backup og meta
Kategori
Cek Kondisi

7

Tanya Dokter
Simpan
Konten

Intoleransi Laktosa

Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 13/06/2023

Intoleransi Laktosa

Definisi intoleransi laktosa

Intoleransi laktosa adalah gangguan pencernaan yang terjadi ketika usus tidak mampu mencerna laktosa. Laktosa adalah jenis gula yang banyak terdapat dalam susu hewani dan produk olahannya, seperti keju, es krim, yogurt, dan mentega (butter).

Normalnya, usus kecil butuh enzim yang disebut laktase untuk memecah laktosa menjadi gula dalam bentuk lebih sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa. Tubuh kemudian menyerap gula sederhana ini ke dalam aliran darah untuk dijadikan energi.

Ketika tidak bisa dicerna dan diserap tubuh, laktosa akhirnya berubah menjadi gas yang menyebabkan munculnya berbagai gejala masalah pencernaan.

Seberapa umum intoleransi laktosa?

Menurut Cleveland Clinic, diperkirakan 68% jumlah populasi di dunia mengalami intoleransi pada laktosa.

Kebanyakan orang dengan gangguan sistem pencernaan ini memiliki etnis dan ras, seperti Amerika Latin, Afrika-Amerika, Asia, dan Eropa Timur.

Satu kondisi yang mirip dengan intoleransi laktosa (lactose intolerance) adalah alergi susu (cow milk allergy). Alergi susu adalah kondisi terkait sistem imun. Seseorang dapat mengalami reaksi alergi bila sistem imunnya sensitif terhadap protein susu.

Tanda dan gejala intoleransi laktosa

Gejala intoleransi laktosa biasanya dapat mulai muncul dalam waktu 30 menit – 2 jam setelah makan hidangan mengandung susu. Ada beberapa orang yang sangat sensitif terhadap laktosa sehingga gejalanya bisa muncul dengan cepat dan parah.

Namun, ada juga sebagian orang yang masih bisa mengonsumsi laktosa dalam jumlah sedikit. Gejala yang muncul pun mungkin terasa ringan atau samar.

Gejala intoleransi laktosa yang umumnya muncul adalah sebagai berikut.

1. Perut sakit, kembung, dan/atau kram

Laktosa yang masuk ke dalam tubuh akan dicerna dan mengalami proses fermentasi. Selama proses fermentasi ini, laktosa akan melepaskan asam lemak dan sekumpulan gas berupa hidrogen, metana, dan karbon dioksida.

Kandungan asam dan gas yang berlebihan bisa menyebabkan perut terasa kembung, sakit, dan bahkan kram.

2. Diare

Orang yang tidak bisa mencerna laktosa rentan mengalami gejala diare. Diare terjadi sebagai reaksi tubuh ketika volume air dalam usus besar bertambah. Semakin banyak cairan yang dialirkan ke usus, semakin banyak pula air yang ikut terbawa bersama feses.

3. Gejala lainnya

Selain tiga gejala di atas, ada beberapa gejala lainnya yang lebih jarang terjadi, seperti:

  • sakit kepala,
  • kelelahan,
  • kehilangan konsentrasi, dan
  • terdengar suara gemuruh dari perut.

Namun, gejala-gejala ini belum ditetapkan sebagai gejala sebenarnya dan mungkin memiliki penyebab lain.

Sementara itu, gejala intoleransi laktosa pada anak mungkin akan sedikit berbeda, yaitu:

  • diare berbuih,
  • pertumbuhan dan perkembangan yang melambat, serta
  • terkadang muntah.

Kemungkinan ada tanda-­tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran tentang gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.

Kapan harus periksa ke dokter?

Jika Anda mengalami gejala di atas setelah mengonsumsi makanan mengandung laktosa, segera konsultasikan kepada dokter.

Begitu juga jika Anda mengalami gejala yang tidak disebutkan, mengingat setiap orang bisa memberikan reaksi yang berbeda.

Penyebab intoleransi laktosa

Apa penyebab intoleransi laktosa?

Penyebab intoleransi laktosa yaitu tubuh yang tidak memiliki cukup enzim laktase untuk mencerna gula dalam susu. Akan tetapi, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut.

1. Intoleransi laktosa primer

Jenis intoleransi ini umumnya dimiliki oleh orang-orang yang sebelumnya pernah dan bisa mengonsumsi produk susu tanpa masalah apa pun.

Hampir setiap tubuh orang yang lahir ke dunia akan menghasilkan cukup laktase untuk mencerna laktosa dalam ASI dan susu formula untuk bayi. Namun bagi beberapa orang, kondisi ini dapat berkembang seiring usia.

Umumnya setelah konsumsi susu sempat lama dihentikan, usus akan memproduksi lebih sedikit enzim laktase. Perubahan ini membuat mereka lebih rentan mengalami intoleransi seiring waktu.

2. Intoleransi laktosa sekunder

Jenis intoleransi yang satu ini terjadi sementara akibat pengaruh penyakit pada sistem pencernaan, efek samping operasi, atau selama mengonsumsi obat tertentu.

Salah satu penyakit yang sering menyebabkan orang menjadi intoleran terhadap susu adalah muntaber (gastroenteritis) akut. Infeksi menyebabkan kerusakan sementara pada lapisan usus selama masih sakit.

Orang yang terkena muntaber cenderung mengalami mual, muntah, dan diare saat mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa. Namun, begitu sembuh, tubuhnya kembali bisa mencerna laktosa seperti biasa.

3. Intoleransi laktosa bawaan

Kondisi ini disebabkan karena seseorang tidak menghasilkan enzim laktase sejak lahir akibat kelainan genetik yang diturunkan.

Kedua sisi orangtua harus sama-sama memiliki gen mutasi untuk dapat menurunkan kondisi ini kepada sang bayi.

Apa yang meningkatkan risiko terkena intoleransi laktosa?

Berikut berbagai faktor yang meningkatkan risiko Anda mengalami intoleransi laktosa.

  • Usia. Intoleransi laktosa bisa dialami siapa saja, tapi gejalanya cenderung lebih tampak jelas seiring bertambahnya usia.
  • Lahir prematur. Bayi yang lahir prematur dapat mengalami kekurangan enzim laktase karena usus kecilnya belum terbentuk sempurna. Usus bayi belum membentuk sel-sel yang menghasilkan laktase sampai akhir trimester ketiga.
  • Penyakit tertentu. Penyakit yang menyerang usus halus seperti penyakit Celiac atau penyakit Crohn bisa mengganggu jumlah enzim usus, termasuk laktase.
  • Pengobatan. Orang yang menjalani perawatan kanker seperti terapi radiasi atau kemoterapi yang terfokus pada bagian perut berisiko lebih tinggi.

Komplikasi intoleransi laktosa

Laktosa pada dasarnya berfungsi membantu penyerapan zat gizi lain dalam makanan. Sementara itu, semua hidangan berbahan susu umumnya mengandung magnesium, kalsium, zinc, protein, serta vitamin A, vitamin B12, dan vitamin D.

Semua mineral dan vitamin ini penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Kalsium, magnesium, dan zinc, contohnya, penting untuk perkembangan tulang yang kuat dan sehat.

Jika tubuh tidak dapat menyerap laktosa, Anda akan berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan akibat kekurangan zat gizi tertentu. Misalnya, Anda mungkin jadi lebih berisiko terkena osteopenia (kepadatan tulang yang rendah) atau osteoporosis.

Jika Anda intoleran terhadap laktosa dan khawatir tentang komplikasi yang mungkin ditimbulkannya, berkonsultasilah dengan ahli gizi.

Ahli gizi dapat menyesuaikan pola makan Anda atau menyarankan konsumsi suplemen guna memenuhi kebutuhan gizi.

Diagnosis intoleransi laktosa

Ada tiga tes yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis intoleransi laktosa, yaitu tes toleransi laktosa, tes napas hidrogen dan tes keasaman tinja.

1. Tes intoleransi laktosa

Tes ini dapat digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa. Anda biasanya akan diminta untuk puasa makan dan minum apa pun selama beberapa jam sebelum tes dimulai. Kemudian, darah Anda akan untuk dicek berapa kadar glukosa darah saat ini.

Selanjutnya, Anda akan diminta meminum cairan yang mengandung 50 gram laktosa. Sampel darah yang kedua akan diambil untuk melihat apakah ada perubahan pada kadar glukosa darah.

Jika tubuh mampu mencerna laktosa, kadar glukosa darah akan naik. Namun, jika kadar glukosa tidak naik, ini menandakan bahwa laktosa tidak dipecah karena Anda memiliki intoleransi laktosa.

2. Tes napas hidrogen

Prosedur tes ini sangat mirip dengan tes intoleransi laktosa. Setelah berpuasa selama beberapa jam, Anda akan diminta mengembuskan napas ke corong yang terhubung ke kantong foil seperti balon.

Selanjutnya, Anda akan meminum cairan yang mengandung hingga 50 gram laktosa. Proses ini kemungkinan akan diulang selama beberapa kali secara bertahap dalam kurun waktu 6 jam.

Normalnya, napas tidak mengandung hidrogen. Jika setelah diperiksa ternyata napas Anda mengandung hidrogen, kemungkinan penyebabnya adalah intoleransi laktosa. Hidrogen hadir dalam napas bila usus tidak bisa mengolah laktosa menjadi energi.

3. Tes keasaman feses

Tes ini biasanya dilakukan pada bayi dan anak kecil. Sampel feses akan dikumpulkan dan diuji dengan asam laktat, glukosa, dan asam lemak rantai pendek lainnya.

ika ada laktosa yang tidak tercerna, penyebabnya kemungkinan yaitu intoleransi.

Pemeriksaan ini terbilang cukup aman tanpa menimbulkan masalah seperti dehidrasi akibat diare. Diare merupakan efek samping yang umum terjadi pada tes lainnya. Kondisi ini biasanya disebabkan karena pasien perlu menelan laktosa dalam jumlah besar.

Pengobatan intoleransi laktosa

Intoleransi laktosa tidak bisa disembuhkan. Kondisi ini hanya bisa dikendalikan gejala dan faktor pemicunya.

Kebanyakan orang dapat meredakan gejalanya dengan cara mengubah pola makan dan membatasi jumlah laktosa yang mereka konsumsi.

Beberapa orang bahkan mencegahnya lebih baik dengan mengurangi asupan laktosa dari diet mereka sama sekali. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan.

1. Makan makanan yang bergizi seimbang

Dengan membatasi konsumsi produk yang terbuat dari susu, tidak berarti Anda pasti kekurangan asupan kalsium. Ada beragam makanan bebas laktosa yang mengandung kalsium, seperti:

  • brokoli,
  • produk yang diperkaya kalsium seperti roti dan jus,
  • ikan salmon,
  • alternatif susu lain seperti susu kedelai dan susu beras,
  • jeruk, serta
  • bayam.
  • Pastikan juga Anda mendapat cukup vitamin D yang biasanya ada dalam susu. Anda bisa mengonsumsi, telur, hati, dan yogurt yang mengandung vitamin D.

    Tubuh secara alami juga dapat menghasilkan vitamin D saat Anda terkena sinar matahari.

    Selain lewat makanan, Anda juga bisa berkonsultasi kepada dokter terkait konsumsi suplemen kalsium atau vitamin D. Suplemen dapat membantu memenuhi kebutuhan zat gizi yang tidak Anda peroleh dari makanan.

    2. Membatasi produk susu

    Mencegah munculnya gejala sekaligus keparahan intoleransi laktosa mengharuskan Anda membatasi konsumsi produk susu seperti berikut.

    • Susu, milkshake, dan smoothies yang dibuat dengan susu atau yogurt, atau minuman berbahan dasar susu hewani lainnya.
    • Whipped cream (krim kocok) dan krimer dairy.
    • Es krim, es susu, gelato, yogurt, puding susu, atau camilan dingin apa pun yang mengandung susu.
    • Keju atau mentega.
    • Sup krim atau saus dan krim dari susu (misalnya saus pasta carbonara).
    • Makanan-makanan lainnya yang dibuat dari susu.

    Makanan lain non-susu yang mungkin mengandung laktosa dalam jumlah sedikit di antaranya:

    • roti dan kue-kue kering,
    • permen cokelat,
    • salad dressing dan saus,
    • sereal dan produk kreasinya,
    • daging,
    • permen dan makanan ringan,
    • adonan pancake dan biskuit,
    • margarin,
    • jeroan (seperti hati),
    • gula bit,
    • kacang polong, serta
    • kacang lima.

    Anda bisa membatasi mengonsumsi produk susu berlebih saat mengalami intoleransi laktosa dengan langkah berikut ini.

    • Batasi minum susu, maksimum 118 ml atau setara dengan satu cangkir kecil. Semakin sedikit susu yang dikonsumsi, semakin kecil risiko timbulnya gejala.
    • Cobalah minum susu dengan makanan lain. Ini dapat memperlambat proses pencernaan dan mengurangi gejala intoleransi laktosa.
    • Pilihlah produk susu bebas laktosa atau rendah laktosa, misalnya keju cheddar dan yogurt.
    • Belilah produk atau bahan makanan yang kandungan laktosanya sedikit atau bahkan bebas laktosa.
    • Mengonsumsi tablet dengan kandungan enzim laktase untuk membantu proses pencernaan susu. Namun, pastikan Anda sudah berkonsultasi dengan dokter terlebih dulu.

    3. Mengonsumsi probiotik

    Probiotik adalah bakteri baik yang membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan. Probiotik dapat meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus untuk membantu meredakan gejala intoleransi.

    Probiotik biasanya identik dengan yogurt. Namun, orang dengan intoleransi laktosa juga bisa mengonsumsi versi yang lebih aman berupa tempe atau suplemen probiotik.

    Pengobatan di rumah

    Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi sekaligus mencegah penyakit bertambah parah.

    • Konsumsi cukup kalsium dan vitamin D dari makanan atau suplemen.
    • Beri tahu dokter tentang semua obat-obatan yang Anda konsumsi.
    • Pertimbangkan lagi apabila ingin menyusui bayi dengan susu formula, terutama jika Anda memiliki riwayat keluarga yang mengalami intoleransi laktosa.
    • Konsumsi susu formula berbahan dasar kedelai atau susu bebas laktosa.
    • Hubungi dokter jika diet bebas susu tidak membantu menghilangkan gejala.
    • Hubungi dokter jika berat badan anak Anda tidak bertambah atau anak Anda menolak makanan atau susu formula.

    Intoleransi laktosa merupakan kondisi yang membuat Anda tidak bisa mencerna gula dalam susu dengan baik. Kondisi ini dapat diatasi dengan penyesuaian pola makan.

    Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.

    Catatan

    Hello Sehat tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.

    Ditinjau secara medis oleh

    dr. Patricia Lukas Goentoro

    General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)


    Ditulis oleh Novita Joseph · Tanggal diperbarui 13/06/2023

    advertisement iconIklan

    Apakah artikel ini membantu?

    advertisement iconIklan
    advertisement iconIklan