Setiap manusia memiliki miliaran sel saraf (neuron) di dalam otaknya. Sel-sel di dalam sistem saraf ini perlu berkomunikasi satu sama lain untuk dapat mengontrol berbagai fungsi tubuh. Adapun komunikasi ini bisa terjadi berkat peran dari neurotransmitter.
Apa itu neurotransmitter?
Neurotransmitter adalah senyawa kimia dalam tubuh yang berfungsi untuk membawa dan mengirimkan sinyal atau pesan antar neuron atau dari neuron ke berbagai jaringan tubuh, seperti otot.
Pengiriman pesan ini memungkinkan otak untuk menjalankan fungsinya dengan baik, meningkatkan dan menyeimbangkan sinyal di otak, serta membantu mengelola respons otomatis tubuh.
Respons otomatis tubuh misalnya pernapasan dan detak jantung. Selain itu, senyawa kimia ini berperan dalam fungsi psikologis, seperti proses belajar, suasana hati, ketakutan, hingga kebahagiaan.
Neurotransmitter itu sendiri pertama kali ditemukan oleh seorang ilmuwan Austria bernama Otto Loewi pada 1921.
Ia menemukan proses pelepasan zat kimia pada tubuh katak, yang kini disebut dengan asetilkolin.
Bagaimana neurotransmitter bekerja?
Neuron tidak melakukan kontak langsung dengan neuron lainnya. Di antara neuron-neuron, ada celah yang sangat kecil yang disebut dengan sinapsis. Di sinapsis ini neurotransmitter berperan.
Apa perannya? Neurotransmitter dapat melintasi celah sinapsis untuk membawa pesan dari dan ke sel saraf di sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).
Bagaimana prosesnya? Ketika pesan berada di ujung neuron, neuron memicu pelepasan neurotransmitter agar dapat membawa pesan tersebut melintasi sinapsis menuju neuron berikutnya.
Neuron lainnya yang menjadi target kemudian mengambil pesan tersebut. Adapun proses ini dikenal juga dengan neurotransmisi.
Klasifikasi neurotransmitter
Neurotransmitter terbagi ke dalam tiga kelompok tergantung pada bagaimana ia memengaruhi neuron. Berikut adalah ketiga kelompok tersebut.
1. Excitatory neurotransmitter
Kelompok ini memiliki efek excitatory atau stimulus (rangsangan) pada neuron. Ini merangsang atau mendorong neuron untuk melakukan aksi.
Adapun contoh dari kelompok ini, yaitu epinefrin dan norepinefrin.
2. Inhibitory neurotransmitter
Kelompok ini berkebalikan dengan excitatory. Jika excitatory merangsang, inhibitory justru menghambat neuron untuk melakukan aksi.
Adapun contoh dari kelompok ini, yaitu GABA dan endorfin.
3. Modulatory neurotransmitter
Disebut juga dengan neuromodulator, kelompok ini dapat memengaruhi banyak neuron pada saat yang sama.
Kelompok ini bekerja sama dengan neurotransmitter lainnya untuk mengaktifkan atau menghambat neuron. Adapun contoh dari kelompok ini, yaitu serotonin dan dopamin.
Berbagai jenis neurotransmitter
Ada banyak jenis neurotransmitter yang ada di dalam tubuh setiap manusia. Melansir laman Simply Psychology, ada lebih dari 50 jenis senyawa kimia ini.
Semua jenis ini terbagi ke dalam beberapa kategori, yaitu monoamina, asam amino, peptida, purin, dan asetilkolin.
Dari jenis-jenis tersebut, beberapa di antaranya mungkin sudah tak asing di telinga Anda. Berikut adalah beberapa jenis neurotransmitter yang perlu Anda pahami perannya.
1. Asetilkolin
Seperti penjelasan sebelumnya, asetilkolin adalah neurotransmitter pertama yang ditemukan.
Jenis ini berperan dalam sistem saraf perifer, di mana ia dilepaskan oleh neuron motorik untuk membantu mengontrol gerakan otot.
Selain itu, asetilkolin memainkan peran penting dalam sistem saraf pusat untuk menjaga fungsi kognitif, termasuk memori dan pembelajaran.
Adapun masalah pada asetilkolin sering terkait dengan gangguan memori dan belajar serta berhubungan dengan demensia dan penyakit Alzheimer.
2. Serotonin
Anda mungkin sering mendengar hormon serotonin. Faktanya, selain sebagai hormon, serotonin berperan sebagai neurotransmitter.
Serotonin diproduksi dalam saluran pencernaan sebagai respon terhadap makanan.
Namun, serotonin juga diproduksi di batang otak untuk mengatur suasana hati, kecemasan, nafsu makan, kontrol rasa sakit, dan siklus tidur.
Adapun ketidakseimbangan serotonin sering terkait dengan banyak gangguan mental, seperti depresi, kecemasan, hingga pikiran untuk bunuh diri.
3. Epinefrin
Jenis neurotransmitter dan hormon ini lebih dikenal dengan adrenalin. Ini adalah hormon stres yang dilepaskan ke aliran darah melalui kelenjar adrenal.
Adapun pelepasan adrenalin yang terlalu banyak dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, kecemasan, insomnia, hingga peningkatan risiko stroke.
Sementara bila pelepasan epinefrin terlalu sedikit, penderitanya sering kali tidak mampu bereaksi dengan tepat dalam situasi stres atau tekanan serta berkurangnya kegembiraan.
4. Dopamin
Dopamin adalah jenis neurotransmitter yang diproduksi di bagian otak bernama substantia nigra, ventral tegmental area, dan hipotalamus. Ini berfungsi untuk mengontrol motorik, penghargaan, dan motivasi.
Dopamin yang berlebih dapat mengakibatkan perilaku kompetitif, agresi, atau bahkan kecanduan. Sementara dopamin yang kurang sering menimbulkan depresi.
Terkait dengan kontrol gerakan, kekurangan dopamin sering dikaitkan dengan penyakit Parkinson yang menimbulkan gangguan motorik dan tremor.
5. Endorfin
Endorfin diproduksi oleh hipotalamus dan kelenjar pituitari.
Neurotransmitter ini dilepaskan sebagai respons terhadap rasa nyeri untuk menurunkan transmisi sinyal rasa sakit ke otak dan meningkatkan perasaan nyaman dan bahagia.
Bukan cuma itu, jenis ini dilepaskan saat seseorang baru saja melakukan aktivitas fisik, seperti olahraga.
Adapun terlalu banyak endorfin mungkin dapat menyebabkan kecanduan olahraga. Sementara kekurangan endorfin bisa mengakibatkan depresi, sakit kepala, kecemasan, perubahan suasana hati, dan fibromyalgia.
6. Adenosin
Adenosin adalah sejenis neuromodulator yang berfungsi menekan gairah dan memperbaiki siklus tidur. Jenis ini umumnya ditemukan di bagian otak hippocampus.
Jika adenosin terlalu rendah, kondisi ini dapat menyebabkan kecemasan dan kesulitan tidur.
Kondisi ini bisa terjadi bila Anda terlalu banyak mengonsumsi kafein. Pasalnya, kafein diketahui bekerja dengan menghambat adenosin dalam tubuh, sehingga siklus tidur bisa terganggu.
7. GABA
Gamma-aminobutyric acid (GABA) adalah neurotransmitter yang terletak di banyak area otak, baik itu hippocampus, talamus, ganglia basal, hipotalamus, dan batang otak.
Fungsi utama dari GABA adalah mengatur kecemasan, penglihatan, dan kontrol motorik.
Oleh karena itu, kekurangan GABA sering terkait dengan kontrol impuls yang buruk dan menjadi penyebab dari kejang.
Bukan cuma itu, gangguan bipolar juga sering terkait dengan kekurangan GABA dalam tubuh. Sementara bila GABA berlebih, kondisi ini bisa menyebabkan tidur berlebihan dan kurang energi.
8. Substansi P
Neurotransmitter yang meningkatkan rasa nyeri dikenal sebagai substansi P.
Substansi P adalah neuropeptida yang berperan penting dalam transmisi sinyal nyeri di sistem saraf pusat dan perifer.
Ketika terjadi cedera atau peradangan, substansi P dilepaskan dari ujung saraf, yang kemudian merangsang neuron lain untuk meneruskan sinyal nyeri ke otak.
Kesimpulan
- Neurotransmitter adalah senyawa kimia dalam tubuh yang membawa dan mengirimkan sinyal atau pesan dari neuron ke neuron lain atau ke berbagai jaringan tubuh. Pengiriman sinyal inilah yang memungkinkan otak untuk berfungsi dengan baik.
- Berdasarkan klasifikasinya, senyawa ini terbagi menjadi tiga, yaitu excitatory neurotransmitter, inhibitory neurotransmitter, dan modulatory neurotransmitter.
- Sementara itu, diketahui terdapat 50 jenis neurotransmitter. Beberapa di antaranya, yaitu asetilkolin, serotonin, epinefrin, dopamin, endorfin, adenosin, GABA, dan substansi P.
[embed-health-tool-bmi]