Ya, HIV yang dialami ibu memang menjadi satu dari beberapa tantangan sulitnya pemberian ASI dengan menyusui langsung kepada bayi.
Bukan hanya menyusui secara langsung, ibu juga tidak disarankan untuk menggunakan pompa ASI.
Meski ASI perah yang dipompa bisa disimpan dalam jangka waktu tertentu untuk diberikan kepada bayi dengan cara lain, virus HIV tetap masih berada di dalam ASI.
Jadi, bayi masih berisiko tertular virus HIV bila menyusu ASI perah dari botol yang telah disimpan sebelumnya.
Ini karena ASI termasuk cairan tubuh ibu yang mengandung virus HIV sehingga ASI ibu benar-benar tidak diperbolehkan diberikan pada bayi.
4. Tantangan ibu menyusui dengan tuberkulosis

Tuberkulosis alias TBC merupakan penyakit pernapasan akibat adanya infeksi bakteri pada paru-paru. Penularan TBC memang melalui udara yang membawa bakteri hingga masuk ke pernapasan.
Akan tetapi, tantangan ibu yang sedang menyusui dengan TBC ni ternyata bisa menularkan virus kepada bayinya melalui batuk dan bersin.
Hal ini sangat berisiko jika ibu menyusui bayinya secara langsung.
Singkatnya begini, ibu yang memiliki TBC aktif tetapi bayinya tidak, sangat disarankan untuk tidak berada terlalu dekat.
Namun, bukan berarti bayi tidak bisa mendapatkan ASI sama sekali. Ada cara lain untuk mengatasi tantangan menyusui ini dengan tetap memberikan ASI kepada bayi.
Ibu hanya perlu memompa ASI kemudian langsung memberikan kepada bayi atau menyimpan terlebih dahulu.
Pastikan ibu menjaga agar ASI tersebut dalam kondisi steril dan tidak mengandung droplet atau percikan air liur dari batuk dan bersin ibu.
5. Ibu mengalami herpes di payudara

Jika Anda mengalami herpes tetapi tidak di area payudara, sebenarnya sah-sah saja untuk menyusui bayi.
Dengan catatan, lesi herpes di bagian tubuh lainnya tertutup dan Anda selalu mencuci tangan sebelum dan setelah menyusui maupun memegang bayi.
Akan tetapi, jika lesi herpes ada di payudara, ini merupakan tantangan sehingga sangat tidak dianjurkan bagi ibu untuk menyusui bayinya secara langsung.
Penyebab ibu yang mengalami herpes tidak boleh menyusui yakni karena berisiko sangat menular kepada bayi.
Ibu masih boleh memberikan ASI tetapi dengan cara dipompa. ASI perah tersebut kemudian dapat diberikan kepada bayi melalui botol susu.
Namun, pastikan lesi herpes tidak memiliki kontak langsung dengan ASI maupun alat pompa.
Selama dilakukan dengan cara yang aman, memompa ASI dan memberikan kepada bayi melalui botol susu masih terbilang aman.
Hal ini karena virus herpes tidak menular lewat ASI. Jangan lupa, pastikan Anda menerapkan cara menyimpan ASI yang tepat agar tetap awet.
Selanjutnya, Anda tinggal memberikan ASI kepada bayi sesuai jadwal menyusui hariannya.
6. Ibu mengalami kanker payudara

Boleh atau tidaknya pasien kanker payudara menyusui buah hatinya bergantung pada perawatan yang dijalani.
Hal ini lantaran obat kanker payudara, seperti yang digunakan saat kemoterapi, dapat mengalir dalam ASI dan terminum bayi dan berpotensi menyebabkan anak keracunan.
Selain itu, perawatan untuk kanker juga bisa memengaruhi produksi ASI. Itu sebabnya, biasanya dokter akan menganjurkan sang ibu untuk tidak menyusui selama menjalani perawatan.
Sementara ibu yang menjalani terapi radiasi akan dievaluasi terlebih dahulu berdasarkan jenis radiasi dan lamanya pengobatan.
Dokter akan menjelaskan efek samping radiasi yang mungkin mengganggu proses menyusui, seperti elastisitas puting yang menurun atau produksi ASI yang berkurang.
Bagi ibu menyusui yang perlu menjalani pembedahan untuk mengangkat sel kanker di payudara, konsultasi lebih lanjut dibutuhkan.
Ahli bedah akan mengevaluasi apakah perawatan tersebut dapat merusak saluran ASI atau tidak.
7. Ibu sedang menjalani kemoterapi

Mengutip dari UT Southwestern Medical Center, selain mengalami penyakit infeksi yang dapat menular lewat ASI, ibu yang menderita penyakit kanker juga tidak boleh menyusui.
Tantangan mengenai larangan menyusui ini juga berlaku bagi ibu yang sedang rutin menjalani kemoterapi.
Bahkan, ibu juga tidak dianjurkan untuk memberikan ASI kepada bayi meski melalui botol sekali pun.
Tantangan ibu yang menjalani kemoterapi tidak boleh menyusui adalah karena ada obat yang masuk ke dalam aliran darah ibu.
Obat kemoterapi tersebut berisiko memberikan efek buruk pada bayi sehingga menjadi penyebab ibu tidak boleh menyusui maupun memerah ASI-nya.
Tantangan menyusui bagi ibu yang menjalani kemoterapi dapat diatasi dengan memompa ASI dan membuangnya agar produksi ASI tetap terjaga.
Anda dapat memberikan ASI setelah proses kemoterapi selesai dan dokter spesialis onkologi mengizinkan Anda untuk menyusui langsung ataupun memompa ASI.
8. Menyusui saat sakit tipes

Sakit tipes (demam tifoid) bukan menjadi penghalang bagi ibu untuk tetap menyusui bayinya.
Belum ada bukti ilmiah yang menyatakan bahwa sakit tipes bisa ditularkan kepada bayi saat menyusui.
Jadi, tidak masalah bila ibu menyusui saat sedang sakit tipes.
Hanya saja, gejala tipes seperti demam, sakit kepala, diare, dan lainnya dapat membuat ibu lemas sehingga menghambat pemberian ASI.
Ibu juga berisiko kekurangan cairan (dehidrasi) bila mengalami diare yang terus menerus. Pastikan ibu minum banyak cairan, makan makanan ibu menyusui, dan periksakan diri ke dokter agar dapat ditangani segera.
Dokter akan memberikan obat yang aman untuk ibu menyusui sesuai dengan kondisi dan keluhan.
9. Tantangan anemia pada ibu menyusui

Anemia pada ibu tidak menghalangi proses menyusui bayinya. Agar lebih aman sekaligus sebagai cara mengatasi anemia, ibu bisa rutin minum suplemen zat besi pada masa menyusui.
Jadi, Anda tetap disarankan untuk menyusui ASI eksklusif meskipun memiliki kondisi anemia atau kekurangan zat besi.
Namun, alangkah lebih baiknya untuk tetap berkonsultasi dengan dokter mengenai penanganan tantangan menyusui berupa anemia yang tepat pada ibu.
10. Ibu menyusui punya diabetes

Tantangan menyusui lain yang mungkin dialami ibu yakni mengidap diabetes. Jika ini yang terjadi, ibu tidak perlu khawatir karena memiliki diabetes bukanlah halangan untuk tetap bisa menyusui si kecil.
Bahkan, menyusui dapat membantu mengendalikan penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut dari diabetes.
Sebab, Anda mungkin akan mengurangi penggunaan obat insulin selama menyusui. Ya, penggunaan insulin saat menyusui ternyata aman.
Namun, diabetes memang dapat memengaruhi proses produksi ASI. Ketika dibarengi dengan penggunaan suntik insulin, kondisi ini akan membuat ASI lebih sulit turun dan dikeluarkan lewat puting.
Itulah sebabnya tidak sedikit ibu yang mengeluh produksi ASI-nya jadi lebih sedikit setelah menggunakan insulin saat menyusui.
Eits, tenang dulu. Meskipun penggunaan insulin saat menyusui bisa menurunkan produksi ASI, bukan berarti Anda boleh langsung beralih ke susu formula, ya.
Berbagai pengobatan diabetes seperti insulin, metformin, dan sulfonilurea diyakini tidak akan mengganggu kesehatan bayi.
Molekul insulin itu sendiri terlalu besar untuk masuk ke dalam ASI. Jadi, molekul tersebut tidak mungkin bisa tercampur dengan ASI dan masuk ke dalam tubuh bayi.
Selama Anda mampu mengendalikan kadar gula darah tetap normal, penggunaan insulin saat menyusui tidak akan menjadi masalah, baik untuk Anda maupun si kecil.
11. Tantangan ibu menyusui dengan penyakit lupus

Penyakit lupus adalah gangguan sistem kekebalan tubuh (autoimun) yang membuat tubuh Anda menganggap sel normal tubuh sebagai musuh.
Hal ini bisa menjadi tantangan bagi ibu menyusui yang berencana untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya.
Ini karena tubuh ibu rentan mengalami berbagai peradangan akibat terserang sistem imun sendiri.
Namun, tak perlu khawatir bila Anda memiliki penyakit lupus sebagai salah satu tantangan ibu menyusui.
Sama seperti ibu lainnya, tentu Anda dapat memproduksi ASI dengan normal.
Bahkan, kuantitas dan kualitas ASI Anda tak ada bedanya dengan ibu yang sehat tergantung dari pola makan masing-masing ibu.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar