayur dan buah-buahan, dapat meningkatkan risiko malnutrisi

Hal ini karena mi instan cenderung tidak mengandung zat gizi penting, seperti vitamin, mineral, serat, dan protein yang penting bagi tubuh.

Akibatnya, konsumsi mi instan yang berlebihan dalam jangka panjang dapat menyebabkan malnutrisi atau kekurangan gizi.  

Sebenarnya mie instan masih boleh dikonsumsi. Meski demikian, mengingat bahanya yang bisa mengganggu kesehatan Anda, ada baiknya Anda membatasi konsumsi mie instan.

Caranya yaitu dengan tidak mengkonsumsinya setiap hari dan mengendalikan porsi yang dimakan pada setiap kali konsumsi.

Selain itu, sebaiknya kombinasikan penyajian mie instan dengan makanan sehat lain yang bukan merupakan makanan pemrosesan, seperti sayur dan telur.

Kesimpulan

Makan mi instan terlalu sering tidak dianjurkna karena dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti sindrom metabolik, penyakit jantung, diabetes, penyakit liver, gangguan pencernaan, meningkatakn risiko kanker lambung, hingga malnutrisi.

[embed-health-tool-bmi]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Eating Processed Food. (2023). National Health Service. Retrieved 19 December 2024, from http://www.nhs.uk/Livewell/Goodfood/Pages/what-are-processed-foods.aspx diakses

Huh, I. S., Kim, H., Jo, H. K., Lim, C. S., Kim, J. S., Kim, S. J., Kwon, O., Oh, B., & Chang, N. (2017). Instant noodle consumption is associated with cardiometabolic risk factors among college students in Seoul. Nutrition Research and Practice, 11(3), 232–239.

Is Your Ramen Ruining Your Health? (2022). Keck Medicine of USC. Retrieved 19 December 2024, from https://www.keckmedicine.org/is-your-ramen-ruining-your-health/

Kwak, J. H., Eun, C. S., Han, D. S., Kim, Y. S., Song, K. S., Choi, B. Y., & Kim, H. J. (2021). Gastric cancer and the daily intake of the major dish groups contributing to sodium intake: A case-control study in Korea. Nutrients13(4), 1365.

British Heart Foundation. (2024). Ultra-processed foods: how bad are they for your health? Retrieved 19 December 2024, from https://www.bhf.org.uk/informationsupport/heart-matters-magazine/news/behind-the-headlines/ultra-processed-foods.

 

 

Versi Terbaru

23/12/2024

Ditulis oleh Theresia Evelyn

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro

Diperbarui oleh: dr. Nurul Fajriah Afiatunnisa


Artikel Terkait

Mie Soba Sehat atau Tidak? Simak Faktanya!

Berapa Batas Asupan Karbohidrat yang Ideal Per Hari?


Ditinjau secara medis oleh

dr. Patricia Lukas Goentoro

General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Theresia Evelyn · Tanggal diperbarui 23 jam lalu

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan