Ditinjau secara medis oleh dr. Patricia Lukas Goentoro · General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Alergi makanan adalah reaksi alergi yang muncul setelah mengonsumsi makanan tertentu. Hal ini terjadi akibat reaksi berlebihan dari sistem imun terhadap zat di dalam makanan yang sebenarnya tidak berbahaya.
Reaksi tersebut kemudian memicu sejumlah gejala yang bervariasi pada tubuh. Reaksi yang muncul bervariasi, dari ringan hingga berat, seperti gatal-gatal dan bibir bengkak, hingga gejala parah yang disebut sebagai syok anafilaksis. Syok anafilaksis dapat mengancam nyawa jika penderitanya terlambat mendapatkan pengobatan medis yang tepat.
Biasanya alergi makanan terlihat saat anak-anak, tapi gejalanya juga bisa muncul kapan saja bahkan setelah dewasa. Bahkan ada beberapa orang yang dapat mengembangkan alergi terhadap makanan yang telah dikonsumsi bertahun-tahun.
Berdasarkan penyebabnya, reaksi alergi makanan terbagi menjadi dua, yaitu yang melalui perantara antibodi Immunoglobulin E (IgE) dan yang tidak melalui perantara IgE atau alergi non-IgE.
Bedanya, gejala yang muncul dari alergi non-IgE muncul lebih lambat sehingga akan lebih sulit terdeteksi. Walau demikian, non-IgE tidak menimbulkan reaksi berat seperti syok anafilaksis.
Jenis alergi yang satu ini memang cukup umum dan dapat dialami siapa saja. Meski begitu, kondisi ini cenderung lebih sering dialami oleh anak-anak.
Bahkan menurut Food Allergy Research and Education, terdapat sekitar satu dari 13 anak yang memiliki alergi terhadap satu atau lebih jenis makanan tertentu.
Anak-anak umumnya memiliki alergi susu, kacang kedelai, gandum, dan telur. Sementara itu, orang dewasa lebih sering mengalami alergi dari santapan laut, seperti ikan dan kerang atau beberapa jenis kacang seperti almon, kacang mete, dan kacang pikan.
Penyebab alergi makanan yaitu sistem kekebalan tubuh Anda yang bereaksi berlebihan terhadap zat dalam makanan, umumnya protein. Zat pemicu alergi ini disebut dengan alergen.
Jika Anda memiliki alergi, sistem kekebalan tubuh akan bereaksi berlebihan terhadap alergen dengan merangsang sel-sel tubuh untuk melepaskan antibodi. Antibodi ini dikenal dengan nama immunoglobulin E (IgE). Immunoglobulin E nantinya akan bergerak menuju sel-sel yang melepaskan bahan kimia seperti histamin.
Histamin dan zat kimia lainnya pun mengalir dalam darah. Zat-zat inilah yang pada akhirnya menimbulkan tanda-tanda dan gejala alergi, seperti gatal-gatal, hidung berair, bengkak, diare, bahkan syok anafilaksis.
Pada kasus non-IgE, mekanisme munculnya reaksi alergi belum diketahui pasti. Secara garis besarnya, alergi makanan non-IgE disebabkan oleh sel yang berbeda dalam sistem imunitas tubuh.
Namun, zat yang menyebabkan alergi harus berada pada jumlah tertentu sampai bisa memunculkan reaksi alergi. Alergen dapat masuk sedikit-sedikit dan berulang kali tanpa memunculkan reaksi. Ketika zat tersebut sudah melewati batas, tubuh akan bereaksi. Itu sebabnya, pada beberapa orang reaksi alergi baru muncul saat dewasa.
Semua zat dari makanan bisa saja menimbulkan reaksi alergi, bergantung pada kesensitivitasan tubuh terhadap suatu zat tertentu. Namun, biasanya makanan yang paling sering menjadi pemicu adalah telur, susu, seafood, dan kacang-kacangan.
Memang, siapa saja bisa terkena alergi, tapi ada beberapa faktor yang meningkatkan risiko Anda untuk mengalaminya. Berbagai faktor tersebut termasuk:
Gejala alergi makanan biasanya terjadi dalam beberapa menit hingga beberapa jam setelah Anda terpapar zat penyebab alergi (alergen) dari santapan yang dikonsumsi.
Gejalanya dapat bervariasi pada setiap orang, Anda juga mungkin bisa mengalami reaksi yang berbeda di lain waktu. Namun pada umumnya, yang dialami meliputi sebagai berikut.
Terkadang gejala alergi yang muncul mungkin tidak langsung terjadi, perlu waktu beberapa saat sampai reaksi muncul setelah makan.
Anda harus segera ke dokter jika Anda mengalami gejala alergi setelah makan hidangan tertentu. Jika memungkinkan, kunjungi dokter Anda selama reaksi alergi masih terjadi. Penanganan yang lebih cepat dapat membantu dokter Anda mendiagnosis masalah.
Untuk beberapa orang, alergi dapat merangsang reaksi berat yang disebut anafilaksis. Anafilaksis akan memengaruhi pernafasan serta detak jantung Anda. Gejala anafilaksis, antara lain:
Syok anafilaksis dapat mengancam nyawa jika tidak segera ditangani dengan tepat. Selain itu, ada beberapa faktor lain yang juga dapat meningkatkan risiko Anda mengalami reaksi anafilaksis, di antaranya adalah:
Seperti yang sudah disebutkan, alergi makanan lebih rentan menyerang anak-anak dibandingkan orang dewasa. Kemungkinan besar hal ini terjadi karena anak-anak belum mengonsumsi terlalu banyak jenis makanan, sehingga tubuh belum terbiasa mencerna zat-zat tertentu yang ada di dalamnya.
Alergi makanan bisa muncul saat masih bayi, biasanya gejala mulai terlihat setelah beberapa bulan. Ada juga sebagian yang baru mengalami reaksi alergi di awal masa anak-anak.
Kebanyakan dari mereka mempunyai keturunan alergi dari keluarganya. Selain itu, bayi yang pernah mengalami eksim biasanya juga berisiko memiliki alergi makanan.
Untungnya, alergi makanan yang terjadi saat masih kecil umumnya dapat menghilang seiring dengan pertumbuhan anak. Diperkirakan sekitar 80 – 90 persen kasus alergi telur, susu, dan kedelai tidak muncul lagi setelah anak berusia 5 tahun.
Gejala alergi makanan pada anak sebenarnya serupa dengan gejala pada orang dewasa. Reaksi alergi bisa memengaruhi kulit, sistem pencernaan, dan pernapasan.
Pada kulit, reaksi alergi ditunjukkan dengan bintik-bintik merah, ruam kulit, atau pembengkakan di sekitar wajah, bibir, dan lidah. Pada pernapasan reaksinya dapat meliputi sesak napas, pilek, hidung tersumbat, atau mengi. Sedangkan pada pencernaan bisa ditandai dengan mual dan muntah atau diare.
Reaksi yang muncul pada setiap anak dapat berbeda-beda, anak Anda pun tidak selalu menunjukkan reaksi yang sama saat mengalami alergi.
Oleh karena itu, Anda harus benar-benar memperhatikan apa saja tanda-tanda yang terlihat dan dirasakan anak juga mengingat makanan apa saja yang sudah dikonsumsi, terutama jika anak Anda termasuk berisiko tinggi untuk memiliki alergi.
Tidak ada satu tes yang bisa langsung mendiagnosis alergi makanan yang mungkin Anda alami. Umumnya dokter akan mempertimbangkan sejumlah faktor dan beberapa tes alergi makanan sebelum membuat diagnosis.
Faktor dan tes alergi makanan yang dapat dilakukan oleh dokter termasuk sebagai berikut.
Setelah melakukan pemeriksaan fisik, Anda harus mengikuti berbagai tes untuk benar-benar memastikan adanya alergi yang Anda miliki. Berikut beberapa pemeriksaan yang mungkin akan dijalani.
Tes tusuk kulit dapat menentukan makanan apa yang memicu gejala alergi Anda. Dalam tes ini, dokter akan menggunakan sejumlah ekstrak kecil makanan yang dicurigai sebagai alergen.
Ekstrak alergen akan ditempatkan pada kulit lengan bawah atau punggung Anda. Dokter atau ahli kesehatan lain kemudian akan menusuk kulit Anda dengan jarum untuk membiarkan sejumlah kecil zat alergen masuk ke bawah permukaan kulit Anda. Jika Anda alergi terhadap zat tertentu yang sedang diuji, Anda akan mengalami benjolan atau reaksi yang meningkat.
Perlu diingat, reaksi positif terhadap tes ini saja tidak cukup untuk mengonfirmasi alergi makanan. Dokter akan menyarankan beberapa tes tambahan lain.
Tes darah dapat dilakukan untuk mengukur respons sistem kekebalan tubuh Anda terhadap makanan tertentu. Dokter akan mengukur antibodi yang imunoglobulin E (IgE) yang mungkin keluar saat sampel darah diberi ekstrak alergen.
Untuk tes ini, sampel darah yang diambil di kantor dokter Anda dikirim ke laboratorium medis, tempat makanan yang berbeda dapat diuji.
Guna memeriksa apakah Anda benar alergi terhadap makanan tertentu, Anda mungkin akan diminta untuk melakukan diet eliminasi. Pada diet ini, Anda akan menghilangkan satu atau beberapa jenis makanan yang dipercaya dapat menimbulkan reaksi dari pola makan Anda.
Misalnya, pada fase pertama Anda tidak diperbolehkan untuk konsumsi makanan yang mengandung produk susu dan telur selama beberapa minggu,
Setelah lewat fase pertama, Anda bisa mulai makan satu jenis makanan yang sebelumnya dihindari secara perlahan. Dokter juga akan menanyakan kembali tentang gejala alergi yang Anda rasakan.
Bila tidak muncul reaksi alergi, Anda bisa memakannya kembali. Namun, jika muncul reaksi alergi, dokter bisa menduga kalau benar Anda memang punya alergi terhadap makanan yang dicurigai. Alhasil, Anda harus mengeliminasi jenis makanan tersebut dari menu makan sehari-hari.
Karena diet eliminasi memiliki aturan yang sangat ketat dengan banyak pantangan, diet sebaiknya hanya dilakukan di bawah pengawasan dokter.
Tes ini harus dilakukan di tempat praktik dokter. Dalam pengujian alergi ini, nantinya Anda akan diberikan makanan dalam jumlah sedikit. Lama-kelamaan jumlah makanan yang diberikan akan semakin banyak.
Jika Anda tidak memiliki reaksi selama tes ini, Anda mungkin bisa tetap memakannya seterusnya. Namun jika reaksi alergi langsung muncul walau makanan tersebut hanya dikonsumsi sedikit, Anda harus menghindarinya.
Kondisi ini umumnya tidak bisa hilang dan akan terus ada. Jadi, cara yang bisa Anda lakukan agar tidak sampai mengalami reaksi alergi karena makanan adalah dengan menghindari makanan yang mengandung alergen.
Apabila secara tidak sengaja memakannya, Anda bisa meredakan gejala alergi makanan yang muncul dengan cara berikut:
Untuk reaksi alergi ringan, obat alergi makanan tanpa resep atau antihistamin. Obat-obat ini dapat dikonsumsi setelah makanan yang jadi penyebab reaksi alergi diketahui. Antihistamin akan membantu meredakan gejala seperti gatal-gatal atau munculnya bintik-bintik merah. Meski begitu, antihistamin tidak dapat mengobati reaksi alergi berat.
Selain itu, Anda juga bisa minum air putih untuk meringankan gejalanya. Apalagi bila Anda mengalami hidung tersumbat sebagai reaksi alergi. Minum air putih dapat membantu mencairkan lendir di saluran hidung dan meredakan nyeri.
Untuk reaksi alergi berat, Anda harus selalu membawa injeksi otomatis epinefrin (EpiPen, Twinjet, Auvi-Q). Alat ini adalah kombinasi dari semprotan dan jarum tersembunyi yang menyuntikkan dosis tunggal obat ketika ditekan ke paha Anda. Epinefrin dapat bertindak cepat dalam meningkatkan pernapasan dan meredakan gatal-gatal.
Suntukan Epinefrin digunakan segera jika Anda mengalami gejala alergi yang parah seperti sesak napas, batuk- denyut nadi melemah, atau kombinasi gejala seperti gatal-gatal yang ditambah dengan sakit perut.
Epinefrin bisa digunakan dengan dosis berulang jika perlu. Dalam keadaan darurat atau bila butuh epinefrin lebih banyak, Anda harus segera mencari pertolongan medis dan mendapat perawatan di ruang UGD.
Agar reaksi alergi tak selalu datang, hal yang harus Anda lakukan tentu saja adalah mengendalikan berbagai pemicunya. Gaya hidup dan pengobatan rumah berikut dapat membantu Anda mencegah alergi makanan.
Selain hal-hal di atas, Anda juga harus lebih memperhatikan asupan gizi yang diberikan untuk anak jika si kecil yang mengalami alergi. Misalnya pada anak-anak yang alergi susu, Anda harus memberikan pengganti yang sekiranya bisa memenuhi kebutuhan kalsium seperti satu cangkir sayuran hijau yang setara dengan 4 ons susu.
Bila anak alergi telur, Anda bisa memberikan sumber protein yang serupa seperti susu, daging, unggas, ikan, dan kacang-kacangan.
Pada dasarnya, banyak alternatif makanan lain yang memiliki komposisi gizi yang serupa dengan makanan alergen. Namun, Anda juga harus memastikan bahwa anak tidak memiliki alergi pada makanan pengganti.
Jika Anda belum yakin, sebaiknya konsultasikan hal ini kepada dokter atau ahli gizi yang akan membantu Anda dalam menyusun menu makan sehari-hari. Untuk pertanyaan lain yang ingin disampaikan, silakan menghubungi dokter guna mendapatkan solusi yang terbaik.
Disclaimer
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Ditinjau secara medis oleh
dr. Patricia Lukas Goentoro
General Practitioner · Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI)
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar