Asupan nutrisi yang cukup dibutuhkan untuk menunjang tumbuh kembang anak. Jika kekurangan nutrisi dalam jangka panjang, gizi buruk atau malnutrisi bisa terjadi. Dua jenis utama gizi buruk ini adalah marasmus dan kwashiorkor. Lalu, apa perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor?
Perbedaan kondisi marasmus dan kwashiorkor
Marasmus adalah bentuk malnutrisi parah yang terjadi sebagai akibat dari kekurangan kalori.
Hal ini menyebabkan hilangnya jaringan otot dalam tubuh sehingga penderitanya sering kali memiliki berat badan di bawah rata-rata untuk usianya.
Sementara itu, kwashiorkor juga merupakan bentuk kekurangan gizi yang parah. Namun, kwashiorkor terjadi ketika tidak ada cukup protein dalam makanan.
Kwashiorkor umumnya menyebabkan penumpukan cairan di jaringan tubuh, sehingga beberapa bagian tubuh akan tampak membengkak, seperti kaki atau wajah.
Baik marasmus maupun kwashiorkor, keduanya sama-sama sering terjadi di beberapa daerah berkembang, di mana bayi dan anak-anak tidak mendapatkan cukup nutrisi penting dalam makanan mereka.
Keduanya pun dapat terjadi pada segala usia, meski anak-anak lebih umum mendapat kondisi ini.
Meski demikian, melansir jurnal StatPearls, marasmus sering disebut memiliki prognosis (perkiraan perkembangan penyakit) yang lebih baik daripada kwashiorkor.
Namun, keduanya sama-sama memiliki risiko terhadap kematian.
Perbedaan penyebab marasmus dan kwashiorkor
Pada dasarnya, penyebab utama dari marasmus dan kwashiorkor adalah kekurangan gizi akibat kurangnya akses terhadap makanan.
Ini biasanya sering terkait dengan tingkat pendidikan yang rendah (ketika orang tidak mengerti cara makan yang benar), kemiskinan, kelaparan, kebersihan yang buruk, dan persediaan makanan yang terbatas.
Adapun kondisi tersebut bisa terjadi di wilayah konflik yang berkepanjangan serta kondisi-kondisi yang menyebabkan kekurangan pangan, seperti kekeringan atau bencana alam.
Bukan cuma itu, pelecehan anak atau kondisi medis tertentu yang mengganggu penyerapan nutrisi anak juga bisa menjadi penyebabnya, misalnya tuberkulosis (TB) atau HIV pada anak.
Lalu, apa perbedaan penyebab dari marasmus dan kwashiorkor? Perbedaannya adalah pada jenis nutrisinya.
Umumnya, penyebab dari marasmus adalah kekurangan kalori atau energi secara umum dalam jangka panjang.
Artinya, anak yang menderita marasmus tidak mendapatkan cukup energi dari protein, lemak, vitamin, karbohidrat, dan lainnya, dalam makanan mereka.
Sementara penyebab kwashiorkor adalah tidak mendapatkan cukup protein dari makanan, tetapi masih memiliki energi yang cukup dari jenis nutrisi lainnya.
Adapun keduanya lebih rentan terjadi pada anak-anak.
Meski demikian, melansir laman Osmosis, marasmus biasanya terjadi selama tahun pertama kehidupan anak, sedangkan kasus kwashiorkor lebih sering muncul setelah anak berusia 18 bulan.
Perbedaan gejala marasmus dan kwashiorkor
Bukan cuma penyebab yang berbeda, gejala marasmus dan kwashiorkor juga tak sama. Berikut adalah penjelasan masing-masing gejalanya.
Gejala marasmus
Gejala marasmus yang paling terlihat adalah hilangnya massa otot dan lemak. Beberapa kelompok otot yang paling sering terpengaruh umumnya di bokong dan bagian tubuh atas.
Ini ditunjukkan dengan tulang rusuk anak yang menonjol atau terlihat jelas, tetapi perut tidak terlihat besar.
Adapun otot-otot wajah umumnya bertahan lebih lama, tetapi massa lemak wajah bisa menghilang jika marasmus sudah parah.
Bahkan, pada kondisi yang parah, tubuh dan wajah anak yang menderita marasmus bisa terlihat seperti lansia.
Selain ciri yang khas tersebut, beberapa gejala marasmus lainnya juga bisa muncul, seperti di bawah ini.
Gejala kwashiorkor
Berbeda dengan marasmus, tanda utama kwashiorkor adalah pembengkakan di bawah kulit (edema) yang biasanya terjadi di kaki dan wajah, tetapi bisa memengaruhi bagian tubuh lain.
Selain itu, kwashiorkor sering menunjukkan gejala perut buncit pada anak yang tak biasa. Perut anak tampak membesar atau menonjol yang sering menjadi ciri khas gizi buruk pada anak.
Selain ciri khas tersebut, berikut beberapa gejala kwashiorkor lain yang umum terjadi.
- Massa otot berkurang.
- Bercak merah pada kulit, yakni kulit meradang yang menjadi gelap dan mengelupas atau terbelah.
- Rambut kering dan rapuh yang mudah rontok, mungkin kehilangan warnanya dan bisa berwarna seperti rambut jagung.
- Kelelahan atau lesu.
- Anak mudah marah.
- Kuku bergerigi atau retak.
- Berat dan tinggi badan anak tidak bertambah atau gagal tumbuh.
- Diare pada anak.
- Anak mengalami penyakit infeksi yang lebih parah atau berlangsung lama karena sistem kekebalan tubuh yang rusak.
- Bersikap apatis.
- bengkak di area perut
Anak yang mengalami kwashiorkor perlu segera mendapat penanganan. Jika kondisi ini dibiarkan terlalu lama, kondisi yang fatal bisa terjadi.
Anak bisa menjadi lebih rentan terhadap penyakit infeksi, cacat mental dan fisik permanen, koma, atau bahkan kematian.
Oleh karena itu, baik itu marasmus dan kwashiorkor, keduanya perlu mendapat perhatian.
Jika ditangani lebih cepat, anak yang menderita kondisi ini bisa pulih sepenuhnya, meski tidak dapat mencapai tinggi atau pertumbuhan anak normal lainnya.
[embed-health-tool-vaccination-tool]