Diare bisa terjadi kapan saja, termasuk ketika Anda sedang dalam masa menyusui. Masalah buang-buang air umumnya hanya berlangsung ringan dan sebentar. Namun, sebagian besar ibu tentu khawatir apakah diarenya akan berpengaruh juga pada kondisi bayi. Yuk, pelajari lebih lanjut mengenai gejala, penyebab, sekaligus perawatan diare pada ibu menyusui di sini.
Penyebab diare pada ibu menyusui
Penyebab diare ada berbagai hal, mulai dari infeksi, makanan, hingga penyakit tertentu. Lebih jelasnya, mari bahas satu per satu penyebab diare yang mungkin terjadi pada ibu menyusui.
Infeksi
Bakteri, virus, dan parasit dapat menjadi penyebab diare pada ibu menyusui. Kuman dapat masuk dan menginfeksi tubuh ketika Anda makan atau minum air yang terkontaminasi. Bisa juga terjadi karena kurangnya menjaga kebersihan tangan.
Efek samping obat tertentu
Selain infeksi, diare juga bisa disebabkan oleh penggunaan obat, seperti antasida, antibiotik, obat untuk hipertensi dan penyakit jantung selama masa menyusui.
Obat-obatan ini ini dapat memengaruhi kinerja usus menyerap cairan dari makanan atau minuman.
Pilihan makanan yang tidak tepat
Saat menyusui, pilihan makanan dapat berubah. Anda mungkin akan cenderung makan makanan tinggi serat, seperti sayur dan buah, demi meningkatkan kualitas ASI. Serat membantu mencegah sembelit, tapi bila dikonsumsi berlebihan diare bisa jadi akibatnya.
Tak hanya itu, makan makanan yang terlalu pedas atau berbumbu kuat juga bisa menjadi penyebab diare saat menyusui.
Masalah kesehatan tertentu
Diare bisa juga dipicu oleh kondisi medis, seperti alergi, intoleransi, penyakit Crohn, atau penyakit Celiac. Diare dapat terjadi pada ibu hamil yang memiliki kondisi ini dan tidak berhati-hati dalam memilih makanan. Bila pilihan makanan tidak diubah, diare bahkan bisa berlangsung lebih lama.
Gejala diare pada ibu menyusui
Gejala diare pada ibu menyusui sama seperti gejala diare pada umumnya. Kondisi ini membuat ibu menyusui bolak-balik ke toilet untuk buang air besar. Feses yang dikeluarkan pun jadi berair, berlendir, dan berbau. Selain mencret, gejala lain yang menyertai adalah perut mulas, mual, dan muntah.
Pada kasus berat, diare pada ibu menyusui dapat menimbulkan gejala berikut ini.
- Dehidrasi yang ditandai dengan kehausan, bibir kering, dan kurangnya frekuensi buang air kecil
- Ada darah pada feses
- Berat badan menurun
- Demam dan menggigil
- Gejala diare tidak membaik dalam 2 atau 3 hari.
Bila Anda merasakan gejala tersebut, segera kunjungi dokter. Pemeriksaan dokter akan membantu Anda menemukan gejala sekaligus menentukan pengobatan diare yang tepat agar tidak menimbulkan komplikasi parah.
Amankah menyusui bayi saat diare?
Menurut National Health Service, meskipun sang ibu mengalami muntah dan diare, bayi tetap harus diberi ASI. ASI adalah sumber makanan dan cairan yang utama bagi bayi sampai setidaknya berusia 6 bulan.
Penyakit diare tidak akan menular melalui ASI, jadi Anda tidak perlu khawatir. Terlebih, ASI mengandung antibodi yang bisa melindungi bayi dari diare. Bahkan, antibodi ini dapat membantu menurunkan risiko terjadinya infeksi dan penyakit lainnya di kemudian hari.
Jadi, jangan biarkan asupan nutrisi bayi malah tidak terpenuhi dari ASI karena Anda mengalami diare.
Perawatan diare pada ibu menyusui
Diare tidak perlu sampai menghentikan jadwal menyusu. Namun jika tidak dibarengi dengan perawatan yang tepat, ibu yang sedang diare akan lebih rentan mengalami dehidrasi. Oleh karena itu, kebutuhan cairan dan nutrisi tubuh perlu dicukupi agar lebih cepat pulih dari diare.
Berikut ini ada beberapa perawatan yang direkomendasikan untuk mengatasi diare selama masa menyusui.
1. Tingkatkan asupan cairan
Guna mencegah terjadinya dehidrasi akibat diare, asupan cairan perlu ditingkatkan. Motivasi diri sendiri untuk lebih sering minum; sedikit-sedikit namun sering. Selain air putih, cairan tubuh yang hilang juga bisa Anda penuhi kembali dengan minum oralit.
Tidak hanya mengandung air, oralit juga mengandung elektrolit sehingga bisa lebih ampuh mengatasi diare pada ibu menyusui. Baca aturan pakai dan dosis obat diare alami ini agar tidak menimbulkan efek samping mengganggu. Anda juga bisa membuat larutan oralit sendiri di rumah.
Sebaiknya hindari dulu cairan lain yang bisa memperparah gejala diare pada ibu menyusui, seperti kopi, soda, atau jenis teh tertentu.
2. Pilih makanan yang tepat
Agar diare pada ibu menyusui tidak bertambah parah, pilihan makanan harus diperhatikan. Pasalnya, tidak semua makanan sehat cocok untuk orang yang sedang diare.
Makanan yang baik dikonsumsi saat diare masuk dalam daftar diet BRAT, yakni:
- Nasi putih atau bubur nasi
- Daging buah apel yang dihaluskan
- Pisang yang dihaluskan
- Roti panggang
Makanan di atas memiliki tekstur lembut dan rendah serat sehingga tidak mengharuskan usus yang bermasalah untuk bekerja lebih keras. Namun, diet BRAT tidak boleh dilakukan untuk jangka panjang karena nutrisinya yang tidak lengkap.
Anda bisa memenuhi nutrisi dengan makanan lain, seperti sup ayam bening, sup wortel dan kentang, ikan panggang, dan sayur bayam jagung bening. Hindari beras merah, sayuran yang mengandung banyak gas, seperti kol atau brokoli, makanan pedas berbumbu, dan makanan yang digoreng.
3. Konsumsi makanan probiotik
Diare pada ibu menyusui yang disebabkan oleh infeksi, mengakibatkan bakteri di usus tidak seimbang. Guna menyeimbangkan kembali bakteri usus, Anda perlu mengonsumsi makanan yang mengandung probiotik.
Probiotik adalah bakteri hidup yang sengaja ditambahkan pada makanan, yang mirip dengan bakteri baik di usus. Mengonsumsi makanan probiotik dapat membantu meningkatkan jumlah bakteri bakteri baik di usus. Itu artinya, diare bisa lebih cepat pulih.
Pilihan makanan probiotik yang baik untuk mengatasi diare pada ibu hamil adalah yogurt, tempe, dan kefir. Namun, pastikan yogurt dan kefir yang Anda pilih varian rendah gula.
4. Minum obat yang diresepkan dokter
Bila gejala diare pada ibu menyusui tidak ampuh diredakan dengan perawatan rumahan seperti yang disebutkan diatas, dokter akan mempertimbangkan obat medis. Salah satu obat diare yang ampuh mengatasi diare selama masa menyusui adalah loperamide.
Beri tahu dokter jika Anda sedang mengonsumsi obat lain agar tidak terjadi interaksi obat yang tidak diinginkan. Selalu minum obat sesuai aturan dan anjuran dokter.
[embed-health-tool-bmr]