Setiap orang pasti pernah stres, entah itu karena permasalahan dengan pasangan, tekanan di pekerjaan, dan masih banyak lagi. Meski penyebab stres berasal dari luar, kondisi ini bisa memicu respon biologis dengan terbentuknya berbagai hormon.
Ditinjau secara medis oleh dr. Tania Savitri · General Practitioner · Integrated Therapeutic
Setiap orang pasti pernah stres, entah itu karena permasalahan dengan pasangan, tekanan di pekerjaan, dan masih banyak lagi. Meski penyebab stres berasal dari luar, kondisi ini bisa memicu respon biologis dengan terbentuknya berbagai hormon.
Lantas, hormon apa saja yang diproduksi tubuh saat sedang stres? Lalu, apa fungsi hormon tersebut? Simak ulasan berikut untuk jawabannya.
Laman Harvard Health Publishing menyebutkan bahwa, saat stres bagian otak yang bertugas untuk memproses emosional (amigdala) akan mengirimkan sinyal ke hipotalamus.
Hipotalamus ini kemudian akan mengaktifkan sistem saraf simpatik untuk memicu respon fight or flight.
Selain sistem saraf simpatik, hipotalamus juga mengirim sinyal ke kelenjar adrenal. Dari sinilah tubuh akan menghasilkan hormon epinefrin atau adrenalin.
Ketika kadar adrenalin berkurang, hipotalamus akan kembali merangsang pelepasan hormon kortisol dan norepinefrin.
Proses pelepasan hormon yang rumit ini mungkin tidak Anda sadari karena berlangsung sangat cepat.
Namun, sebenarnya proses tersebut kerap menimbulkan efek pada tubuh. Supaya lebih jelas, simak penjelasan tentang masing-masing hormon berikut.
Banyak orang yang ketika stres akan mengalami peningkatan detak jantung, keringat berlebih, dan upaya melarikan diri ke tempat yang lebih aman. Tanpa disadari, ini semua merupakan efek dari produksi hormon adrenalin.
Saat stres, jantung akan bekerja lebih keras sehingga Anda bisa lebih waspada. Kondisi ini biasanya juga disertai dengan pelebaran saluran udara sehingga Anda bernapas lebih cepat.
Hormon adrenalin juga bisa meningkatkan kadar gula darah karena tubuh Anda membutuhkan energi yang mencukupi untuk melawan stres.
Hormon yang juga dikenal dengan epinefrin ini juga akan mengurangi kemampuan tubuh dalam merasakan sakit. Inilah alasan mengapa Anda tetap bisa berlari di saat terdesak meski tubuh sudah terluka.
Meski dibutuhkan untuk melawan stres, produksi hormon adrenalin secara berlebihan bisa membahayakan tubuh.
Kelebihan adrenalin bisa membuat Anda pusing, gelisah, mudah tersinggung, hingga mengalami gangguan penglihatan.
Sementara itu, kelebihan hormon adrenalin dalam jangka panjang bahkan bisa meningkatkan risiko insomnia hingga gangguan jantung.
Melansir dari laman Cleveland Clinic, pelepasan kortisol yang dilakukan oleh kelenjar adrenal saat stres akan meningkatkan energi dalam tubuh dengan cara merangsang pelepasan glukosa dari hati.
Energi tambahan tersebut memang dibutuhkan untuk menghadapi stres.
Selain itu, kortisol juga bisa meningkatkan sistem kekebalan sehingga mencegah peradangan pada tubuh.
Namun, jika tubuh Anda terus memproduksi kortisol, kondisi ini justru bisa menyebabkan peradangan dan melemahnya sistem imun.
Kelebihan kortisol kerap ditandai dengan peningkatan berat badan, jerawat, jadwal menstruasi berantakan, dan berbagai masalah kulit.
Reseptor hormon yang produksinya dikendalikan oleh sumbu HPA (hipotalamus, pituitari, dan adrenalin) ini menyebar ke sebagian besar sel tubuh.
Oleh karena itu, wajar bila perubahan hormon kortisol bisa berpengaruh terhadap berbagai fungsi organ, termasuk pencernaan, peredaran darah, dan masih banyak lagi.
Hormon ini juga berperan penting dalam mendukung perkembangan janin pada ibu hamil.
Noradrenalin atau norepinefrin juga termasuk salah satu hormon yang dilepaskan oleh kelenjar adrenalin saat Anda stres.
Salah satu fungsi hormon norepinefrin adalah menyempitkan pembuluh darah sehingga tekanan darah saat stres tetap stabil.
Sama seperti adrenalin, peningkatan hormon norepinefrin juga membuat Anda lebih waspada dan bergairah.
Hormon ini juga memicu pupil mata supaya membuka semakin melebar sehingga lebih banyak cahaya masuk. Dengan begitu, Anda bisa melihat sekeliling secara lebih jelas.
Pelepasan hormon norepinefrin juga akan membantu meningkatkan tekanan darah, memecah lemak, dan meningkatkan kadar gula darah untuk memberi tubuh lebih banyak energi.
Meski memiliki berbagai manfaat, kelebihan norepinefrin erat kaitannya dengan risiko depresi, gangguan kecemasan, hingga gangguan stres pasca-trauma.
Kelebihan noradrenalin saat stres juga menyebabkan perasaan euforia, serangan panik, hingga risiko tekanan darah tinggi.
Pada dasarnya, fungsi hormon kortisol, adrenalin, dan norepinefrin memang sama karena ketiganya berfungsi untuk melawan stres dalam tubuh.
Meski berfungsi untuk melawan, produksi hormon ini tetap tidak boleh berlebihan. Artinya, stres seharusnya hanya bersifat sementara dan tidak bertahan lama.
Setiap orang tentu memiliki cara yang berbeda untuk menghilangkan stres. Namun, jika stres terjadi berulang kali hingga Anda kewalahan menghadapinya, cobalah untuk berkonsultasi ke psikolog atau psikiater.
Catatan
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar