Asma menjadi salah satu penyakit kronis yang paling sering terjadi pada anak-anak. Mengutip laman Kementerian Kesehatan, sekitar 80—90% penderitanya merasakan gejala pertama kali sebelum usia 4—5 tahun. Namun kira-kira, apa penyebab asma pada anak dan bagaimana cara mengatasinya? Untuk lebih jelasnya, simak ulasan berikut.
Bagaimana gejala dan tanda asma pada anak?
Pada dasarnya, asma bisa terjadi di segala usia, baik itu asma pada bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Kondisi ini tidak menular, tetapi dapat menyebabkan penderitanya merasa tidak nyaman.
Pasalnya, selama serangan asma, saluran pernapasan yang membawa udara ke paru-paru menjadi bengkak, terjepit, dan menghasilkan lendir berlebih. Hal ini lah yang membuat penderita kesulitan bernapas.
Mengutip dari Mayo Clinic dan beberapa sumber lainnya, berikut ini adalah beberapa ciri asma yang mungkin terjadi pada anak.
- Batuk terus-menerus, terutama pada malam hari.
- Bernapas dengan cepat.
- Kesulitan bernapas atau sesak napas.
- Dada terasa sesak.
- Mengi atau muncul suara seperti bunyi “ngik”, terutama saat menghembuskan napas.
- Lubang hidungnya terlihat kembang-kempis.
Bila menemukan salah satu atau beberapa gejala asma pada anak dan sering muncul di malam hari, sebaiknya segera bawa si Kecil ke dokter anak terdekat.
Kapan harus ke dokter?
- Mudah lelah saat bermain ditandai hilangnya minat pada mainan favoritnya.
- Otot leher dan dada menegang.
- Sering menguap dan menghela napas.
- Napasnya memburu atau cepat.
- Sering rewel di malam hari karena susah tidur.
- Wajah tampak pucat.
- Muncul gejala mirip pilek atau alergi seperti hidung meler atau tersumbat, bersin-bersin, sakit tenggorokan, dan sakit kepala.
- Batuk yang konstan, tidak kunjung berhenti, dan berkaitan dengan aktivitas fisik.
Apa penyebab dan faktor risiko asma pada anak?
Sampai saat ini, penyebab asma pada anak belum diketahui secara pasti. Namun, beberapa faktor berikut diduga berperan menjadi penyebab terjadinya asma pada anak.
- Faktor genetik atau bawaan lahir.
- Kecenderungan memiliki alergi, termasuk yang diturunkan dalam keluarga.
- Paparan faktor lingkungan, seperti asap rokok atau polusi udara.
- Mengalami infeksi saluran pernapasan atas pada usia yang sangat muda (seperti pilek, flu, atau pneumonia).
- Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.
Pada penderita asma, sistem kekebalan tubuhnya bereaksi berlebihan terhadap pencetus tertentu yang menyebabkan saluran pernapasan membengkak dan menghasilkan lendir, sehingga memicu gejala.
Faktor pemicu ini bisa berbeda pada setiap anak. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat memicu gejala atau serangan asma pada anak.
- Zat alergen yang terhirup (tungau, debu, parfum menyengat, bulu binatang).
- Paparan polutan udara, termasuk asap rokok.
- Cuaca (dingin, panas, dan kualitas udara buruk).
- Olahraga atau aktivitas fisik yang terlalu berat.
- Infeksi virus, seperti flu pada anak.
- Stres dan kecemasan berlebihan.
- Penyakit refluks gastroesofageal (GER).
- Bernyanyi, tertawa, atau menangis yang terlalu berlebihan.
- Efek samping obat-obatan tertentu (antinyeri NSAID dan beta-blocker untuk penyakit jantung).
- Makanan atau minuman yang mengandung pengawet (seperti MSG).
Tidak hanya itu, jenis kelamin juga menjadi salah satu faktor yang dapat meningkatan risiko anak mengalami penyakit ini.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena penyakit pernapasan ini dibandingkan dengan anak perempuan.
Bagaimana cara mengatasi asma pada anak?
Pada dasarnya, asma adalah penyakit yang tidak bisa disembuhkan, tetapi hanya bisa mencegah gejala tersebut kambuh.
Sebagai orangtua, Anda dapat membantu anak untuk mencegah gejala tersebut kambuh kembali dengan cara mengetahui apa yang menjadi pencetus kambuhnya gejala asma.
Pasalnya, seperti yang telah disebutkan di atas, asma pada anak dapat kambuh bila ia terpapar debu, polusi udara, asap rokok, atau bahkan kondisi lainnya.
Oleh karena itu, sebagai orangtua, Anda sebaiknya membantu anak untuk menghindari alergen atau iritan yang memicu gejala asma.
Untuk mengatasi asma dan mencegahnya kambuh kembali, sebenarnya perlu disesuaikan dengan tingkat keparahannya.
Biasanya, dokter akan membantu menuliskan rencana penanganan asma untuk orangtua baca dan pahami di rumah.
Ada dua jenis obat asma pada anak yang umumnya akan diberikan oleh dokter, yaitu sebagai berikut.
1. Obat pereda atau obat jangka pendek
Obat ini dapat digunakan untuk meredakan gejala asma akut begitu serangannya kambuh. Beberapa obat pereda yang mungkin dapat diberikan, yaitu sebagai berikut.
- Bronkodilator. Bronkodilator adalah jenis obat yang berfungsi untuk membuka saluran bronkus (saluran yang menuju ke paru) supaya anak dapat bernapas lebih leluasa.
- Kortikosteroid oral atau cairan. Prednisone dan methylprednisolone merupakan jenis obat kortikosteroid oral yang paling umum diresepkan dokter. Biasanya, dokter akan meresepkan obat asma steroid oral hanya untuk 1—2 minggu.
2. Obat pengendali atau obat asma jangka panjang
Obat asma ini diperlukan untuk mencegah serangan asma kembali muncul dan mengurangi peradangan di saluran napas. Dengan begitu, risiko kambuhnya gejala asma juga dapat berkurang.
Beberapa obat asma jangka panjang yang mungkin akan diberikan adalah sebagai berikut.
- Kortikosteroid inhalasi. Beberapa obat, seperti fluticasone, budesonide, mometasone, ciclesonide, dan beclomethasone, mungkin akan berikan untuk membantu anak bernapas lebih lega.
- Leukotriene modifiers. Obat seperti montelukast, zafirlukast, dan zileuton dapat membantu mencegah gejala asma kambuh hingga 24 jam.
- Long-acting beta 2 agonist. Salmeterol dan formoterol merupakan beberapa jenis obat asma long-acting beta 2 agonist yang paling sering diresepkan dokter. Efek obat ini dapat bertahan hingga 12 jam.
- Inhaler kombinasi. Obat ini mengandung kortikosteroid inhalasi ditambah dengan long-acting beta agonist (LABA). Obat-obatan ini termasuk fluticasone dan salmeterol (Advair Diskus), budesonide dan formoterol (Symbicort), fluticasone dan vilanterol (Breo Ellipta), serta mometasone dan formeterol (Dulera).
- Teofilin(Theo-24). Ini adalah pil harian yang dapat membantu saluran udara tetap terbuka.
Berbagai obat asma anak jangka panjang di atas harus diminum setiap hari untuk mencegah serangan asma datang tiba-tiba.
3. Obat untuk asma akibat alergi
Bila asma pada anak dipicu alergi, beberapa obat yang dapat membantu meredakannya adalah sebagai berikut.
- Omalizumab. Obat ini dapat digunakan untuk mengurangi reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap zat penyebab alergi, seperti serbuk sari, debu, atau bulu hewan.
- Obat alergi. Ini termasuk antihistamin dan dekongestan serta kortikosteroid, cromolyn, dan ipratropium.
- Imunoterapi. Terapi asma pada anak ini biasanya diberikan seminggu sekali selama beberapa bulan, kemudian sebulan sekali untuk jangka waktu 3—5 tahun.