Kanker payudara merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian tertinggi di Indonesia. Salah satu cara mencegah penyakit ini yaitu dengan memahami apa penyebab kanker payudara dan menghindari faktor risikonya.
Apa penyebab kanker payudara?
Kanker payudara disebabkan pertumbuhan sel-sel abnormal (sel kanker) yang tidak terkontrol pada jaringan payudara.
Awalnya, sel kanker ini merupakan sel normal. Namun, mutasi DNA mengubah sel normal tadi menjadi sel kanker.
Sel kanker membelah lebih cepat daripada sel normal. Kondisi tersebut menyebabkan penumpukan sel yang kemudian membentuk benjolan tumor ganas pada payudara.
Jika tak segera ditangani, sel kanker bisa menyebar melalui payudara ke kelenjar getah bening. Sel mematikan ini juga berpotensi menyerang bagian tubuh Anda yang lain.
Sebenarnya, penyebab mutasi DNA yang membentuk sel kanker tidak diketahui secara pasti. Meski begitu, beberapa faktor diduga berperan dalam perkembangannya.
Faktor risiko kanker payudara
Beragam faktor dapat meningkatkan risiko Anda untuk terserang kanker payudara. Peningkatan risiko bisa dipengaruhi faktor keturunan, lingkungan, hingga pola hidup yang tidak sehat.
Berikut sejumlah faktor risiko kanker payudara yang perlu diwaspadai.
1. Memiliki anggota keluarga dengan penyakit kanker payudara
Risiko kanker payudara akan meningkat 2–3 kali jika Anda memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit serupa. Ini berkaitan dengan mutasi gen BRCA1 dan BRCA2 turunan dari orangtua.
BRCA1 dan BRCA2 merupakan gen penekan tumor yang berfungsi mengontrol pertumbuhan sel abnormal. Mutasi pada gen ini akan menyebabkan munculnya sel kanker.
2. Hormon estrogen dan progesteron berlebih dalam tubuh
Hormon estrogen dan progesteron mempunyai peranan penting dalam aktivitas seksual. Namun, jumlahnya yang berlebihan ternyata dapat berbahaya bagi tubuh.
Menurut National Cancer Institute, wanita dengan kadar hormon estrogen dan progesteron tinggi lebih berisiko terkena kanker payudara.
Pasalnya, produksi hormon yang berlebihan dapat meningkatkan risiko perkembangan sel secara abnormal.
3. Efek pengobatan tertentu
Paparan radiasi, seperti penggunaan sinar-X dan CT scan, dapat meningkatkan risiko kanker jenis ini. Terlebih jika pemeriksaan dilakukan pada anak-anak atau orang dewasa muda.
Selain itu, terapi hormon untuk meringankan gejala menopause juga bisa berkontribusi dalam perkembangan kanker. Peningkatan risiko umumnya terlihat setelah empat tahun terapi.
Terapi hormon juga meningkatkan kemungkinan kanker ditemukan pada stadium kanker payudara lanjut. Risikonya baru akan menurun lima tahun setelah terapi dihentikan.
4. Kebiasaan merokok
Merokok meningkatkan risiko kanker payudara pada orang usia muda dan wanita premenopause. Kebiasaan ini juga bisa meningkatkan risiko komplikasi saat proses pengobatan kanker payudara, seperti:
- kerusakan paru-paru akibat terapi radiasi,
- sulitnya penyembuhan pasca-operasi dan rekonstruksi payudara, serta
- tingginya risiko penggumpalan dara selama terapi hormon.
5. Kelebihan berat badan
Obesitas merupakan salah satu faktor risiko kanker payudara, terutama pada wanita usia lanjut atau pascamenopause. Kondisi ini membuat kadar hormon estrogen tubuh menjadi berlebih.
Tingginya kadar estrogen dapat meningkatkan risiko kanker payudara. Pada sebuah penelitian terbitan jurnal BMJ Open, disebutkan bahwa risiko kanker ini meningkat 33% pada wanita usia 20–60 tahun yang obesitas.
6. Malas bergerak
Aktivitas fisik yang kurang berkaitan dengan bertambahnya berat badan dan indeks massa tubuh. Peningkatan berat badan sendiri berkaitan dengan risiko kanker payudara.
Untuk mengatasinya, pastikan anda berolahraga secara rutin paling tidak 30 menit per hari. Tak perlu olahraga berat, Anda bisa memulainya dengan latihan ringan seperti jogging atau berenang.
7. Pola makan tidak sehat
Makanan penyebab kanker payudara umumnya mengandung lemak jenuh, lemak trans, gula, pengawet, atau natrium (garam) yang tinggi. Minuman seperti alkohol juga bisa menjadi penyebabnya.
Pola makan yang tidak sehat juga dapat menyebabkan kekurangan asam folat. Padahal, asupan zat gizi ini membantu menurunkan risiko kanker payudara pada wanita yang sudah menopause.
8. Jenis kelamin wanita
Pria juga bisa mengalami kanker payudara. Meski begitu, risiko penyakit ini memang jauh lebih tinggi pada wanita.
Peningkatan risiko ini disebabkan oleh tingginya jumlah hormon estrogen dan progesteron pada wanita. Saat jumlahnya berlebihan, Anda lebih berisiko mengalami jenis kanker ini.
9. Bekerja di malam hari
Bekerja di malam hari meningkatkan risiko Anda terkena kanker payudara. Pasalnya, kebiasaan tersebut dapat mengurangi jumlah hormon melatonin dalam tubuh Anda.
Ketika jumlah melatonin dalam tubuh di bawah normal, pertumbuhan sel kanker diduga menjadi lebih pesat. Hormon melatonin yang rendah pun sering dijumpai pada pengidap kanker payudara.
10. Menstruasi pada usia muda dan menopause terlambat
Wanita yang mengalami menstruasi sebelum berusia 12 tahun lebih berisiko terkena kanker payudara. Peningkatan risiko juga terjadi saat Anda baru masuk masa menopause setelah usia 55 tahun.
Kedua faktor tersebut diketahui dapat meningkatkan kadar hormon estrogen dalam tubuh. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hormon ini memiliki peran dalam peningkatan risiko kanker payudara.
11. Tidak pernah atau melahirkan di usia lebih dari 30 tahun
Tidak pernah melahirkan membuat kadar estrogen dalam tubuh Anda tinggi. Kondisi ini juga bisa terjadi apabila wanita melahirkan setelah berusia 30 tahun.
Kadar hormon estrogen yang berlebihan dapat meningkatkan perkembangan sel kanker. Salah satu upaya pencegahan yang bisa dilakukan yaitu mengupayakan kelahiran di bawah usia 30 tahun.
12. Penggunaan kontrasepsi hormonal
Dalam studi yang dirilis The New England Journal of Medicine, pemakaian alat kontrasepsi hormonal, baik pil maupun spiral (IUD), bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker payudara.
Meski begitu, peningkatan risiko juga tergantung faktor lainnya, seperti usia dan kesehatan secara umum. Anda sebaiknya berkonsultasi ke dokter sebelum memakai alat kontrasepsi ini.
Mencegah kanker payudara bisa dilakukan dengan menjauhi faktor risikonya. Namun, tindakan ini tidak bisa melindungi Anda sepenuhnya dari penyakit kanker.
Untuk mendeteksi kanker sejak dini, lakukan pemeriksaan rutin ke dokter. Pemeriksaan dengan metode mamografi atau USG payudara akan digunakan untuk membantu diagnosis.
Pengobatan kanker sedini mungkin meningkatkan potensi kesembuhan. Maka dari itu, jangan takut untuk memeriksakan diri ke dokter jika mendapati gejala kanker pada diri Anda.
[embed-health-tool-bmi]