Namun, obat-obatan pencegahan HIV tergolong mahal sehingga Anda masih perlu untuk membiasakan hubungan seks yang aman untuk menjaga risiko tetap rendah.
4. Minum obat Post Exposure Prophylaxis (PEP)

Post Exposure Prophylaxis atau biasa disingkat dengan PEP adalah bentuk perawatan melalui obat yang bisa dilakukan dalam pencegahan HIV AIDS.
Pencegahan HIV melalui PEP biasanya dilakukan setelah terjadinya tindakan-tindakan yang berisiko menyebabkan HIV. Misalnya, seseorang yang bekerja di pelayanan kesehatan yang secara tidak sengaja tertusuk jarum suntik bekas pasien HIV, korban pemerkosaan, serta seks tanpa kondom dengan seseorang yang mungkin positif HIV atau saat Anda tidak yakin dengan status HIV pasangan Anda.
Cara kerja pencegahan HIV melalui PEP yaitu dengan memberikan obat-obatan antiretroviral (ARV) dalam kurun waktu kira-kira 28 hari untuk mencegah atau menghentikan paparan terhadap virus HIV agar tidak menjadi infeksi seumur hidup.
Yang harus dipahami, langkah pencegahan HIV ini adalah bentuk perawatan yang hanya bisa dilakukan saat situasi darurat medis pada orang yang berstatus HIV negatif. Jadi, apabila Anda berstatus positif HIV, Anda tidak bisa melakukan pencegahan HIV melalui PEP.
Seberapa efektif PEP dalam pencegahan HIV AIDS?
Pencegahan HIV AIDS melalui PEP harus dilakukan sesegera mungkin setelah seseorang secara tidak sengaja terkena paparan HIV.
Agar efektif, obat ini harus dikonsumsi dalam kurun waktu 72 jam (3 hari) sejak paparan terakhir. Namun, semakin cepat Anda memulai tindakan pencegahan HIV ini akan semakin baik karena dapat mengurangi risiko terkena HIV secara berarti.
Meski begitu, obat PEP ini tidak 100 persen menjamin Anda terbebas dari infeksi HIV walau sudah dikonsumsi dengan benar dan disiplin. Pasalnya, ada berbagai hal yang mungkin menyebabkan Anda lebih rentan terinfeksi HIV.
Anda harus berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter yang sudah terlatih dan mengerti tentang pencegahan HIV melalui PEP. Biasanya sebelum memulai perawatan ini dokter akan melakukan tes status HIV. Seperti yang telah dipaparkan, PEP hanya bisa dilakukan pada orang dengan hasil tes HIV negatif.
Jika Anda diberikan resep obat PEP oleh dokter, Anda harus minum obat tersebut secara teratur sebanyak satu atau dua kali sehari selama 28 hari. Sebaiknya Anda melakukan pemeriksaan ulang status HIV sekitar 4 sampai 12 minggu setelah terjadinya paparan.
Namun, perawatan untuk pencegahan HIV AIDS ini mungkin akan menimbulkan efek samping bagi beberapa orang. Efek samping yang paling umum ketika seseorang melakukan perawatan ini adalah mual, pusing, dan kelelahan. Meski begitu, efek samping ini tergolong ringan dan cenderung mudah diatasi sehingga tidak mengancam jiwa.
Yang terpenting, jangan berhenti melakukan pencegahan HIV melalui PEP apabila dokter tidak merekomendasikan Anda untuk berhenti. Kedisiplinan Anda dalam melakukan pencegahan HIV ini memiliki pengaruh besar terhadap terjadinya infeksi HIV. Sayangnya, tidak semua rumah sakit di Indonesia menyediakan PEP. Hal ini karena PEP belum masuk dalam program pencegahan HIV dari pemerintah. Obat ARV (antiretroviral) hanya disediakan untuk mereka yang positif HIV.
Artinya, jika mereka yang negatif HIV ingin mendapatkan obat-obatan PEP sebagai pencegahan HIV AIDS, prosesnya tentu tidak mudah. Meski begitu, segera konsultasikan ke dokter Anda untuk mendapatkan tindakan pencegahan HIV yang tepat apabila Anda secara tidak sengaja terpapar HIV.
5. Mewaspadai gejala untuk pencegahan HIV

Upaya pencegahan HIV AIDS selanjutnya yang bisa dilakukan adalah dengan mengenali gejala HIV atau tanda-tanda penyakit yang muncul.
Karena sering ditulis sebagai suatu kesatuan seperti “HIV/AIDS”, banyak orang menganggap keduanya sama. Padahal, HIV dan AIDS adalah kondisi yang berbeda.
HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Sementara AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. AIDS bisa dikatakan sebagai tahap akhir dari infeksi HIV kronis.
Nah, berhubung keduanya merupakan kondisi yang berbeda, maka gejala yang dimunculkan pun akan berbeda.
Gejala HIV
Jangan berasumsi bahwa seseorang yang tidak memiliki gejala pasti tidak memiliki HIV. Dalam banyak kasus, orang yang terinfeksi HIV kerap tidak menyadari bahwa dirinya sudah terjangkit selama bertahun-tahun karena tidak merasakan gejala apa pun.
Meski tidak selalu menunjukkan gejala, penyakit ini sebenarnya memiliki tanda atau ciri khas yang mirip ketika Anda mau sakit flu, misalnya:
- Badan pegal-pegal
- Demam
- Badan lemas dan tidak bertenaga
- Sakit tenggorokan
- Ada luka di sekitar mulut yang mirip sariawan
- Ruam kemerahan di kulit tapi tidak terasa gatal
- Diare
- Kelenjar getah bening bengkak
- Sering keringatan, terutama di malam hari
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar