backup og meta
Kategori
Cek Kondisi
Tanya Dokter
Simpan

Mengenal Neurotransmitter, si Pembawa Pesan untuk Mengontrol Tubuh

Ditinjau secara medis oleh dr. Carla Pramudita Susanto · General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    Mengenal Neurotransmitter, si Pembawa Pesan untuk Mengontrol Tubuh

    Setiap manusia memiliki miliaran sel saraf (neuron) di dalam otaknya. Sel-sel saraf ini perlu berkomunikasi satu sama lain untuk dapat mengontrol berbagai fungsi tubuh. Adapun komunikasi ini bisa terjadi berkat peran dari neurotransmitter.

    Apa itu neurotransmitter?

    Neurotransmitter adalah senyawa kimia dalam tubuh yang berfungsi untuk membawa dan mengirimkan pesan antar neuron atau dari neuron ke berbagai jaringan tubuh, seperti otot.

    Pengiriman pesan ini memungkinkan otak untuk menjalankan fungsinya dengan baik, meningkatkan dan menyeimbangkan sinyal di otak, serta membantu mengelola respons otomatis tubuh.

    Respons otomatis tubuh misalnya pernapasan dan detak jantung. Selain itu, senyawa kimia ini juga berperan dalam fungsi psikologis, seperti proses belajar, suasana hati, ketakutan, hingga kebahagiaan.

    Neurotransmitter itu sendiri pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Austria bernama Otto Loewi pada 1921.

    Ia menemukan proses pelepasan zat kimia pada tubuh katak, yang kini disebut dengan asetilkolin.

    Bagaimana neurotransmitter bekerja?

    gelombang otak

    Neuron tidak melakukan kontak langsung dengan neuron lainnya. Di antara neuron-neuron, ada celah yang sangat kecil yang disebut dengan sinapsis. Di sinapsis ini neurotransmitter berperan.

    Apa perannya? Neurotransmitter dapat melintasi celah sinapsis untuk membawa pesan dari dan ke sel saraf di sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).

    Bagaimana prosesnya? Ketika pesan berada di ujung neuron, neuron memicu pelepasan neurotransmitter agar dapat membawa pesan tersebut melintasi sinapsis menuju neuron berikutnya.

    Neuron lainnya yang menjadi target kemudian mengambil pesan tersebut. Adapun proses ini dikenal juga dengan neurotransmisi.

    Klasifikasi neurotransmitter

    Neurotransmitter terbagi ke dalam tiga kelompok tergantung pada bagaimana ia memengaruhi neuron. Berikut adalah ketiga kelompok tersebut.

    1. Excitatory neurotransmitter

    Kelompok ini memiliki efek excitatory atau stimulus (rangsangan) pada neuron. Ini merangsang atau mendorong neuron untuk melakukan aksi.

    Adapun contoh dari kelompok ini, yaitu epinefrin dan norepinefrin.

    2. Inhibitory neurotransmitter

    Kelompok ini berkebalikan dengan excitatory. Jika excitatory merangsang, inhibitory justru menghambat neuron untuk melakukan aksi.

    Adapun contoh dari kelompok ini, yaitu GABA dan endorfin.

    3. Modulatory neurotransmitter

    Disebut juga dengan neuromodulator, kelompok ini dapat memengaruhi banyak neuron pada saat yang sama.

    Kelompok ini bekerja sama dengan neurotransmitter lainnya untuk mengaktifkan atau menghambat neuron.

    Adapun contoh dari kelompok ini, yaitu serotonin dan dopamin.

    Berbagai jenis neurotransmitter

    Ada banyak jenis neurotransmitter yang ada di dalam tubuh setiap manusia. Melansir laman Simply Psychology, ada lebih dari 50 jenis senyawa kimia ini.

    Semua jenis ini terbagi ke dalam beberapa kategori, yaitu monoamina, asam amino, peptida, purin, dan asetikolin.

    Dari jenis-jenis tersebut, beberapa di antaranya mungkin sudah tak asing di telinga Anda.

    Berikut adalah beberapa jenis neurotransmitter yang perlu Anda pahami perannya.

    1. Asetilkolin

    plastisitas otak

    Seperti penjelasan sebelumnya, asetilkolin adalah neurotransmitter pertama yang ditemukan.

    Jenis ini berperan dalam sistem saraf perifer, di mana ia dilepaskan oleh neuron motorik untuk membantu mengontrol gerakan otot.

    Selain itu, asetilkolin memainkan peran penting dalam sistem saraf pusat untuk menjaga fungsi kognitif, termasuk memori dan pembelajaran.

    Adapun masalah pada asetilkolin sering terkait dengan gangguan memori dan belajar serta berhubungan dengan demensia dan penyakit Alzheimer.

    2. Serotonin

    Anda mungkin sering mendengar hormon serotonin. Faktanya, selain sebagai hormon, serotonin berperan sebagai neurotransmitter.

    Serotonin diproduksi dalam saluran pencernaan sebagai respon terhadap makanan.

    Namun, serotonin juga diproduksi di batang otak untuk mengatur suasana hati, kecemasan, nafsu makan, kontrol rasa sakit, dan siklus tidur.

    Adapun ketidakseimbangan serotonin sering terkait dengan banyak gangguan mental, seperti depresi, kecemasan, hingga pikiran untuk bunuh diri,

    3. Epinefrin

    Jenis neurotransmitter dan hormon ini lebih dikenal dengan adrenalin. Ini adalah hormon stres yang dilepaskan ke aliran darah melalui kelenjar adrenal.

    Adapun pelepasan adrenalin yang terlalu banyak dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, kecemasan, insomnia, hingga peningkatan risiko stroke.

    Sementara bila pelepasan epinefrin terlalu sedikit, penderitanya sering kali tidak mampu bereaksi dengan tepat dalam situasi stres atau tekanan serta berkurangnya kegembiraan.

    4. Dopamin

    Dopamin adalah jenis neurotransmitter yang diproduksi di bagian otak bernama substantia nigra, ventral tegmental area, dan hipotalamus. Ini berfungsi untuk mengontrol motorik, penghargaan, dan motivasi.

    Dopamin yang berlebih dapat mengakibatkan perilaku kompetitif, agresi, atau bahkan kecanduan. Sementara dopamin yang kurang sering menimbulkan depresi.

    Terkait dengan kontrol gerakan, kekurangan dopamin sering dikaitkan dengan penyakit Parkinson yang menimbulkan gangguan motorik dan tremor.

    5. Endorfin

    manfaat olahraga untuk kulit

    Endorfin diproduksi oleh hipotalamus dan kelenjar pituitari.

    Ia dilepaskan sebagai respon terhadap rasa sakit untuk menurunkan transmisi sinyal rasa sakit ke otak dan meningkatkan perasaan nyaman dan bahagia.

    Bukan cuma itu, jenis neurotransmitter ini juga dilepaskan saat seseorang baru saja melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga.

    Adapun terlalu banyak endorfin mungkin dapat menyebabkan kecanduan olahraga. Sementara kekurangan endorfin bisa mengakibatkan depresi, sakit kepala, kecemasan, perubahan suasana hati, dan fibromyalgia.

    6. Adenosin

    Adenosin adalah sejenis neuromodulator yang berfungsi menekan gairah dan memperbaiki siklus tidur. Jenis neurotransmitter ini umumnya ditemukan di bagian otak hippocampus.

    Jika adenosin terlalu rendah, kondisi ini dapat menyebabkan kecemasan dan kesulitan tidur.

    Kondisi ini bisa terjadi bila Anda terlalu banyak mengonsumsi kafein. Pasalnya, kafein diketahui bekerja dengan menghambat adenosin dalam tubuh, sehingga siklus tidur bisa terganggu.

    7. GABA

    Gamma-aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmitter yang terletak di banyak area otak, baik itu hippocampus, talamus, ganglia basal, hipotalamus, dan batang otak.

    Fungsi utama dari GABA adalah mengatur kecemasan, penglihatan, dan kontrol motorik.

    Oleh karena itu, kekurangan GABA sering terkait dengan kontrol impuls yang buruk dan menjadi penyebab dari kejang.

    Bukan cuma itu, gangguan bipolar juga sering terkait dengan kekurangan GABA dalam tubuh. Sementara bila GABA berlebih, kondisi ini bisa menyebabkan tidur berlebihan dan kurang energi.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Carla Pramudita Susanto

    General Practitioner · Klinik Laboratorium Pramita


    Ditulis oleh Ihda Fadila · Tanggal diperbarui 27/10/2022

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan