Sistem saraf berperan mengatur semua fungsi tubuh. Jika terjadi kerusakan pada saraf, berbagai gejala bisa timbul, yang kemudian dikenal dengan istilah neuropati. Ketahui penjelasan soal gangguan saraf ini melalui ulasan berikut.
Ditinjau secara medis oleh dr. Nona Suci Rahayu, Sp. N · Neurologi · Tirtana Medikal Klinik
Sistem saraf berperan mengatur semua fungsi tubuh. Jika terjadi kerusakan pada saraf, berbagai gejala bisa timbul, yang kemudian dikenal dengan istilah neuropati. Ketahui penjelasan soal gangguan saraf ini melalui ulasan berikut.
Neuropati adalah sebutan umum untuk nyeri atau kerusakan pada saraf. Kondisi ini dapat memengaruhi sebagian atau seluruh bagian saraf-saraf yang ada di tubuh.
Neuropati bisa disebabkan oleh kondisi medis tertentu, saraf terjepit, maupun cedera.
Namun, kondisi ini dapat pula terjadi akibat faktor lainnya, seperti kurang vitamin B kompleks, stres, serta riwayat penyakit penyerta diabetes maupun hipertensi yang sudah lama.
Dalam dunia medis, ada lebih dari 100 jenis kerusakan saraf. Namun secara garis besar, neuropati dapat dibagi menjadi lima jenis, yaitu neuropati perifer, proksimal, kranial, otonom, dan fokal.
Setiap jenis neuropati memiliki gejala dan penyebab yang berbeda-beda.
Neuropati adalah kondisi kesehatan yang sangat umum terjadi. Penderitanya berasal dari segala golongan usia. Namun biasanya orang berusia lanjut lebih berisiko terkena kondisi ini.
Neuropati juga sering ditemukan pada pengidap diabetes. Melansir Mayo Clinic, sebanyak 50% pasien diabetes mengalami neuropati diabetik, yaitu salah satu komplikasi diabetes.
Kondisi ini juga lebih sering menyerang pasien wanita dibanding pria. Selain itu, orang-orang dengan pekerjaan yang sering melakukan gerakan repetitif (berulang-ulang) lebih mudah terkena kondisi ini.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, neuropati dibagi menjadi lima jenis secara umum. Pembagian ini berdasarkan pada saraf bagian mana yang mengalami kerusakan.
Berikut adalah kelima jenis neuropati yang paling umum.
Jenis ini adalah yang paling sering terjadi pada pasien. Kondisi ini diakibatkan oleh kerusakan pada sistem saraf di otak dan tulang belakang.
Kerusakan saraf pada bagian tersebut dapat memengaruhi kaki, lengan, tangan, dan jari.
Neuropati perifer dibagi lagi menjadi dua tipe, yaitu mononeuropati dan polineuropati. Mononeuropati menyerang satu saraf perifer, sedangkan polineuropati mengenai seluruh bagian saraf perifer.
Kerusakan saraf jenis proksimal cukup langka dan menyerang saraf di bagian paha, pinggang, dan pantat.
Neuropati proksimal biasanya hanya terjadi pada satu sisi bagian tubuh dan jarang menyebar ke bagian tubuh yang lain.
Neuropati proksimal lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan wanita. Kondisi ini biasanya terjadi pada usia di atas 50 tahun serta memiliki kadar gula darah dan kolesterol (trigliserida) yang tinggi.
Pada neuropati jenis kranial, kerusakan terjadi pada otak atau batang otak. Kerusakan di area tersebut dapat memengaruhi pergerakan mata dan wajah.
Penyakit Bell’s palsy adalah salah satu dari beberapa penyakit yang termasuk jenis neuropati kranial.
Pada jenis ini, kerusakan terjadi pada sistem saraf involunter yang mengatur jantung, sistem ekskresi, sistem pencernaan, suhu tubuh, sirkulasi darah, kelenjar keringat, dan fungsi organ reproduksi.
Neuropati jenis fokal termasuk kelainan saraf yang paling jarang terjadi. Biasanya, kerusakan ditemukan pada saraf-saraf yang berada di pergelangan tangan, kepala, atau kaki, walaupun kadang juga terjadi di saraf bagian punggung, dada, dan mata.
Penyakit yang paling sering dikaitkan dengan neuropati fokal adalah carpal tunnel syndrome (CTS).
Gejala kondisi ini bisa bervariasi, tergantung pada jenis dan lokasi saraf yang terdampak. Gejala neuropati dapat muncul secara tiba-tiba atau yang biasa disebut neuropati akut.
Dalam kasus lain, gejala berkembang seiring berjalannya waktu, yang juga sering disebut neuropati kronis.
Secara umum, kondisi kerusakan saraf memiliki gejala-gejala, seperti:
Apabila dibagi berdasarkan jenis saraf yang terdampak, maka neuropati akan menunjukkan gejala-gejala yang bervariasi seperti di bawah ini.
Saraf otonomik bertugas untuk mengontrol aktivitas tubuh secara tidak sadar atau setengah sadar. Apabila mengalami kerusakan, maka gejala yang mungkin terasa adalah:
Saraf motorik berperan dalam mengontrol pergerakan dan tindakan manusia. Jika mengalami neuropati, maka gejala-gejalanya adalah:
Saraf yang berfungsi untuk menghantarkan rasa sakit dan sensasi lainnya pun dapat mengalami kerusakan, yang ditunjukkan dengan gejala-gejala, seperti:
Beberapa gejala atau tanda lainnya mungkin tidak tercantum di atas. Jika Anda merasakan gejala-gejala yang disebutkan di atas, segera konsultasikan kepada dokter Anda.
Neuropati adalah kondisi yang dapat disebabkan oleh berbagai macam hal. Kerusakan saraf bisa saja disebabkan oleh penuaan, seperti yang sering terjadi pada kasus neuropati perifer.
Di kasus lainnya, kerusakan juga dapat terjadi akibat adanya cedera yang mengakibatkan saraf meregang, terputus, atau terjepit.
Berikut ini adalah beberapa penyebab neuropati yang dapat terjadi.
Beberapa penyakit autoimun yang menyerang sistem saraf dapat menyebabkan neuropati.
Misalnya sindrom Guillain-Barre (kondisi langka di mana sistem imun menyerang saraf perifer), penyakit radang pencernaan, myasthenia gravis, lupus, dan multiple sclerosis.
Sel tumor terkadang dapat masuk dan menekan serat-serat saraf, sehingga bisa memicu kerusakan.
Selain itu, respons sistem imun pasien pengidap kanker juga dapat memengaruhi kerusakan saraf.
Apabila ginjal dan hati bermasalah, darah akan mengandung kadar racun yang lebih banyak dari biasanya. Hal ini dapat berujung pada kerusakan jaringan saraf.
Sebanyak 30 hingga 40% penderita kanker yang menjalani pengobatan kemoterapi dapat mengalami polineuropati.
Terapi radiasi pun juga menunjukkan gejala kerusakan saraf, walaupun dampaknya baru terlihat beberapa bulan atau tahun setelahnya.
Angka pengidap diabetes yang mengalami kerusakan saraf cukup tinggi, mulai dari tingkat kerusakan yang sedang hingga parah pada sistem saraf sensorik, motorik, maupun otonomik.
Cedera serius akibat kecelakaan dapat menyebabkan trauma yang serius dan berujung pada kerusakan sistem saraf.
Mengonsumsi obat-obatan tertentu dan tidak sengaja menelan zat beracun, seperti timbal, arsenik, dan merkuri, juga bisa menyebabkan kerusakan saraf.
Selain itu, merokok dan minum alkohol membiarkan tubuh menerima zat beracun, yang mengakibatkan gejala neuropatik yang parah.
Penyakit yang memengaruhi sistem saraf motorik, termasuk amyotrophic lateral sclerosis (ALS) atau penyakit Lou Gehrig, dapat mengakibatkan kerusakan saraf yang memburuk seiring berjalannya waktu.
Kekurangan nutrisi tertentu, termasuk vitamin B6 dan B12, kemungkinan dapat menimbulkan gejala nyeri dan kerusakan saraf.
Penyakit yang ditularkan melalui virus seperti penyakit Lyme, herpes, HIV, dan hepatitis C dapat merusak sistem saraf pusat dan perifer.
Neuropati adalah penyakit yang dapat menyerang siapa saja. Namun, ada berbagai macam faktor yang meningkatkan kemungkinan Anda terkena penyakit ini.
Berikut merupakan faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan Anda terserang penyakit ini.
Umumnya sulit untuk mendiagnosis penyakit ini secara akurat karena ada banyak jenis dan gejala dari kerusakan saraf.
Biasanya, dokter akan melakukan beberapa macam pemeriksaan dan tes sebagai berikut untuk mendiagnosisnya.
Awalnya, dokter akan menanyakan riwayat kesehatan pasien, termasuk gejala dirasakan, faktor risiko, serta apakah anggota keluarga lain yang pernah terkena penyakit saraf.
Tes fisik dan neurologis juga mungkin dokter lakukan untuk mengidentifikasi penyebab gangguan neuropatik serta tingkat dan jenis kerusakan saraf.
Lewat tes ini, dokter dapat mengetahui adanya penyakit atau masalah kesehatan yang dapat menyebabkan kerusakan saraf, seperti diabetes.
Sampel darah Anda juga mungkin akan diambil untuk mengecek apakah Anda menderita diabetes, kekurangan vitamin, disfungsi ginjal atau hati, gangguan metabolisme tubuh, infeksi, dan aktivitas sistem imun yang tidak normal.
Kemudian, dokter akan melakukan serangkaian tes tambahan apabila ingin mengetahui seberapa parah kerusakan saraf dan apa tindakan yang harus diambil.
Salah satunya, yaitu tes fungsi saraf. Terdapat dua jenis tes fungsi saraf yang dapat dokter lakukan, yaitu:
Ada dua macam tes yang mungkin akan dilakukan oleh dokter, yaitu berikut ini.
Beberapa jenis tes otonom dilakukan untuk kerusakan saraf jenis perifer, salah satunya adalah tes QSAT.
Tes ini bertujuan untuk mengetahui adanya serat saraf yang tidak bekerja dengan normal, terutama pada kasus polineuropati.
Tes radiologi atau pencitraan juga mungkin akan dokter sarankan, seperti berikut ini.
Tergantung pada seberapa parah kerusakan saraf, pengobatan yang Anda perlukan akan bervariasi.
Dalam kasus neuropati yang ringan, dokter akan menganjurkan untuk beristirahat yang cukup dan meresepkan obat-obatan penghilang rasa sakit seperti antidepresan trisiklik dan obat antikejang tertentu.
Berikut adalah beberapa obat-obatan yang sering diresepkan oleh dokter.
Selain itu, dokter juga akan meminta Anda untuk melakukan beberapa hal di bawah ini.
Tergantung jenis dan keparahan cedera, dokter akan membahas metode berbeda untuk memperbaiki saraf dan membuat rencana pengobatan yang cocok bagi Anda.
Kerusakan pada saraf dapat diminimalisir dengan cara mengganti gaya hidup dan melakukan pengobatan rumahan.
Hal ini tidak hanya akan membantu mencegah munculnya gejala-gejala neuropati, tetapi juga menjaga kesehatan tubuh secara menyeluruh.
Gaya hidup dan pengobatan rumahan di bawah ini dapat Anda lakukan untuk mengatasi kerusakan saraf.
Jika ingin bertanya, konsultasikan kepada dokter untuk lebih mengerti solusi terbaik sesuai kondisi Anda.
Catatan
Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.