Kemoterapi merupakan salah satu pengobatan utama untuk pengidap kanker payudara. Kemoterapi efektif mematikan dan menghilangkan sel kanker pada payudara agar tidak kembali lagi.
Namun, cukup banyak wanita yang ragu menjalani perawaran ini karena risiko efek samping yang mungkin timbul. Benarkah selalu begitu? Baca selengkapnya di sini.
Apa itu kemoterapi kanker payudara?
Kemoterapi adalah pengobatan kanker menggunakan obat-obatan khusus yang bertujuan untuk mematikan sel kanker, dalam hal ini kanker payudara.
Obat kemoterapi biasanya disuntikkan ke pembuluh darah melalui jarum, infus, atau kateter pada tangan atau pergelangan tangan. Port kateter juga mungkin akan ditanamkan pada dada sebelum pengobatan dimulai.
Tidak semua wanita pengidap kanker payudara langsung membutuhkan kemoterapi. Biasanya, prosedur ini akan direkomendasikan pada kondisi dan waktu-waktu tertentu sebagai berikut.
1. Setelah operasi (kemoterapi adjuvant)
Kemoterapi biasanya dibutuhkan setelah operasi untuk membunuh sel kanker yang mungkin tertinggal atau menyebar, tetapi tidak terlihat dalam tes pencitraan. Jika dibiarkan tumbuh, sel kanker bisa membentuk tumor baru pada bagian tubuh yang lain.
Selain itu, prosedur ini juga bisa menurunkan risiko kanker payudara untuk tumbuh kembali. Kemoterapi biasanya diberikan untuk Anda yang berisiko tinggi terkena kanker berulang, atau jika sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh lain.
2. Sebelum operasi (kemoterapi neoadjuvant)
Kemoterapi juga biasanya dilakukan sebelum operasi kanker payudara untuk mengecilkan ukuran tumor. Dengan demikian, operasi pengangkatan tumor akan menjadi lebih mudah.
Kemoterapi neoadjuvant juga bisa membantu dokter melihat bagaimana kanker merespons obat yang diberikan. Jika rangkaian kemoterapi pertama tidak mengecilkan tumor payudara, tandanya Anda butuh obat lain yang lebih kuat.
3. Kanker payudara stadium lanjut
Kemoterapi biasa dilakukan untuk kasus kanker yang telah menyebar ke jaringan lain, seperti ketiak. Biasanya, kemoterapi dilakukan bersamaan dengan pengobatan kanker payudara lain, yaitu terapi target.
Namun, kemoterapi pada kanker stadium lanjut dilakukan bukan untuk menyembuhkan, tetapi meningkatkan kualitas hidup dan memperpanjang angka harapan hidup pasien.
Obat-obatan yang digunakan
Kemoterapi kanker payudara paling efektif jika ada beberapa kombinasi obat yang digunakan. Beberapa jenis obat yang biasanya diberikan dalam kemoterapi, yakni:
- antrasiklin seperti doksorubisin dan epirubisin,
- taxanes, seperti paklitaksel dan dosetaksel,
- 5-fluorourasil (5-FU),
- siklofosfamid, dan
- karboplatin,
Biasanya dokter paling sering mengombinasikan 2–3 jenis obat dalam satu regimen kemoterapi.
Sementara untuk kanker yang sudah memasuki stadium lanjut, obat kemoterapi yang digunakan meliputi:
- taxanes, seperti paklitaksel, dosetaksel, dan paklitaksel yang terikat albumin,
- antrasiklin (doksorubisin, liposomal doksorubicin pegilasi, dan epirubisin),
- agen Platinum,
- vinorelbin,
- kapesitabin,
- gemsitabin,
- ixabepilone, dan
- eribulin.
Meski kombinasi obat sering digunakan, kanker payudara stadium lanjut lebih sering diobati dengan kemoterapi tunggal. Namun, masih ada kemoterapi dengan kombinasi obat, seperti paklitaksel plus karboplatin untuk mengobati kanker payudara lebih lanjut.
Untuk kanker payudara HER2-positif, dokter akan memberikan satu atau lebih obat yang menargetkan HER2 untuk dikombinasikan dengan kemoterapi.
Persiapan sebelum kemoterapi kanker payudara
Sebelum menjalani kemo kanker payudara, Anda mungkin perlu melakukan tes darah dan beberapa tes lainnya untuk memastikan prosedur pengobatan ini aman dilakukan.
Dokter juga akan memeriksa tinggi dan berat badan serta kondisi kesehatan Anda secara umum untuk menentukan dosis obat.
Dilansir dari Cancer Research UK, tes darah akan dilakukan beberapa hari sebelum atau pada hari yang sama saat kemoterapi dimulai. Tes darah juga akan dilakukan di setiap siklus kemoterapi sebelum perawatan dimulai.
Tes-tes ini diperlukan untuk memeriksa fungsi hati, ginjal, dan jantung Anda. Jika masalah muncul pada organ-organ tersebut, perawatan kemoterapi mungkin saja ditunda atau dokter akan memilih obat dan dosis kemoterapi yang sesuai dengan kondisi Anda.
Pengobatan kanker bisa memengaruhi sel sehat, seperti sel darah putih, trombosit, dan sel darah merah. Oleh karena itu, Anda perlu menjaga tubuh tetap fit sebelum dan setelah kemoterapi untuk meminimalisasi efek sampingnya dengan cara berikut.
- Istirahat yang cukup dan teratur.
- Tetap aktif dan rutin melakukan olahraga yang cocok untuk pasien kanker payudara.
- Mengonsumsi makanan untuk kanker payudara, terutama buah dan sayur.
- Mengelola stres dengan melakukan berbagai hal yang Anda sukai.
- Menghindari infeksi, seperti flu, dengan memakai masker serta rajin cuci tangan.
Sebelum melakukan kemoterapi, Anda juga perlu memberi tahu dokter mengenai obat dan suplemen yang sedang diminum. Ini karena obat-obatan tertentu bisa mengganggu kerja obat kemoterapi.
Selain melakukan hal yang berkaitan dengan kondisi tubuh, dokter juga akan memberikan formulir untuk ditandatangani. Formulir ini biasanya berisi kesediaan Anda untuk mengikuti kemoterapi berikut penjelasan tentang manfaat dan risikonya.
Selain itu, dokter atau perawat juga akan memberi tahu makanan dan minuman apa saja yang boleh dan tidak boleh tidak dikonsumsi selama menjalani kemoterapi.
Berapa lama kemoterapi kanker payudara dilakukan?
Kemoterapi kanker payudara biasanya mencakup rangkaian pengobatan yang bisa terdiri dari 4–8 siklus. Setiap siklus bisa berlangsung selama 2–3 minggu. Jadwal pemberian obatnya pun tergantung pada jenis dan dosis obat yang digunakan.
Sebagai contoh, obat kemoterapi mungkin hanya diberikan pada hari pertama siklus dalam beberapa hari selama berturut-turut atau seminggu sekali, sedangkan sisa harinya digunakan untuk masa pemulihan dari efek obat.
Setelah siklus pertama selesai, siklus selanjutnya akan dimulai dengan kemungkinan jadwal yang berulang.
Setiap hendak memulai siklus baru, dokter akan memeriksa kondisi Anda dan seberapa baik pengobatan sebelumnya bekerja. Dokter kemudian dapat menyesuaikan rencana pengobatan selanjutnya agar proses pemulihannya lancar.
Pada umumnya, satu rangkaian kemoterapi bisa berlangsung selama 3–6 bulan, atau lebih lama, tergantung stadium kanker payudara Anda.
Apa yang perlu dilakukan setelah kemoterapi?
Setelah kemoterapi kanker payudara, dokter akan meminta Anda untuk rutin memeriksakan diri setiap 3–6 bulan. Hal ini dilakukan untuk memantau kondisi dan efek samping jangka panjang yang Anda alami.
Dokter juga akan terus memantau keberadaan sel kanker, termasuk apakah terdapat tanda-tanda kanker muncul kembali.
Saat berkonsultasi, umumnya dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, termasuk bila gejala kanker payudara kembali terlihat. Anda juga disarankan menjalani mamografi setiap tahunnya atau tes kanker payudara lainnya bila dibutuhkan.
Jika merasa ada gejala tidak biasa, Anda bisa mencatatnya untuk kemudian dilaporkan ke dokter yang bersangkutan. Jangan sungkan untuk memeriksakan diri ke dokter jika Anda menemukan berbagai gejala yang mengkhawatirkan selama pemulihan kemoterapi kanker payudara.
Efek samping kemoterapi yang paling sering terjadi
Kemoterapi kanker payudara memiliki beberapa efek samping umum. Efek samping tergantung pada jenis dan dosis obat yang Anda terima, lamanya pengobatan, serta kesehatan Anda secara keseluruhan, termasuk bagaimana respons tubuh Anda terhadap obat-obatan.
Efek samping yang dirasakan setiap pasien pun mungkin berbeda meski mendapatkan regimen yang sama.
Sebagian besar efek samping kemoterapi bersifat sementara dan mereda setelah perawatan selesai. Namun, dalam beberapa kasus, kemoterapi dapat memberi efek jangka panjang atau permanen.
Efek samping jangka pendek
Efek samping jangka pendek hampir pasti dirasakan oleh semua orang yang menjalani kemoterapi, termasuk untuk kanker payudara. Obat-obatan kemo kanker payudara akan menyebar ke seluruh tubuh sehingga umumnya ikut merusak sel sehat lain yang ada di tubuh.
Secara umum, kemoterapi dapat memberikan berbagai efek berikut.
- Rambut rontok.
- Kelelahan, karena jumlah sel darah merah yang rendah.
- Kehilangan selera makan.
- Mual dan muntah.
- Sembelit atau diare.
- Luka pada mulut.
- Kuku lebih rapuh.
- Risiko infeksi meningkat karena sel darah putih yang melawan infeksi lebih sedikit.
- Kerusakan saraf atau neuropati, seperti tangan dan kaki mati rasa, nyeri, kesemutan, sensitif terhadap dingin atau panas, serta lemah.
- Masalah dengan fungsi kognitif yang memengaruhi daya ingat dan konsentrasi.
- Mudah memar atau pendarahan karena jumlah trombosit yang rendah.
- Mata kering, merah, atau gatal, mata berair, atau penglihatan kabur.
Selalu ceritakan pada dokter mengenai efek samping yang Anda rasakan. Jika efeknya sudah terasa terlalu parah, dokter akan memberikan obat penawar untuk meminimalisasi efek samping.
Efek samping jangka panjang
Obat kemoterapi untuk kanker payudara juga bisa menyebabkan berbagai efek samping jangka panjang sebagai berikut.
Osteopenia dan osteoporosis
Wanita yang mengalami menopause dini karena kemoterapi kanker payudara berisiko tinggi mengalami pengeroposan tulang. Pengeroposan tulang merupakan faktor penyebab osteopenia (rendahnya kepadatan tulang) dan osteoporosis.
Kerusakan jantung
Kemoterapi berisiko melemahkan otot jantung dan menyebabkan masalah jantung lainnya. Meski risikonya kecil, Anda tetap perlu waspada dan memeriksakan diri ke dokter jika ada gejala tidak biasa pada jantung.
Leukemia
Kemoterapi juga bisa memicu kemunculan kanker lain, seperti leukemia. Kondisi ini kerap muncul beberapa tahun setelah pengobatan selesai.
Selain berbagai keluhan fisik, kemoterapi untuk kanker payudara juga bisa memunculkan masalah mental serius. Kecemasan hingga depresi sering kali jadi masalah mental yang dialami oleh para pengidap kanker payudara.
Untuk itu, berkonsultasi ke psikolog atau bergabung dengan kelompok pengidap kanker payudara bisa jadi solusi yang patut dicoba.
Selain itu, kemoterapi dapat memengaruhi kesuburan pasien. Maka dari itu, Anda pun perlu selalu berkonsultasi dengan dokter bila memiliki rencana kehamilan.
[embed-health-tool-bmi]