backup og meta

Penyebab Sakit Perut Saat Puasa dan Cara Mengatasinya

Penyebab Sakit Perut Saat Puasa dan Cara Mengatasinya

Bulan Ramadan merupakan momen yang dinantikan umat Muslim di seluruh dunia. Sayangnya, gangguan terkadang datang saat Anda menjalani puasa, seperti merasakan sakit perut. Apa penyebab sakit perut saat puasa dan bagaimana mengatasinya?

Penyebab sakit perut saat puasa

kondisi penyebab utama sakit perut

Bila melihat dari sisi kesehatan, puasa bermanfaat untuk tubuh. Beberapa di antaranya yakni membantu pembakaran lemak dalam tubuh, memberi waktu untuk regenerasi sel-sel kekebalan tubuh, serta memicu hormon rasa bahagia.

Sayangnya, puasa juga bisa mendatangkan risiko. Metabolisme tubuh manusia bekerja sesuai dengan ritme sirkadian. Ini artinya, metabolisme sudah beradaptasi dengan kebiasaan makan pada waktu siang dan tidur pada waktu malam.

Begitu menjalani puasa, kebiasaan makan pada pagi dan siang hari tidak akan dilakukan. Sehingga, metabolisme saat puasa berubah dan tubuh pun memerlukan waktu untuk adaptasi ulang dengan situasi yang baru.

Akibatnya, timbullah efek samping yang salah satunya yaitu asam lambung naik karena tidak ada makanan atau minuman yang masuk dalam rentang waktu yang cukup panjang. Inilah yang membuat Anda merasakan gejala gangguan pada pencernaan seperti sakit perut.

Kemungkinan risiko tersebut tentu akan lebih tinggi bila Anda memang memiliki masalah pada lambung termasuk dalam produksi asam lambung. Selain itu, kemungkinan lainnya juga dapat meliputi:

Cara mencegah sakit perut saat puasa

berbagi alat makan

Agar sakit perut tak mengganggu ibadah saat puasa Anda, coba lakukan beberapa langkah pencegahan di bawah ini.

1. Makan secukupnya saat sahur dan berbuka puasa

Kebiasaan yang bisa menjadi penyebab sakit perut saat puasa yaitu karena makan berlebihan. Memang, puasa membuat Anda ngidam banyak makanan untuk disantap saat berbuka puasa. Atau, Anda berpikir untuk makan lebih banyak saat sahur agar tidak kelaparan saat puasa nanti.

Hal tersebut justru tidak baik untuk kesehatan Anda. Ketika Anda makan lebih banyak, organ lambung butuh waktu lebih lama untuk memecah makanan dan dapat memicu sakit perut.

Puasa juga membuat sistem pencernaan Anda beradaptasi dengan pola makan yang baru. Ini sebabnya, perut Anda akan kaget menerima banyak makanan setelah kosong selama 13 jam saat berpuasa.

Maka itu, makanlah sewajarnya dengan porsi yang cukup. Awali konsumsi makanan yang ringan terlebih dahulu saat berbuka untuk memudahkan pencernaan Anda bekerja.

Jangan lupa untuk mengunyah makanan Anda secara perlahan sampai benar-benar halus. Menerapkan cara ini juga bisa membantu mencegah Anda terlalu banyak makan.

2. Hindari makanan pedas dan berlemak

Setiap makanan pedas tentu mengandung cabai yang membuat Anda merasakan sensasi panas atau terbakar saat memakannya. Ternyata, hal ini disebabkan kandungan capsaicin pada cabai.

Makanan pedas bukanlah pilihan makanan yang tepat untuk berbuka puasa dan sahur. Pasalnya, kandungan capsaicin pada cabai dapat mengiritasi lambung Anda.

Kebiasaan makan gorengan serta makanan tinggi lemak juga bisa memicu sakit perut. Sebab, lemak bisa memperlambat kerja sistem pencernaan dan dapat meningkatkan asam lambung.

Kalau Anda tidak ingin sakit perut saat puasa, hindari makanan-makanan ini dulu selama bulan Ramadan, ya!

4. Hindari minuman berkafein

Layaknya sarapan, mengawali menu sahur dengan minum teh manis hangat memang dapat melegakan tenggorokan. Namun, kebanyakan minum teh bisa menyebabkan sakit perut saat Anda berpuasa nanti.

Kandungan kafein dalam teh dan kopi dapat mengiritasi lambung. Pasalnya, kafein menstimulasi gerak usus untuk bergerak lebih cepat saat mencerna makanan. Akibatnya, perut jadi terasa sakit dan bahkan menyebabkan diare.

5. Jalan-jalan setelah makan

Ketimbang berdiam diri atau langsung tidur, coba sempatkan waktu selama beberapa menit untuk berjalan kaki setelah makan.

Cara ini cukup berguna untuk menghindari Anda dari risiko sakit perut saat puasa, sebab gerakan tubuh dapat membantu pencernaan dengan mendorong rangsangan pada perut dan usus. Sehingga, makanan akan lebih cepat bergerak dan dicerna.

Selain itu, aktivitas fisik berintensitas rendah hingga sedang yang dilakukan setelah makan berpotensi untuk memberikan efek perlindungan pada saluran pencernaan tubuh.

Bila cara-cara yang tertera sudah Anda lakukan tapi tidak membuahkan hasil, sebaiknya segera berkonsultasi kepada dokter. Ini juga termasuk bila Anda memiliki kondisi tertentu yang memengaruhi metabolisme tubuh seperti diabetes.

[embed-health-tool-bmr]

Catatan

Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan. Selalu konsultasikan dengan ahli kesehatan profesional untuk mendapatkan jawaban dan penanganan masalah kesehatan Anda.

Research on Intermittent Fasting Shows Health Benefits. (2020). National Institute on Aging. Retrieved 9 April 2021, from https://www.nia.nih.gov/news/research-intermittent-fasting-shows-health-benefits

To Fast or Not to Fast. (2019). NIH News In Health. Retrieved 9 April 2021, from https://newsinhealth.nih.gov/2019/12/fast-or-not-fast

4 Intermittent Fasting Side Effects to Watch Out For. (2020). Harvard Health Publishing. Retrieved 9 April 2021, from https://www.health.harvard.edu/staying-healthy/4-intermittent-fasting-side-effects-to-watch-out-for

Finnell, J.S., Saul, B.C., Goldhamer, A.C. et al. (2018). Is fasting safe? A chart review of adverse events during medically supervised, water-only fasting. BMC Complement Altern Med 18, 67. Retrieved 9 April 2021.

Circadian Rhythms. (2021). National Institute of General Medical Science. Retrieved 9 April 2021, from https://www.nigms.nih.gov/education/fact-sheets/Pages/circadian-rhythms.aspx

Hamaguchi, T., Tayama, J., Suzuki, M., Nakaya, N., Takizawa, H., Koizumi, K., Amano, Y., Kanazawa, M., & Fukudo, S. (2020). The effects of locomotor activity on gastrointestinal symptoms of irritable bowel syndrome among younger people: An observational study. PloS one, 15(5), e0234089. Retrieved 9 April 2021.

Martin D. (2011). Physical activity benefits and risks on the gastrointestinal system. Southern medical journal, 104(12), 831–837. Retrieved 9 April 2021.

Versi Terbaru

27/04/2021

Ditulis oleh Adelia Marista Safitri

Ditinjau secara medis oleh dr. Yusra Firdaus

Diperbarui oleh: Nanda Saputri


Artikel Terkait

Laparotomi

Waspada, Ini Bahaya Langsung Merokok Saat Buka Puasa


Ditinjau secara medis oleh

dr. Yusra Firdaus


Ditulis oleh Adelia Marista Safitri · Tanggal diperbarui 27/04/2021

ad iconIklan

Apakah artikel ini membantu?

ad iconIklan
ad iconIklan