backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan
Konten

Herpes Labialis (Herpes Mulut/Bibir)

Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 31/10/2023

Herpes Labialis (Herpes Mulut/Bibir)

Herpes labialis atau herpes oral merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling umum. Begitu menginfeksi tubuh Anda, virus penyebabnya akan bertahan seumur hidup dan bisa kambuh sewaktu-waktu.

Apa itu herpes labialis?

Herpes labialis atau herpes oral adalah infeksi virus yang menyebabkan timbulnya luka lepuh dan nyeri pada bibir, mulut, dan sekitarnya. Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1).

Herpes oral ditandai dengan munculnya ruam, bengkak, dan sariawan sekitar mulut. Ruam tersebut kemudian berubah menjadi luka melepuh atau lenting

Infeksi HSV-1 dapat berlangsung seumur hidup sehingga gejala bisa kambuh sewaktu-waktu. Untungnya, gejala herpes mulut bisa diatasi dengan obat antivirus. 

Kebanyakan penularan herpes simpleks terjadi melalui kontak pada bibir atau organ intim yang terinfeksi.

Salah satu cara penularan herpes labialis yang paling umum adalah berciuman dengan orang terinfeksi herpes.

Seberapa umumkah herpes labialis?

Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), diketahui sebanyak 67% orang dewasa di dunia telah terinfeksi virus HSV-1 penyebab herpes labialis. Sebagian besar dari mereka terpapar virus sejak masih anak-anak.
 

Tanda dan gejala herpes labialis

Gejala dan ciri-ciri herpes

Umumnya, gejala herpes di mulut muncul pada anak-anak berusia 1–5 tahun. Namun, infeksi virus herpes ini bisa juga tidak menyebabkan gejala pada sebagian orang. 

Tanda-tanda herpes di mulut dapat diawali dengan munculnya sariawan, tetapi sariawan akibat herpes berbeda dengan sariawan biasa.

Anda kemungkinan juga akan mengalami gejala mirip flu. Setelah itu, akan muncul luka herpes pada bibir, mulut, tenggorokan, atau gusi.

Luka herpes biasanya terlihat melepuh dan terisi cairan yang bisa pecah apabila digaruk. Selain itu, Anda mungkin akan mendapati gejala berikut ini.

  • Kulit di sekitar bibir atau mulut terasa gatal.
  • Bibir tampak bengkak.
  • Luka melepuh (lenting) di sekitar area mulut atau bibir.
  • Bibir atau mulut terasa kesemutan.
  • Infeksi yang pertama dapat menimbulkan gejala herpes oral yang berat. Saat gejala herpes kambuh atau infeksi kembali aktif, gejalanya tidak akan separah infeksi yang pertama.

    Gejala herpes di mulut dan bibir ini muncul dalam waktu 1–3 minggu setelah terpapar virus dan dapat bertahan hingga 3 minggu sampai akhirnya mereda.

    Dilansir dari John Hopskin Medicine, gejala bisa kambuh beberapa kali dalam 1 tahun pertama.

    Pada tahun-tahun selanjutnya, gejala akan lebih jarang kambuh seiring dengan terbentuknya antibodi untuk infeksi HSV-1 di dalam tubuh. 

    Meski begitu, tidak semua pengidap herpes labialis mengalami gejala luka pada kulit saat infeksi pertama.

    Kapan saya harus periksa ke dokter?

    Kemungkinan ada gejala yang tidak disebutkan di atas. Jadi, jika Anda mengalami gejala herpes di bibir dan mulut atau khawatir dengan gejala tertentu, segeralah berkonsultasi dengan dokter.

    Anda juga perlu menghubungi dokter jika lebih sedikit atau jarang buang air kecil, sering mengantuk, lebih cepat marah, dan mengalami mulut kering.

    Jika anak Anda berusia kurang dari 8 minggu dan memiliki luka herpes, segera hubungi dokter. Infeksi parah atau komplikasi herpes labialis juga bisa terjadi pada bayi. 

    Selain itu, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah yang mengalami gejala herpes juga perlu segera berkonsultasi dengan dokter.

    Penyebab herpes labialis

    virus hendra

    Herpes labialis disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1). Virus ini berasal dari keluarga virus herpes yang menyebabkan penyakit cacar air dan cacar api (herpes zoster).

    Virus herpes simpleks akan menetap di dalam tubuh Anda seumur hidup. Virus yang masuk dari kulit bergerak menuju permukaan sel saraf untuk memperbanyak diri.

    Selanjutnya, virus merusak sel-sel sehat di sekitar kulit dan saraf sehingga memunculkan gejala luka herpes.

    Setelah infeksi pertama, virus akan tinggal dan menetap di bawah sel-sel saraf tanpa bereplikasi atau memperbanyak diri.

    Infeksi virus penyebab herpes labialis bisa aktif kapan saja, terutama saat Anda mengalami:

    • stres,
    • penyakit infeksi lain,
    • demam,
    • paparan sinar ultraviolet yang berlebihan,
    • gangguan menstruasi, dan
    • komplikasi operasi.

    Cara penularan herpes oral

    Virus herpes simpleks sendiri terdiri dari dua jenis, yakni virus herpes simpleks-1 (HSV-1) dan virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2). 

    Virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) merupakan penyebab utama herpes genital yang hanya dapat ditularkan melalui kontak seksual, seperti penetrasi vagina.

    Sementara itu, virus penyebab herpes labialis atau HSV-1 dapat ditularkan melalui kontak dekat atau sentuhan pada bagian kulit yang terluka.

    Namun, banyak juga yang tertular dari pengidap herpes oral yang tidak memiliki luka di kulit alias tidak bergejala.

    Menurut American Academy of Dermatology, seseorang bisa tertular herpes labialis dari orang yang terinfeksi melalui ciuman, sentuhan langsung dengan kulit, dan penggunaan barang yang sama.

    Pada kasus yang langka, penularan virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) juga bisa berlangsung dari ibu ke bayi pada saat melahirkan normal.

    Risiko penularan akan semakin besar apabila pengidap herpes memiliki luka herpes.

    Komplikasi herpes labialis

    penyebab herpes kulit

    Komplikasi serius akibat herpes labialis (oral) sebenarnya jarang terjadi. Herpes di mulut atau bibir dapat menyebar ke beberapa bagian tubuh lain. Berikut adalah beberapa contohnya.

    • Mata (herpes mata). Saat menginfeksi tubuh, virus HSV-1 bisa menyebabkan luka dan gangguan penglihatan pada mata.
    • Jari. Komplikasi ini terjadi apabila anak-anak dengan herpes di mulut menggigiti jari-jarinya.
    • Bagian kulit lain. Komplikasi herpes oral bisa menyebarkan ke bagian kulit pada orang yang memiliki eksim atau dermatitis atopik. Kondisi ini membutuhkan pertolongan medis darurat.

    Sebagian besar kasus komplikasi lebih sering dialami oleh bayi yang belum dan baru lahir atau orang dengan gangguan sistem imun, termasuk yang terinfeksi HIV atau mengidap kanker.

    Faktor risiko herpes di mulut

    Setiap orang bisa terjangkit penyakit herpes di bibir atau mulut (oral). Banyak orang dewasa yang terinfeksi tetapi tidak menyadari bahwa mereka bisa menularkan penyakit ini pada orang lain.

    Namun, beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi, terutama saat kekebalan tubuhnya sedang lemah.

    Berbagai faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko herpes labialis adalah sebagai berikut.

    • Memiliki gangguan sistem kekebalan tubuh.
    • Mengalami infeksi HIV.
    • Memiliki kanker dan menjalani pengobatan kemoterapi.
    • Melakukan hubungan seksual yang tidak aman atau tanpa kondom.
    • Menjalani pengobatan untuk transplantasi organ.

    Meski memiliki beberapa faktor risiko di atas, bukan berarti Anda pasti akan terkena penyakit herpes labialis ini.

    Supaya lebih jelas, sebaiknya lakukan pemeriksaan penyakit kelamin untuk memastikan kondisi kesehatan Anda. 

    Diagnosis herpes oral

    Dokter dapat mendiagnosis herpes labialis dengan mengamati luka lepuh di sekitar bibir dan mulut Anda. Untuk menegakkan diagnosis, dokter mungkin juga akan melakukan tes lainnya.

    Salah satu pemeriksaan tersebut adalah pengambilan sampel jaringan pada luka herpes untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.

    Kemungkinan, pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi penyebab penyakit menular ini meliputi:

    • kultur untuk mengembangbiakan virus pada sampel,
    • pemeriksaan DNA virus, dan
    • tes Tzanck untuk memeriksa keberadaan virus herpes simpleks.

    Pengobatan herpes labialis

    Gejala herpes labialis sebenarnya dapat membaik tanpa pengobatan dalam kurun 1–2 minggu. Akan tetapi, dokter mungkin juga akan memberikan pengobatan.

    Walaupun tidak bisa menghilangkan virus, pengobatan bisa membantu mempersingkat waktu kemunculan gejala sekaligus mengurangi keparahan bila infeksi kembali kambuh.

    Obat herpes yang digunakan untuk herpes oral biasanya tersedia dalam bentuk tablet, infus, atau obat oles (krim dan salep). Obat-obatan ini biasanya mengandung antivirus berupa:

    • acyclovir,
    • valacyclovir,
    • famciclovir, dan/atau
    • penciclovir.

    Anda juga dapat menggunakan obat pereda nyeri seperti aspirin, paracetamol, atau ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan mengatasi demam selama infeksi berlangsung. 

    Selain untuk kesembuhan, menjalani pengobatan herpes labialis juga dapat menurunkan risiko penularan pada orang-orang sehat di sekitar Anda.

    Cara mencegah penularan herpes oral

    Pantangan menggaruk gatal herpes cacar air

    Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mencegah dan mengatasi herpes di bibir.

    • Mencuci tangan dengan sabun dan air hangat, terutama setelah dari toilet.
    • Menjaga kulit tetap bersih dan bagian yang melepuh pada bibir tetap kering.
    • Tidak mencukur area kulit dan bibir yang terinfeksi.
    • Tidak menggunakan alat-alat kebersihan pribadi bersama dengan orang lain.
    • Makan makanan bergizi dan mengusahakan tidur serta olahraga yang cukup.
    • Menghindari paparan sinar matahari langsung dalam waktu yang lama. 
    • Menghubungi dokter jika penyakit kambuh lebih dari 4–6 kali per tahun, termasuk saat gejala semakin parah, mengalami demam, dan kencing nanah.

    Anda juga dianjurkan untuk menghindari stres fisik dan mental. Ini karena stres dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan penyakit infeksi mudah kambuh.

    Segera hubungi dokter atau pergi ke rumah sakit jika Anda mengalami sakit kepala parah, sesak napas, sakit mata ringan maupun parah yang membuat Anda merasa tidak nyaman.

    Jika Anda memiliki pertanyaan, silakan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik sesuai kondisi Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.

    General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)


    Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 31/10/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan