Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Intoleransi laktosa adalah gangguan pencernaan yang terjadi ketika usus tidak mampu mencerna laktosa. Laktosa adalah jenis gula yang banyak terdapat dalam susu hewani dan produk olahannya, seperti keju, es krim, yogurt, dan mentega (butter).
Normalnya, usus kecil butuh enzim yang disebut laktase untuk memecah laktosa menjadi gula dalam bentuk lebih sederhana, yaitu glukosa dan galaktosa. Tubuh kemudian menyerap gula sederhana ini ke dalam aliran darah untuk dijadikan energi.
Ketika tidak bisa dicerna dan diserap tubuh, laktosa akhirnya berubah menjadi gas yang menyebabkan munculnya berbagai gejala masalah pencernaan.
Menurut Cleveland Clinic, diperkirakan 68% jumlah populasi di dunia mengalami intoleransi pada laktosa.
Kebanyakan orang dengan gangguan sistem pencernaan ini memiliki etnis dan ras, seperti Amerika Latin, Afrika-Amerika, Asia, dan Eropa Timur.
Satu kondisi yang mirip dengan intoleransi laktosa (lactose intolerance) adalah alergi susu (cow milk allergy). Alergi susu adalah kondisi terkait sistem imun. Seseorang dapat mengalami reaksi alergi bila sistem imunnya sensitif terhadap protein susu.
Gejala intoleransi laktosa biasanya dapat mulai muncul dalam waktu 30 menit – 2 jam setelah makan hidangan mengandung susu. Ada beberapa orang yang sangat sensitif terhadap laktosa sehingga gejalanya bisa muncul dengan cepat dan parah.
Namun, ada juga sebagian orang yang masih bisa mengonsumsi laktosa dalam jumlah sedikit. Gejala yang muncul pun mungkin terasa ringan atau samar.
Gejala intoleransi laktosa yang umumnya muncul adalah sebagai berikut.
Laktosa yang masuk ke dalam tubuh akan dicerna dan mengalami proses fermentasi. Selama proses fermentasi ini, laktosa akan melepaskan asam lemak dan sekumpulan gas berupa hidrogen, metana, dan karbon dioksida.
Kandungan asam dan gas yang berlebihan bisa menyebabkan perut terasa kembung, sakit, dan bahkan kram.
Orang yang tidak bisa mencerna laktosa rentan mengalami gejala diare. Diare terjadi sebagai reaksi tubuh ketika volume air dalam usus besar bertambah. Semakin banyak cairan yang dialirkan ke usus, semakin banyak pula air yang ikut terbawa bersama feses.
Selain tiga gejala di atas, ada beberapa gejala lainnya yang lebih jarang terjadi, seperti:
Namun, gejala-gejala ini belum ditetapkan sebagai gejala sebenarnya dan mungkin memiliki penyebab lain.
Sementara itu, gejala intoleransi laktosa pada anak mungkin akan sedikit berbeda, yaitu:
Kemungkinan ada tanda-tanda dan gejala yang tidak disebutkan di atas. Bila Anda memiliki kekhawatiran tentang gejala tertentu, konsultasikanlah dengan dokter.
Jika Anda mengalami gejala di atas setelah mengonsumsi makanan mengandung laktosa, segera konsultasikan kepada dokter.
Begitu juga jika Anda mengalami gejala yang tidak disebutkan, mengingat setiap orang bisa memberikan reaksi yang berbeda.
Penyebab intoleransi laktosa yaitu tubuh yang tidak memiliki cukup enzim laktase untuk mencerna gula dalam susu. Akan tetapi, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh faktor-faktor berikut.
Jenis intoleransi ini umumnya dimiliki oleh orang-orang yang sebelumnya pernah dan bisa mengonsumsi produk susu tanpa masalah apa pun.
Hampir setiap tubuh orang yang lahir ke dunia akan menghasilkan cukup laktase untuk mencerna laktosa dalam ASI dan susu formula untuk bayi. Namun bagi beberapa orang, kondisi ini dapat berkembang seiring usia.
Umumnya setelah konsumsi susu sempat lama dihentikan, usus akan memproduksi lebih sedikit enzim laktase. Perubahan ini membuat mereka lebih rentan mengalami intoleransi seiring waktu.
Jenis intoleransi yang satu ini terjadi sementara akibat pengaruh penyakit pada sistem pencernaan, efek samping operasi, atau selama mengonsumsi obat tertentu.
Salah satu penyakit yang sering menyebabkan orang menjadi intoleran terhadap susu adalah muntaber (gastroenteritis) akut. Infeksi menyebabkan kerusakan sementara pada lapisan usus selama masih sakit.
Orang yang terkena muntaber cenderung mengalami mual, muntah, dan diare saat mengonsumsi makanan yang mengandung laktosa. Namun, begitu sembuh, tubuhnya kembali bisa mencerna laktosa seperti biasa.
Kondisi ini disebabkan karena seseorang tidak menghasilkan enzim laktase sejak lahir akibat kelainan genetik yang diturunkan.
Kedua sisi orangtua harus sama-sama memiliki gen mutasi untuk dapat menurunkan kondisi ini kepada sang bayi.
Berikut berbagai faktor yang meningkatkan risiko Anda mengalami intoleransi laktosa.
Laktosa pada dasarnya berfungsi membantu penyerapan zat gizi lain dalam makanan. Sementara itu, semua hidangan berbahan susu umumnya mengandung magnesium, kalsium, zinc, protein, serta vitamin A, vitamin B12, dan vitamin D.
Semua mineral dan vitamin ini penting untuk menjaga kesehatan tubuh. Kalsium, magnesium, dan zinc, contohnya, penting untuk perkembangan tulang yang kuat dan sehat.
Jika tubuh tidak dapat menyerap laktosa, Anda akan berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kesehatan akibat kekurangan zat gizi tertentu. Misalnya, Anda mungkin jadi lebih berisiko terkena osteopenia (kepadatan tulang yang rendah) atau osteoporosis.
Jika Anda intoleran terhadap laktosa dan khawatir tentang komplikasi yang mungkin ditimbulkannya, berkonsultasilah dengan ahli gizi.
Ahli gizi dapat menyesuaikan pola makan Anda atau menyarankan konsumsi suplemen guna memenuhi kebutuhan gizi.
Ada tiga tes yang paling umum digunakan untuk mendiagnosis intoleransi laktosa, yaitu tes toleransi laktosa, tes napas hidrogen dan tes keasaman tinja.
Tes ini dapat digunakan untuk anak-anak dan orang dewasa. Anda biasanya akan diminta untuk puasa makan dan minum apa pun selama beberapa jam sebelum tes dimulai. Kemudian, darah Anda akan untuk dicek berapa kadar glukosa darah saat ini.
Selanjutnya, Anda akan diminta meminum cairan yang mengandung 50 gram laktosa. Sampel darah yang kedua akan diambil untuk melihat apakah ada perubahan pada kadar glukosa darah.
Jika tubuh mampu mencerna laktosa, kadar glukosa darah akan naik. Namun, jika kadar glukosa tidak naik, ini menandakan bahwa laktosa tidak dipecah karena Anda memiliki intoleransi laktosa.
Prosedur tes ini sangat mirip dengan tes intoleransi laktosa. Setelah berpuasa selama beberapa jam, Anda akan diminta mengembuskan napas ke corong yang terhubung ke kantong foil seperti balon.
Selanjutnya, Anda akan meminum cairan yang mengandung hingga 50 gram laktosa. Proses ini kemungkinan akan diulang selama beberapa kali secara bertahap dalam kurun waktu 6 jam.
Normalnya, napas tidak mengandung hidrogen. Jika setelah diperiksa ternyata napas Anda mengandung hidrogen, kemungkinan penyebabnya adalah intoleransi laktosa. Hidrogen hadir dalam napas bila usus tidak bisa mengolah laktosa menjadi energi.
Tes ini biasanya dilakukan pada bayi dan anak kecil. Sampel feses akan dikumpulkan dan diuji dengan asam laktat, glukosa, dan asam lemak rantai pendek lainnya.
ika ada laktosa yang tidak tercerna, penyebabnya kemungkinan yaitu intoleransi.
Pemeriksaan ini terbilang cukup aman tanpa menimbulkan masalah seperti dehidrasi akibat diare. Diare merupakan efek samping yang umum terjadi pada tes lainnya. Kondisi ini biasanya disebabkan karena pasien perlu menelan laktosa dalam jumlah besar.
Intoleransi laktosa tidak bisa disembuhkan. Kondisi ini hanya bisa dikendalikan gejala dan faktor pemicunya.
Kebanyakan orang dapat meredakan gejalanya dengan cara mengubah pola makan dan membatasi jumlah laktosa yang mereka konsumsi.
Beberapa orang bahkan mencegahnya lebih baik dengan mengurangi asupan laktosa dari diet mereka sama sekali. Berikut beberapa langkah yang bisa Anda lakukan.
Dengan membatasi konsumsi produk yang terbuat dari susu, tidak berarti Anda pasti kekurangan asupan kalsium. Ada beragam makanan bebas laktosa yang mengandung kalsium, seperti:
Pastikan juga Anda mendapat cukup vitamin D yang biasanya ada dalam susu. Anda bisa mengonsumsi, telur, hati, dan yogurt yang mengandung vitamin D.
Tubuh secara alami juga dapat menghasilkan vitamin D saat Anda terkena sinar matahari.
Selain lewat makanan, Anda juga bisa berkonsultasi kepada dokter terkait konsumsi suplemen kalsium atau vitamin D. Suplemen dapat membantu memenuhi kebutuhan zat gizi yang tidak Anda peroleh dari makanan.
Mencegah munculnya gejala sekaligus keparahan intoleransi laktosa mengharuskan Anda membatasi konsumsi produk susu seperti berikut.
Makanan lain non-susu yang mungkin mengandung laktosa dalam jumlah sedikit di antaranya:
Anda bisa membatasi mengonsumsi produk susu berlebih saat mengalami intoleransi laktosa dengan langkah berikut ini.
Probiotik adalah bakteri baik yang membantu menjaga kesehatan sistem pencernaan. Probiotik dapat meningkatkan jumlah bakteri baik dalam usus untuk membantu meredakan gejala intoleransi.
Probiotik biasanya identik dengan yogurt. Namun, orang dengan intoleransi laktosa juga bisa mengonsumsi versi yang lebih aman berupa tempe atau suplemen probiotik.
Berikut adalah gaya hidup dan pengobatan rumahan yang dapat membantu Anda mengatasi sekaligus mencegah penyakit bertambah parah.
Intoleransi laktosa merupakan kondisi yang membuat Anda tidak bisa mencerna gula dalam susu dengan baik. Kondisi ini dapat diatasi dengan penyesuaian pola makan.
Bila ada pertanyaan, konsultasikanlah dengan dokter untuk solusi terbaik masalah Anda.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar