Herpes labialis atau herpes oral merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling umum. Begitu menginfeksi tubuh Anda, virus penyebabnya akan bertahan seumur hidup dan bisa kambuh sewaktu-waktu.
Ditinjau secara medis oleh dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H. · General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Herpes labialis atau herpes oral merupakan salah satu penyakit infeksi yang paling umum. Begitu menginfeksi tubuh Anda, virus penyebabnya akan bertahan seumur hidup dan bisa kambuh sewaktu-waktu.
Herpes labialis atau herpes oral adalah infeksi virus yang menyebabkan timbulnya luka lepuh dan nyeri pada bibir, mulut, dan sekitarnya. Penyakit ini disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1).
Herpes oral ditandai dengan munculnya ruam, bengkak, dan sariawan sekitar mulut. Ruam tersebut kemudian berubah menjadi luka melepuh atau lenting.
Infeksi HSV-1 dapat berlangsung seumur hidup sehingga gejala bisa kambuh sewaktu-waktu. Untungnya, gejala herpes mulut bisa diatasi dengan obat antivirus.
Kebanyakan penularan herpes simpleks terjadi melalui kontak pada bibir atau organ intim yang terinfeksi.
Salah satu cara penularan herpes labialis yang paling umum adalah berciuman dengan orang terinfeksi herpes.
Umumnya, gejala herpes di mulut muncul pada anak-anak berusia 1–5 tahun. Namun, infeksi virus herpes ini bisa juga tidak menyebabkan gejala pada sebagian orang.
Tanda-tanda herpes di mulut dapat diawali dengan munculnya sariawan, tetapi sariawan akibat herpes berbeda dengan sariawan biasa.
Anda kemungkinan juga akan mengalami gejala mirip flu. Setelah itu, akan muncul luka herpes pada bibir, mulut, tenggorokan, atau gusi.
Luka herpes biasanya terlihat melepuh dan terisi cairan yang bisa pecah apabila digaruk. Selain itu, Anda mungkin akan mendapati gejala berikut ini.
Infeksi yang pertama dapat menimbulkan gejala herpes oral yang berat. Saat gejala herpes kambuh atau infeksi kembali aktif, gejalanya tidak akan separah infeksi yang pertama.
Gejala herpes di mulut dan bibir ini muncul dalam waktu 1–3 minggu setelah terpapar virus dan dapat bertahan hingga 3 minggu sampai akhirnya mereda.
Dilansir dari John Hopskin Medicine, gejala bisa kambuh beberapa kali dalam 1 tahun pertama.
Pada tahun-tahun selanjutnya, gejala akan lebih jarang kambuh seiring dengan terbentuknya antibodi untuk infeksi HSV-1 di dalam tubuh.
Meski begitu, tidak semua pengidap herpes labialis mengalami gejala luka pada kulit saat infeksi pertama.
Kemungkinan ada gejala yang tidak disebutkan di atas. Jadi, jika Anda mengalami gejala herpes di bibir dan mulut atau khawatir dengan gejala tertentu, segeralah berkonsultasi dengan dokter.
Anda juga perlu menghubungi dokter jika lebih sedikit atau jarang buang air kecil, sering mengantuk, lebih cepat marah, dan mengalami mulut kering.
Jika anak Anda berusia kurang dari 8 minggu dan memiliki luka herpes, segera hubungi dokter. Infeksi parah atau komplikasi herpes labialis juga bisa terjadi pada bayi.
Selain itu, orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah yang mengalami gejala herpes juga perlu segera berkonsultasi dengan dokter.
Herpes labialis disebabkan oleh virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1). Virus ini berasal dari keluarga virus herpes yang menyebabkan penyakit cacar air dan cacar api (herpes zoster).
Virus herpes simpleks akan menetap di dalam tubuh Anda seumur hidup. Virus yang masuk dari kulit bergerak menuju permukaan sel saraf untuk memperbanyak diri.
Selanjutnya, virus merusak sel-sel sehat di sekitar kulit dan saraf sehingga memunculkan gejala luka herpes.
Setelah infeksi pertama, virus akan tinggal dan menetap di bawah sel-sel saraf tanpa bereplikasi atau memperbanyak diri.
Infeksi virus penyebab herpes labialis bisa aktif kapan saja, terutama saat Anda mengalami:
Virus herpes simpleks sendiri terdiri dari dua jenis, yakni virus herpes simpleks-1 (HSV-1) dan virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2).
Virus herpes simpleks tipe 2 (HSV-2) merupakan penyebab utama herpes genital yang hanya dapat ditularkan melalui kontak seksual, seperti penetrasi vagina.
Sementara itu, virus penyebab herpes labialis atau HSV-1 dapat ditularkan melalui kontak dekat atau sentuhan pada bagian kulit yang terluka.
Namun, banyak juga yang tertular dari pengidap herpes oral yang tidak memiliki luka di kulit alias tidak bergejala.
Menurut American Academy of Dermatology, seseorang bisa tertular herpes labialis dari orang yang terinfeksi melalui ciuman, sentuhan langsung dengan kulit, dan penggunaan barang yang sama.
Pada kasus yang langka, penularan virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) juga bisa berlangsung dari ibu ke bayi pada saat melahirkan normal.
Risiko penularan akan semakin besar apabila pengidap herpes memiliki luka herpes.
Komplikasi serius akibat herpes labialis (oral) sebenarnya jarang terjadi. Herpes di mulut atau bibir dapat menyebar ke beberapa bagian tubuh lain. Berikut adalah beberapa contohnya.
Sebagian besar kasus komplikasi lebih sering dialami oleh bayi yang belum dan baru lahir atau orang dengan gangguan sistem imun, termasuk yang terinfeksi HIV atau mengidap kanker.
Setiap orang bisa terjangkit penyakit herpes di bibir atau mulut (oral). Banyak orang dewasa yang terinfeksi tetapi tidak menyadari bahwa mereka bisa menularkan penyakit ini pada orang lain.
Namun, beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi untuk terinfeksi, terutama saat kekebalan tubuhnya sedang lemah.
Berbagai faktor risiko yang dapat meningkatkan risiko herpes labialis adalah sebagai berikut.
Meski memiliki beberapa faktor risiko di atas, bukan berarti Anda pasti akan terkena penyakit herpes labialis ini.
Supaya lebih jelas, sebaiknya lakukan pemeriksaan penyakit kelamin untuk memastikan kondisi kesehatan Anda.
Dokter dapat mendiagnosis herpes labialis dengan mengamati luka lepuh di sekitar bibir dan mulut Anda. Untuk menegakkan diagnosis, dokter mungkin juga akan melakukan tes lainnya.
Salah satu pemeriksaan tersebut adalah pengambilan sampel jaringan pada luka herpes untuk diperiksa lebih lanjut di laboratorium.
Kemungkinan, pengujian yang dilakukan untuk mendeteksi penyebab penyakit menular ini meliputi:
Gejala herpes labialis sebenarnya dapat membaik tanpa pengobatan dalam kurun 1–2 minggu. Akan tetapi, dokter mungkin juga akan memberikan pengobatan.
Walaupun tidak bisa menghilangkan virus, pengobatan bisa membantu mempersingkat waktu kemunculan gejala sekaligus mengurangi keparahan bila infeksi kembali kambuh.
Obat herpes yang digunakan untuk herpes oral biasanya tersedia dalam bentuk tablet, infus, atau obat oles (krim dan salep). Obat-obatan ini biasanya mengandung antivirus berupa:
Anda juga dapat menggunakan obat pereda nyeri seperti aspirin, paracetamol, atau ibuprofen untuk mengurangi rasa sakit dan mengatasi demam selama infeksi berlangsung.
Selain untuk kesembuhan, menjalani pengobatan herpes labialis juga dapat menurunkan risiko penularan pada orang-orang sehat di sekitar Anda.
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mencegah dan mengatasi herpes di bibir.
Anda juga dianjurkan untuk menghindari stres fisik dan mental. Ini karena stres dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan penyakit infeksi mudah kambuh.
Segera hubungi dokter atau pergi ke rumah sakit jika Anda mengalami sakit kepala parah, sesak napas, sakit mata ringan maupun parah yang membuat Anda merasa tidak nyaman.
Jika Anda memiliki pertanyaan, silakan konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan solusi terbaik sesuai kondisi Anda.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Mikhael Yosia, BMedSci, PGCert, DTM&H.
General Practitioner · Medicine Sans Frontières (MSF)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar