RSV mampu menginfeksi lebih dari 90 persen anak-anak di dua tahun pertama kehidupannya.
Beberapa gejala bronkitis yaitu:
- Pilek
- Mengi
- Napas cepat
- Sulit bernapas
- Batuk berdahak atau kering
- Demam
Infeksi RSV bisa menyebar menjadi penyakit lain. Sebagai contoh, infeksi RSV bisa menyebabkan lapisan saluran udara di paru-paru (bronkiolus) membengkak.
Pembengkakan tersebut membuat bronkiolus menyempit dan menyebabkan mengi.
Kondisi ini bisa memburuk selama tiga hari pertama terinfeksi dan bisa langsung membaik.
Masih mengutip dari About Kids Health, sekitar 20 persen bayi yang mengalami bronkitis menderita infeksi telinga. Sementara 30 persennya bisa terserang asma di kemudian hari.
Cara mengatasi bronkitis
Untuk mengobati bronkitis, penyakit pernapasan pada anak, dokter mungkin akan meresepkan obat asma. Bila anak mengalami demam dengan suhu di atas 38,5 derajat celcius berikan ibuprofen sesuai petunjuk pemakaian.
Kondisi yang perlu ke dokter:
- Napas anak lebih cepat dari 60 napas per menit
- Bibir dan kulitnya kebiruan
- Demam lebih dari 3 hari
- Batuk lebih dari 3 minggu
Hubungi dokter bila si kecil mengalami hal di atas.
4. Pneumonia

Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pneumonia adalah radang paru akut yang disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur.
Bakteri penyebab pneumonia yang paling sering adalah pneumokokus, haemophilus influenza type b (HiB), dan stafilokokus.
Untuk virus penyebab pneumonia sangat banyak, misalnya rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV), dan virus influenza. Bahkan, virus campak (morbili) bisa menyebabkan komplikasi yang berujung pneumonia.
Kementerian Kesehatan memperkirakan 800 ribu anak di Indonesia terkena pneumonia.
Sekitar 15 persen kematian anak di dunia disebabkan oleh pneumonia, sehingga penyakit pernapasan pada anak yang satu ini cukup serius dan harus ditangani dengan baik.
Gejala pneumonia pada anak yaitu:
- Batuk secara terus menerus
- Demam
- Tubuh berkeringat dan menggigil
- Napas tidak teratur
- Bayi menunjukkan muntah-muntah dan lemas
Bayi berusia 0-2 tahun sangat berisiko terkena pneumonia, sehingga perlu perawatan khusus.
Cara mengatasi pneumonia pada anak
Bila anak sudah terkena pneumonia, dokter akan langsung melakukan tes laboratorium untuk mengetahui kondisi paru-paru anak.
Pada bayi, dibutuhkan oksigen tambahan untuk membantunya bernapas dengan baik.
Cara mencegah penyakit pernapasan pada anak yang satu ini adalah dengan memberikan imunisasi lengkap pada bayi.
Pemberian imunisasi yang terkait dengan pneumonia bisa menurunkan kejadian pneumonia sampai 50 persen.
IDAI sudah merekomendasikan pemberian imunisasi PCV untuk anak usia 2 bulan sampai 5 tahun.
5. Asma

Asma merupakan penyakit pernapasan kronis yang bisa menyerang siapa saja, termasuk pada anak.
Masalah kesehatan yang satu ini bisa menyebabkan serangan berulang, seperti napas tinggi, batuk, sesak, sampai kesulitan bernapas.
Asma menyebabkan saluran pernapasan mengalami penyempitan. Kondisi ini terjadi ketika zat yang membuat iritasi atau alergen masuk ke dalamnya.
Penyakit pernapasan yang satu ini sering terjadi pada anak-anak yang memiliki alergi lain, seperti eksim.
Cara menangani asma pada anak
Anak yang menderita asma perlu konsultasi ke dokter untuk menjaga kondisinya tetap dalam keadaan baik.
Biasanya dokter akan memberikan obat-obatan yang digunakan jangka panjang untuk mengendalikan radang atau pembengkakan di saluran napas anak.
Ada juga obat yang diisap dengan bentuk inhaler yang mengendurkan saluran udara lebih cepat. Ini membantu anak untuk bernapas dengan normal.
Anda perlu membawa ke dokter bila penyakit pernapasan pada anak sudah sampai tahap:
- Mengi yang parah sampai tidak membaik meski sudah diberi obat asma
- Sulit bernapas
- Sianosis (kulit dan bibir kebiruan)
- Mengi yang tidak hilang dalam lima hari
Untuk mencegah asma pada anak, jaga kelembapan rumah kurang dari 50 persen. Hal tersebut untuk mengurangi alergi pada tungau jamur di beberapa tempat, seperti karpet.
6. Alergi

Mengutip dari Mott Children’s Hospital Michigan Medicine, alergi juga bisa menjadi pemicu masalah pernapasan pada anak. Kondisi ini ditandai dengan beberapa hal, yaitu:
- Hidung tersumbat atau ingusan
- Mata berair cukup parah
- Ada lingkaran hitam di bawah mata anak
- Kehilangan nafsu makan
Pada bayi dan anak-anak di bawah 3 tahun, memiliki kemungkinan lebih sering terkena penyakit pernapasan dibanding mereka yang usianya lebih besar.
Mengatasi alergi pada anak
Bila anak mengalami masalah dan penyakit pernapasan karena alergi, Anda bisa menghindari pemicunya. Bila anak alergi debu dan membuat sesak napas, bersihkan rumah secara berkala agar tidak memicu anak sesak.
7. Sinusitis

Mengutip dari Chocs Children, sinusitis adalah peradangan atau pembengkakan jaringan yang melapisi sinus.
Cairan ini bisa menumpuk di kantung berisi udara di belakang hidung dan mata, kemudian menyebabkan infeksi. Sinus sering disertai pilek dan dipicu oleh alergi.
Sinusitis bisa menyebabkan beberapa kondisi, seperti:
- Rasa sakit di belakang mata dan hidung
- Sangat sesak karena sulit bernapas
- Batuk
- Pilek
Sinusitis pada anak bisa berjalan lebih lama dibanding orang dewasa karena obat yang diberikan tidak bisa sembarangan.
Bila anak mengalami sinusitis dan terjadi infeksi bakteri, dokter akan meresepkan antibiotik.
8. Tuberkulosis (TB)

WHO memperkirakan sekitar 550 ribu anak terjangkit penyakit tuberkulosis (TB) setiap tahun.
Kendati tidak jauh berbeda dengan TB pada orang dewasa, TB pada anak dinilai lebih berbahaya karena dapat muncul dengan cepat setelah bakteri menginfeksi.
Pada anak, TB ditularkan melalui orang dewasa yang menderita tuberkulosis. Namun, bila anak sudah didiagnosis TB, ia tidak akan menularkan ke anak lainnya.
Sumber penularan utama tuberkulosis pada anak-anak justru adalah lingkungan tempat tinggal yang terdapat orang dewasa pengidap TB.
Mengutip dari situs resmi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gejala penyakit pernapasan pada anak yang satu ini yaitu:
- Demam lebih dari 2 minggu (biasanya tidak terlalu tinggi).
- Nafsu makan dan berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan berturut-turut.
- Batuk yang menetap atau memburuk lebih dari 3 minggu.
- Anak tampak lesu dan tidak kelihatan seaktif biasanya.
- Teraba benjolan di leher (umumnya lebih dari satu).
- Kontak erat dengan penderita TB paru aktif
Meski begitu, tidak ada satu gejala di atas yang spesifik sebagai ciri TB mengingat penyakit kronik lainnya juga dapat memiliki gejala yang sama.
Maka, bila orangtua melihat anak memiliki tanda di atas dan ingin memeriksakan ke dokter, cara mendiagnosis yang tepat dengan tes mantoux. Tes ini dilakukan dalam dua kali kunjungan.
Pada kunjungan pertama, dokter akan menyuntikkan cairan tuberkulin pada kulit lengan bawah. Hasilnya diamati pada kunjungan berikutnya.
Anak dikatakan positif terinfeksi TB bila muncul benjolan seperti digigit nyamuk pada area suntikan setelah 48-72 jam.
Dokter biasanya akan menyarankan pemeriksaan lanjutan yang terdiri atas rontgen dada, pemeriksaan dahak, dan tes darah.
Bila dinyatakan positif mengidap penyakit pernapasan pada anak jenis tuberkulosis, si kecil akan menjalani pengobatan rutin selama enam bulan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar