Alergi tak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga bisa menyerang anak-anak. Sebagai orangtua, penting untuk mengetahui alergi apa yang dimiliki si kecil dan apa pemicunya. Berikut penjelasan seputar alergi pada anak.
Alergi adalah serangkaian gejala yang timbul sebagai respon berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap zat asing yang masuk atau dikenal sebagai alergen.
Reaksi alergi biasanya terjadi setelah alergen kontak langsung dengan kulit, terhirup, atau dimakan.
Ada beragam pemicu dan ciri alergi pada anak. Gejala yang ditimbulkan juga tergantung pada pemicunya. Berikut macam-macam alergi pada anak yang perlu diketahui orangtua.
Makanan adalah pemicu alergi pada anak yang paling sering. Alergi makanan muncul ketika tubuh bereaksi terhadap protein yang dianggap berbahaya bagi tubuh.
Reaksi ini biasanya terjadi sesaat setelah makanan dikonsumsi. Kebanyakan kasus alergi makanan pada anak disebabkan oleh:
Alergi makanan pada daging, buah-buahan, sayuran, padi-padian, dan biji-bijian seperti wijen, juga mungkin terjadi.
Menurut laporan dari Anaphylaxis Campaign, laporan alergi terhadap buah masam (seperti kiwi) umum terjadi sejak tahun 1980-an di kalangan orang dewasa.
Lalu, pada 1990-an alergi buah kiwi mulai lebih sering ditemukan pada anak-anak. Reaksi alergi makanan dapat bervariasi, mulai dari reaksi ringan sampai reaksi berat.
Sebelum Anda menduga bahwa anak Anda mengalami alergi makanan, ketahui terlebih dahulu gejala-gejala umum alergi makanan.
Mengutip dari Healthy Children, gejala atau ciri alergi makanan pada anak yaitu:
Sementara untuk alergi susu sapi terjadi karena adanya reaksi sistem kekebalan tubuh pada anak dengan protein yang terkandung di dalam susu sapi.
Jenis protein yang paling sering menyebabkan alergi adalah whey dan kasein. Anak yang mengalami alergi bisa saja alergi terhadap salah satu atau kedua protein tersebut.
Berdasarkan rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), gejala alergi susu sapi dapat ditunjukan pada anak yang mengonsumsi susu formula. Berikut gejala alergi susu pada anak.
Untuk kasus reaksi alergi parah, kondisi anafilaktik membutuhkan penanganan medis segera.
Namun alergi makanan anak usia dini bisa hilang. Sekitar 80 persen sampai 90 persen alergi telur, susu, gandum, dan kedelai tidak akan muncul lagi ketika anak berusia 5 tahun.
Akan tetapi, sedikit yang bisa benar-benar sembuh dari alergi makanan laut. Artinya, alergi ini akan dibawanya hingga dewasa nanti.
Dokter anak maupun ahli alergi dapat melakukan beberapa tes untuk mendiagnosis alergi makanan pada anak dan memantau perkembangannya, apakah alergi sudah hilang atau belum.
Lingkungan juga salah satu penyebab alergi anak. Jika si kecil bereaksi berlebihan (seperti batuk atau pilek) terhadap lingkungan, berarti anak Anda memiliki alergi rhinitis.
Alergi rhinitis adalah peradangan yang terjadi pada rongga hidung akibat reaksi alergi.
Gejala biasanya langsung terlihat atau timbul setelah anak Anda terpapar pemicu alergi. Beberapa gejalanya meliputi:
Terdapat beragam alergen yang bisa memicu reaksi sistem kekebalan tubuh jika terhirup melalui hidung.
Beberapa jenis alergen yang umum adalah serbuk sari, tungau, debu, spora jamur, serta bulu hewan. Asap rokok dan parfum juga termasuk pemicu alergi ini.
Alergi obat adalah reaksi berlebihan dari sistem kekebalan tubuh terhadap suatu obat yang digunakan.
Reaksi ini muncul karena sistem kekebalan tubuh menganggap zat tertentu dalam obat tersebut sebagai substansi yang bisa membahayakan tubuh.
Kondisi ini berbeda dengan efek samping obat yang biasanya tercantum pada kemasan, maupun keracunan obat akibat overdosis.
Sebagian besar alergi obat memiliki gejala yang ringan, dan biasanya akan reda dalam beberapa hari setelah penggunaan obat dihentikan.
Berikut ini adalah beberapa gejala umum alergi obat, yaitu:
Gejala alergi obat umumnya muncul secara bertahap seiring sistem kekebalan tubuh yang membangun antibodi untuk melawan obat tersebut.
Gejala ini mungkin tidak muncul secara langsung saat anak Anda pertama kali menggunakan obat.
Pada tahap penggunaan pertama, sistem kekebalan tubuh akan menilai obat sebagai substansi berbahaya bagi tubuh kemudian mengembangkan antibodi secara perlahan-lahan.
Pada penggunaan berikutnya, antibodi ini akan mendeteksi dan menyerang substansi dari obat tersebut. Proses inilah yang bisa memicu gejala-gejala alergi obat.
Flu adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus influenza. Sementara alergi merupakan reaksi sistem kekebalan tubuh terhadap alergen (zat pemicu alergi).
Meski berbeda, keduanya menyerang saluran pernapasan sehingga dapat menimbulkan gejala yang hampir serupa. Beberapa perbedaan flu dan alergi berikut ini, antara lain:
Baik itu flu maupun alergi, keduanya memang menyebabkan bersin, hidung meler, dan sakit tenggorokan.
Namun, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan untuk membedakan flu dan alergi, antara lain:
Mata gatal dan berair bukan gejala flu, tetapi penyakit alergi. Pada anak yang alergi, kantung mata mereka sering kali membengkak dan menghitam karena sering kali diusap atau digaruk.
Gejala alergi biasanya akan muncul jika dipicu oleh berbagai hal, seperti makanan, debu, atau obat.
Bila anak bereaksi terhadap udara kotor, rumah belum dibersihkan, atau anak mengonsumsi makanan tertentu, kemungkinan besar si kecil memiliki alergi.
Ini berbeda dengan flu yang biasanya tidak akan terpengaruh oleh faktor pemicu tersebut.
Perbedaan flu dan alergi lainnya yang perlu diperhatikan adalah lamanya kondisi tersebut menyerang anak.
Flu biasanya akan benar-benar hingga dalam waktu 1 atau 2 minggu. Biasanya akan terjadi pada musim hujan atau ketika anak kehujanan.
Beda dengan alergi, yang bisa terjadi beberapa kali sepanjang tahun akibat terpapar pemicu. Jika terus terpapar, gejalanya bisa berlangsung hingga 6 bulan.
Selain itu, alergi juga tidak menular. Jadi, kondisi ini tidak didapatkan si kecil dari orang lain, melainkan memang sistem imunnya yang bereaksi berlebihan pada suatu zat.
Bertolak belakang dengan flu yang sangat mudah menular. Jika ada teman atau anggota keluarga yang terserang flu, kemungkinan besar kondisi yang menyerang si kecil adalah flu.
Terdapat beberapa cara yang bisa Anda lakukan guna menangani dan mengatasi alergi pada anak, yakni dengan 3K+ berikut ini.
Penting bagi Anda untuk mengenali gejala alergi yang dialami anak agar penanganan bisa dilakukan dengan lebih tepat.
Dengan mengenali gejalanya, Anda jadi lebih tahu jenis alergi apa yang diderita anak dan apa pemicu yang bisa dihindari agar alergi si kecil tidak semakin parah.
Bila mengalami gejala berat, segera konsultasikan dengan dokter spesialis anak untuk mendapat rekomendasi penanganan yang tepat.
Hal ini juga berlaku jika Anda merasa ragu dengan gejala yang dialami oleh anak.
Konsultasi dengan dokter akan membantu Anda untuk lebih memahami tindakan apa yang sebaiknya dilakukan.
Anda dapat melakukan pengendalian terhadap gejala yang dialami anak dengan memberi nutrisi yang tepat. Hal ini disesuaikan dengan jenis alergi apa yang dimiliki oleh anak.
Salah satu contohnya, jika anak mengalami alergi susu sapi, sebaiknya berikan susu formula soya yang sudah difortifikasi sehingga lebih aman untuk si kecil.
Bagi anak yang tidak cocok susu sapi, dapat diberikan nutrisi tepat pengganti susu sapi yang memiliki kandungan:
Susu dengan kandungan protein soya, memiliki protein yang lebih tinggi daripada susu sapi.
Selain itu, protein isolat tidak mengandung laktosa karena digantikan oleh senyawa dari jagung. Maka dari itu, susu ini untuk anak dengan intoleransi laktosa.
Isolat protein soya juga difortifikasi dengan nutrisi penting lainnya agar si kecil tetap dapat tumbuh optimal.
Selain melakukan penanganan, sebaiknya Anda juga mengembangkan potensi prestasi si kecil agar tetap dapat tumbuh tinggi, berpikir cepat, dan percaya diri.
Tak hanya itu, latih kemampuan anak agar dapat aktif bersosialisasi, sehingga dapat menjadi anak yang tak hanya tangguh secara fisik, tapi juga memiliki karakter yang kuat.
Maka dari itu, penting untuk orangtua selalu perhatikan kondisi alergi pada anak. Orangtua bisa mengendalikan alergi anak dengan memberikan nutrisi tepat sebaik susu sapi.
Kandungan dengan nutrisi tepat sebaik susu sapinya seperti DHA, IronC, dan isolat protein soya berkualitas serta difortifikasi dengan nutrisi penting lainnya.
Yuk, dukung si kecil yang tidak cocok susu sapi dapat tumbuh optimal dengan memberikan formula soya!
Hello Health Group tidak menyediakan saran medis, diagnosis, atau perawatan.
Tanya Dokter
Punya pertanyaan kesehatan?
Silakan login atau daftar untuk bertanya pada para dokter/pakar kami mengenai masalah Anda.
Ayo daftar atau Masuk untuk ikut berkomentar